Friday, November 28, 2008

Siap atau Tidak Siap, Tetep PI

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa hari ini, saya asyik menikmati aplikasi-aplikasi game dari sebuah account social networking internet yang saya ikuti. Setidaknya, ada dua game yang hampir setiap harinya saya mainkan disela-sela jam kerja saya (kebiasaan buruk, jangan ditiru ya hehehe). Karena 'kesibukan' baru ini juga, akhirnya saya rela memangkas waktu yang biasanya saya gunakan untuk melakukan hobby saya lainnya seperti menulis blog, share di forum-forum online, atau juga ber-mailist ria. Tantangan untuk menyelesaikan level-level permainan dan semangat tidak mau tersaingi oleh teman-teman lain yang ada di list game saya, mampu membuat saya duduk manis di depan komputer beberapa jam tanpa mau memikirkan dunia luar dan lain-lainnya.

Saya masih menyempatkan diri memeriksa semua account dunia maya saya setiap kali online, tetapi tidak terlalu detail memperhatikan keseluruhannya beberapa hari ini. Hanya e-mail yang menarik pandangan mata dan private message penting baik di chat online maupun di account-account pribadi lainnya yang saya tanggapi sebelum kemudian mulai ber-game ria.

Dua hari yang lalu, saya mendapatkan sebuah private message di salah satu account forum Kristen online yang saya ikuti. Si pengirim pesan tidak menuliskan langsung apa yang ingin ia sampaikan kepada saya, melainkan hanya menulis bahwa ia ingin menceritakan masalah yang tengah dihadapinya kepada saya jika saya berkenan meluangkan waktu untuknya. Karena posisi saya di forum ini sebagai moderator Relationship dan Bussiness, saat menerima private message itu, saya langsung bisa mengira-ira masalah apakah gerangan yang akan diceritakan si pengirim pesan ini kepada saya.

"Paling masalah relationships..." Selama saya aktif di forum ini sejak dua tahun silam, masalah relationships menjadi topik utama yang sering dibawa para member forum ini kepada saya. Jarang ada member yang bertanya soal pekerjaan atau cara menangani bisnisnya meskipun saya juga merupakan moderator di bagian itu (hmm, lama-lama gue bisa buka praktek konseling relationships kali ya hihihi).

Setelah membalas private message bahwa saya bersedia menjadi tempat berbagi dengan si pengirim pesan itu, saya kembali beraktivitas seperti biasanya (nge-game maksute hahaha) dan tidak menaruh perhatian khusus atau memikirkan apakah masalah yang dihadapi oleh si pengirim pesan ini tergolong masalah ringan, sedang, atau masalah yang berat.

Hari kemarin, saya kembali memeriksa apakah ada balasan dari si pengirim pesan di hari sebelumnya melalui id forum saya. Dan benar saja, di inbox saya kembali terisi satu pesan baru dari id pengirim yang kemarin. Saat pertama kali saya membaca private message kedua ini, saya sempat tidak bisa memfokuskan pikiran. Semangat bermain di aplikasi game online saya lebih besar daripada kepedulian saya akan masalah yang tengah di hadapi oleh salah seorang member di forum Kristen saya ini.

Dua kali saya 'terpaksa' menutup halaman inbox forum saya gara-gara pikiran saya tidak berada di deretan-deretan kalimat yang sedang saya baca. Kemudian menyibukkan diri lebih dulu memeriksa account dunia maya saya lainnya dan ber-chat dengan beberapa orang teman yang ada di friends list chat online saya. Ketika saya sampai kepada account social networking yang didalamnya saya sering bermain aplikasi game, tiba-tiba saja koneksi internet saya tidak bisa melakukan browse pada content php (Roh Kudus bekerja...).

Karena saya tidak bisa melanjutkan level permainan di aplikasi game saya, akhirnya saya kembali ke halaman inbox forum saya dan membaca ulang seluruh isi private message yang saya terima dengan teliti.

"Pas lagi nggak kepingin mikir serius, kenapa kasus yang datang serumit ini sie?"

Si penulis pesan bercerita mengenai masalahnya di private message kedua ini. Awalnya ia bukanlah seorang yang percaya kepada Yesus. Ia kemudian bertekad untuk mengenal Yesus hanya karena jatuh cinta kepada rekan sekantornya yang beragama Kristen taat. Relationships yang mereka jalin akhirnya kandas dan si wanita memutuskan hubungan tersebut. Si pria yang tak lain adalah penulis pesan itu sendiri, saat ini sedang krisis percaya diri baik dari segi keimanannya kepada Kristus yang dasarnya memang rapuh dan memendam akar pahit karena si wanita yang memutuskan hubungan dengannya menganggapnya belum dewasa dalam segala hal dan terlalu posesif atas hubungan yang sudah berakhir.

Selesai membaca seluruh isi private message itu, saya tertegun. Saya sedang berhadapan dengan seseorang yang belum seutuhnya percaya kepada Yesus dan sedang mencari jati dirinya saat ini. Seandainya saya salah menegur atau salah menulis kalimat balasan (sejak dulu saya terkenal dengan ucapan saya yang selalu ceplas-ceplos soalnya hehehe), bisa-bisa saya membuat batu sandungan baru bagi hidupnya dan membuatnya terlepas 100% dari Kristus. Ada sekelumit perasaan bersalah hinggap di hati saya karena tidak menomor-satukan si pengirim pesan yang sedang bermasalah ini sejak kemarin. Coba kalau saja koneksi internet saya tetap lancar untuk membuka content aplikasi game di account social networking itu, pasti baru malam harinya saya membaca isi private message yang ada di inbox forum saya (forgive me Lord).

Peristiwa kali ini memberikan teguran bagi saya pribadi. Ah...rupanya beberapa hari ini saya terlalu terlena dengan kemudahan teknologi sampai-sampai sulit memfokuskan diri kepada pelayanan di ladang Tuhan. Hari ini, saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti hari kemarin. Sejak pertama online, yang saya tuju adalah account saya di forum Kristen yang saya ikuti itu. Dan puji Tuhan, ada balasan lagi dari si pengirim pesan kemarin. Ia memberikan respon positif atas apa yang sudah saya tulis untuknya mengenai Kristus, tujuan hidup yang utama, dan yang seharusnya ia kejar.

Saat ini, ia berada di daftar utama tim doa saya. Saya dan tim doa online saya (kami menyebut diri kami online karena kami memang lebih banyak berinteraksi satu sama lain melalui dunia maya), sedang memfokuskan diri kepada jiwa-jiwa baru bagi Kristus seperti si pengirim pesan di inbox forum saya ini. Beberapa kali di kesempatan sebelumnya, kami juga mendoakan jiwa-jiwa yang hampir hengkang dari iman percayanya kepada Kristus dengan berbagai macam latar belakang penyebabnya. Saya dan tim, tidak ingin bermain-main dengan urusan penginjilan. Meski kami terpisah di beberapa kota se-Indonesia, tetapi kami selalu mempunyai waktu khusus untuk bertemu di udara pada jam-jam tertentu dan berdoa bagi jiwa-jiwa baru yang datang kepada Kristus melalui jejaring yang kami bentuk. Baik atau tidak baik kondisi kami, kami sudah bertekad untuk tetap memberitakan keselamatan yang sudah kami terima lebih dulu kepada orang-orang yang kami kenal, terutama kepada jiwa yang nyasar di forum tempat kami bercokol (wkwkwk).

Kondisi saya yang sedang 'kesengsem' dengan aplikasi game di account social networking beberapa hari ini, bisa dikatakan tidak sedang dalam posisi tegap sebagai penginjil yang siap dengan selengkap senjata Allah-nya. Tetapi bagaimanapun itu bukanlah alasan agar saya bisa menghindar dari pelayanan. Karena saya sudah berkomitmen mengikut Tuhan Yesus, siap atau tidak siap, maka saya harus bersedia memberitakan Yesus kepada jiwa-jiwa yang mempertanyakan ke-Tuhanan-Nya dan harus menjadi terang bagi yang lainnya setiap saat.

Sebagai anak Tuhan, kita tidak boleh lengah sedikitpun. Iblis yang menjadi lawan kita tidak pernah tertidur mengawasi setiap mangsa yang bisa ditelannya. Beruntung, kali ini meskipun saya sempat terlena oleh keadaan 'nyaman' sesaat, saya bisa segera kembali ke kondisi siap sebagai penginjil dengan cepat (Roh Kudus yang memampukan saya untuk melakukan hal ini...lagi-lagi...tx Lord!).

2 timotius 4:2, Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Anda siap menjadi penginjil bagi Kristus?

Siapkan diri anda untuk menghadapi hari-hari yang semakin singkat ini bagi kemuliaan Tuhan Yesus. Mintalah karunia-Nya agar Ia memampukan anda untuk membawa jiwa-jiwa lebih banyak lagi dan merampasi mereka yang terhilang dari api neraka (nj@coe).

Thursday, November 20, 2008

Dari Besar ke Kecil Atau Dari Kecil ke Besar?

Oleh : Angelina Kusuma

Tipe orang yang bagaimanakah anda? Orang yang ingin mendapatkan sesuatu yang besar atau mengatasi pekerjaan yang sulit terlebih dulu, baru kemudian mendapatkan sesuatu yang lebih kecil dan menyelesaikan pekerjaan yang lebih sederhana. Atau, anda adalah tipe orang yang lebih suka mendapatkan sesuatu yang kecil lebih dulu sambil menabung untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar lagi atau menyelesaikan pekerjaan yang lebih sederhana baru kemudian menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang rumit?

Beberapa hari ini, saya mengikuti ajang permainan game online milik sebuah social networking internet bernama Pet Society. Di game ini, setiap peserta diberikan satu hewan peliharaan yang harus dirawat, diberi makan, dan dimandikan agar ia tetap bisa hidup. Di samping itu, hewan peliharaan yang dimiliki tiap peserta ini bisa diikutkan berbagai jenis pertandingan di stadium pet untuk mendapatkan koin-koin yang nantinya bisa digunakan untuk membeli perlengkapan di rumah dan makanan bagi pet-nya.

Di game ini saya bertemu dengan seorang sahabat maya yang menjadi tetangga saya di dunia Pet Society. Saya sudah mengenal sahabat ini cukup lama. Kami telah menjadi rekan baik di blog dan beberapa account social networking lainnya. Meski belum pernah bertatap muka secara langsung, kami sudah merasa kenal dekat satu sama lain melalui kebersamaan kami melalui tulisan-tulisan di dunia maya selama ini.

Berkompetisi dengan ci Fransisca (demikian saya menyebut namanya) di Pet Society, menunjukkan perbedaan sifat dan karakter kami dalam menyikapi sebuah masalah. Game ini sebenarnya hanya sebuah permainan sederhana. Tetapi jika dicermati, maka akan ada beberapa hal positif yang bisa kita ambil darinya. Game ini tak lebih seperti ujian kesabaran, ujian ketangkasan dalam mengatur taktik bermain, dan ujian pengelolaan keuangan bagi pesertanya selain memberikan kepuasan tersendiri jika si pemain bisa menyelesaikan setiap level di game-nya.

Sampai hari ini, saya dan ci Fransisca saling memantau keberadaan rumah dan hewan peliharaan kami di Pet Society. Salah satu hal yang menandakan bahwa peserta game sukses dalam memainkan permainannya adalah dengan keberadaan isi rumah yang semakin bertambah dan berfungsi dengan baik dari ruang yang satu ke ruang yang lainnya.

Saat saya dan ci Fransisca masih sama-sama mempunyai dua ruang di rumah pet kami, saya sering tertawa ketika mengunjungi rumah pet milik ci Fransisca. Ia tetap mempunyai isi ruang yang standar berupa satu kursi dan satu televisi (isi ruang ini telah ada sejak peserta memulai permainannya), padahal isi rumah saya sudah mulai bertambah dengan barang-barang baru setiap harinya.

Enjie : "Ci, kok rumahnya nggak dibeliin isi sie? Emang mo dibuat apa tuh koin-koin yang udah dikumpulin? Liat dong isi rumahku. Paling tidak dari dua ruang yang kupunyai udah jadi satu yang isinya berfungsi baik. Ruang pertamaku udah jadi ruang tamu komplit dengan dua kursi, satu meja, satu pot bunga, satu meja kecil sama televisi, trus ada juga tempat pemajangan piala-piala hehehe. Tempatmu masih standar banget tuh...beliin isinya napa?"

Ci Fransisca : "Bentar Njie, aku lagi nabung buat beli yang besar-besar dulu nie. Lumayan tuh, beli tempat tidur aja perlu 2000 koin, bathtub perlu 1000 koin, trus wastafel 600 koin. Perlu kerja keras buat ngebelinya. Ntar kalo udah bisa beli yang besar-besar itu, baru deh beli yang kecil-kecil, yang harganya lebih murah. Jadi udah nggak perlu kerja keras lagi gitu..."

Untuk mendapatkan berbagai macam perlengkapan isi rumah yang dipajang di pet shops, memang harus menggunakan koin dalam jumlah tertentu. Penawarannyapun beragam. Mulai dari puluhan koin saja sampai yang harus menghabiskan ribuan koin untuk membawanya pulang. Di sini, setiap peserta game harus pandai-pandai mengatur pemasukan dan pengeluaran koin-koin yang dipunyainya untuk membeli makanan atau pakaian bagi pet dan membeli berbagai keperluan untuk mengisi rumahnya masing-masing. Siapa yang boros, siapa yang rajin menabung, dan siapa yang pandai atau kurang pandai dalam mengatur keuangannya, bisa terlihat di permainan ini.

Perbedaan saya dan ci Fransisca dalam mengelola keuanganpun terlihat nyata karenanya. Saya memilih mengisi ruang-ruang yang saya miliki dengan barang-barang sederhana lebih dulu sambil tetap menyisihkan beberapa koin untuk keperluan yang lebih besar. Saya juga memilih untuk menyelesaikan bentuk ruang pertama saya lebih dulu kemudian beringsut menyelesaikan bentuk ruang ke dua saya dan seterusnya. Lain dengan saya, ternyata ci Fransisca memilih jalan yang sedikit berbeda. Ia menerapkan banyak menabung koin di awal permainan dan merencanakan membeli barang-barang yang dinilainya mahal tapi diperlukan untuk isi rumahnya lebih dulu, baru kemudian menata ruang-ruang di rumahnya sesuai seleranya dan memperlengkapinya dengan barang-barang yang bisa dibeli dengan koin yang jumlahnya lebih kecil.

Hari ini, salah satu isi rumah yang harganya cukup mahal di Pet Society berupa tempat tidur pet seharga 2000 koin, akhirnya bisa saya dapatkan juga. Di pagi hari sebelumnya, ci Fransisca juga sudah bisa membeli tempat tidur itu sekaligus memperlengkapi isi rumahnya dengan beberapa barang yang harganya lebih kecil. Wow, saya takjub begitu melihat hasil akhir yang saya dan ci Fransisca dapatkan. Kami berbeda dalam hal mengelola keuangan di dunia Pet Society, tetapi akhirnya bisa mendapatkan satu barang yang harganya sama dalam waktu yang hampir bersamaan pula.

Dari permainan ini, saya menjadi lebih tahu karakter dan perbedaan sikap saya dan ci Fransisca dalam hal keuangan kami yang sebenarnya di dunia nyata secara tidak langsung. Karakter saya yang lebih mengedepankan sesuatu yang lebih sederhana sebelum menyelesaikan atau mendapatkan sesuatu yang lebih besar, terbawa dalam arus permainan Pet Society. Demikian juga gaya pengelolaan keuangan ci Fransisca yang lebih mengedepankan sesuatu yang lebih besar lebih dulu baru kemudian menyelesaikan sesuatu yang kecil-kecil, juga terbawa dalam permainan sederhana ini.

Cara kita menyelesaikan suatu masalah, menentukan siapa diri kita sebenarnya. Saya adalah tipe orang yang bergerak dari kecil ke besar, sedangkan ci Fransisca adalah tipe orang yang bergerak dari besar ke kecil. Tidak ada tipe yang lebih istimewa daripada yang lainnya. Sikap kita dalam menyelesaikan suatu masalah tergantung dari selera dan kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Baik orang yang bergerak dari kecil ke besar dan orang yang bergerak dari besar ke kecil, bisa mendapatkan hasil yang sama memuaskan asal keduanya tahu persis apa yang menjadi tujuan utama mereka, sama seperti saya dan ci Fransisca yang akhirnya bisa mengisi ruang-ruang di rumah pet kami dengan barang-barang yang harganya sama, meski cara mendapatkannya berbeda.

Nah sekarang, tipe orang yang bagaimanakah diri anda? (nj@coe).



Wednesday, November 19, 2008

Pentingnya Pasangan yang Takut Tuhan

Oleh : Angelina Kusuma

Bergabung di tengah-tengah komsel dewasa muda yang terdiri dari para pasutri (pasangan suami istri) baik yang baru setahun atau dua tahun menikah sampai dengan pasutri yang sudah puluhan tahun menikah dan mempunyai anak-anak biologis, akhirnya membuat saya banyak belajar mengenai kehidupan berumah tangga dan seputar pernikahan yang nyata. Meski pada mulanya saya ikut komsel ini karena faktor 'terpaksa', sekarang saya mulai menikmatinya. Perbedaan status saya yang masih lajang di tengah-tengah pasutri yang sudah mempunyai anak dan perbedaan usia yang cukup jauh, menempatkan saya sebagai seorang 'anak' dan adik bagi senior-senior saya di komsel itu.

Kurang lebih selama  dua bulan ini saya sudah bergabung di komsel dewasa muda gereja dan dari minggu ke minggu, perbendaharaan pengetahuan saya akan pentingnya pasangan yang takut akan Tuhan semakin bertambah. Meski saya lebih banyak mendengar dan memperhatikan tingkah laku para bapak dan ibu itu berbagi mengenai kehidupan rumah tangganya masing-masing, dari sana saya bisa menarik kesimpulan-kesimpulan penting mengenai pernikahan.

Kisah keluarga 1:
Si istri merupakan mantan PKS (Pemimpin Kelompok Sel) youth dan si suami adalah salah satu anggota tim musik gereja. Pernikahan mereka berawal dari perkenalan di komsel youth dan kebersamaan di berbagai kegiatan gerejawi. Setelah menikah mereka mulai enggan datang lagi ke komsel youth dan karenanya ditarik bergabung di komsel dewasa muda dengan harapan, keaktivan mereka di gereja kembali terbangun ketika berkumpul dengan sesama pasutri lainnya.

Nyatanya, keduanya tetap jarang datang ke komsel dewasa muda dan sering tidak hadir mengikuti kegiatan gerejawi lainnya, padahal di hari Minggu mereka masih melayani di Ibadah Raya (salah satu syarat pelayan mimbar di gereja saya, minimal harus aktiv di komsel dan beberapa kegiatan gerejawi lainnya seperti doa syafaat atau doa puasa). Puncak dari masalahnya terjadi akhir-akhir ini. Baik si suami dan istrinya yang tengah mengandung 5 bulan, sudah tidak terlihat lagi di komsel dewasa muda dan kegiatan-kegiatan gerejawi lainnya sejak sebulan terakhir. Padahal, mengingat kehamilan si istri yang sudah beranjak tua, seharusnya mereka semakin giat mencari Tuhan dan bukannya menomor sekiankan Tuhan dengan alasan apapun.

Usut punya usut, ternyata ketidak-aktivan si istri di gereja selama ini karena ia telah tertular kebiasaan kurang baik dari suaminya. Si suami selama ini memang terkenal sebagai seorang pria yang agak acuh dengan urusan gerejawi meskipun ia merupakan salah satu anggota tim musik gereja. Si suami lebih memilih menonton pertandingan sepak bola atau pagelaran wayang kulit di rumahnya daripada pergi ke komsel atau kegiatan gerejawi lainnya. Si istripun lambat laun juga mengikuti jejak suaminya ini. Malas pergi ke komsel dewasa muda dan acuh tak acuh dengan kegiatan gerejawi yang dulu telah mempertemukannya dengan pasangan hidupnya itu.

Kisah keluarga 2:
Si suami menikahi si istri karena tuntutan usia dan pengaruh keluarganya yang menginginkan ia cepat-cepat menyanding seorang wanita setelah usianya dewasa. Ia akhirnya mendapatkan seorang istri yang takut akan Tuhan, hasil dari perjodohan keluarganya dan tak lama kemudian mereka dikaruniai seorang bayi perempuan yang sekarang sudah berusia sekitar 1 tahun. Di awal pernikahan sampai si istri melahirkan anak pertamanya, si suami dan si istri terlihat kompak datang ke komsel, ke gereja, dan melayani Tuhan.

Setelah si istri melahirkan anak pertama, kerajinan keduanya mulai kendor. Si suami mulai jarang hadir di komsel gereja dengan alasan sibuk bekerja dan si istri juga sibuk mengurus anaknya di rumah. Yang lebih mengejutkan lagi, si istri yang awalnya lebih takut akan Tuhan daripada suaminya, mendapat beban baru di keluarga kecilnya yang masih menumpang di rumah mertuanya itu. Si mertua kurang perduli dengan pertumbuhan cucu kecilnya dan karenanya si istri harus rela menjaga anaknya seorang diri karena pembantu rumah tangga mereka tidak pernah betah dengan perlakuan si mertua yang suka marah-marah tanpa sebab yang jelas.

Tekanan yang diterima oleh si suami yang kurang siap menyandang status sebagai suami dan ayah bagi anak pertamanya ini, memberikan andil besar dalam membentuk sosok istrinya menjadi kurang siap juga dengan posisi barunya sebagai istri dan ibu, yang akhirnya membuat keduanya kini sama-sama menghadapi ketidak-mantapan rohani, tak seperti saat mereka masih sama-sama lajang.

Kisah keluarga 3:
Keluarga ini merupakan keluarga paling senior di komsel dewasa muda saya. Sudah dikaruniai 4 orang putra dan putri yang anak pertamanya sebaya dengan saya. Si istri adalah seorang aktivis gereja sampai saat ini. Anak pertamanya seorang PKS youth, anak keduanya bekerja di luar kota, anak ketiganya seorang anggota tim musik gereja, dan anak bungsunya seorang anggota tim choir gereja.

Si suami merupakan PKS dewasa muda kami (seharusnya). Tetapi karena kesibukan kerja yang menyebabkan beliau lebih sering bertugas keluar kota, maka posisi tersebut lebih sering dipegang oleh istrinya. Pergumulan keluarga ini tidak hanya mengenai pekerjaan si suami yang cukup padat, tetapi juga mengenai pertumbuhan masa depan anak-anaknya. Untunglah, si istri yang takut akan Tuhan bisa mengatur semua keperluan rumah tangga dan masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bijaksana.

Karena peran si istri pulalah, meski si suami sering ditugaskan ke luar kota dan mempunyai jadwal kerja yang cukup padat, beliau masih tetap menunjukkan peran sertanya yang aktiv di komsel dewasa muda dan kegiatan gerejawi lainnya. Anak-anak yang dimiliki oleh keluarga ini juga tercetak dengan kualitas iman yang mantap dan menjadi berkat kesaksian bagi jemaat gereja kami lainnya.

Dari kisah ke tiga keluarga ini, saya bisa memahami betapa peran pasangan yang takut akan Tuhan itu sangat penting. Kisah keluarga pertama menunjukkan bahwa ketidak-sepadanan dalam hal iman antara suami dan istri bisa berakibat fatal bagi kedua belah pihak yang dipersatukan. Pepatah tentang 'pergaulan yang buruk bisa merusak pribadi yang baik' terjadi di keluarga pertama ini. Si istri yang pada mulanya takut akan Tuhan, lambat laun tertular kemalasan si suami karena dari semula ia tidak mengedepankan kesepadanan iman dalam memilih pasangan hidupnya.

Di kisah keluarga ke dua juga mengungkapkan hal yang serupa seperti kisah keluarga pertama. Ketidak-siapan si suami dalam membuka lembaran hidupnya dalam pernikahan ikut terimbas kepada istrinya. Menikah terburu-buru hanya karena tuntutan usia, tidak akan menghasilkan pondasi keluarga yang baik di masa depannya. Ketidak-siapan jiwa dan rohani seorang pria yang begitu cepat menjadi suami dan ayah, dan seorang wanita yang terlalu mudah menjadi istri dan ibu, bisa membuat keduanya kehilangan kendali saat menghadapi masalah rumah tangga yang nyata.

Pernikahan itu tidaklah semudah yang kita lihat di awalnya (proses pengikatan janji seorang pria dan wanita di depan gembala sidang dan jemaat gereja, kemudian keduanya memasuki bulan madu, dan berakhir penuh kebahagiaan). Status suami-istri dan ayah-ibu mengandung pertanggung-jawaban yang tidak ringan. Karenanya kita harus matang secara rohani dan jiwani untuk mengimbangi kematangan jasmani kita dalam hal menyandang status-status ini.

Kisah keluarga ke tiga bisa menjadi cermin bagi kehidupan rumah tangga yang dilakoni oleh orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Kesepadanan antar pasangan yang takut akan Tuhan, berpengaruh positif saat keluarga ke tiga ini menghadapi masalah-masalah dalam rumah tangga mereka. Suami dan istri yang sama-sama takut akan Tuhan bisa saling mempengaruhi pasangannya agar semakin maju dalam hal kerohanian dan memberikan dampak yang membangun juga bagi anak-anak yang terlahir dari buah pernikahan mereka.

Semoga kisah dari beberapa keluarga di komsel dewasa muda gereja saya ini, membuat kita para lajang semakin mempersiapkan diri menjelang 'pernikahan' kita suatu saat nanti. Pasangan yang takut akan Tuhan lebih berharga daripada pasangan yang rupawan, cerdas, dan kaya raya. Pernikahan yang didasari kesiapan mental jauh lebih penting daripada pernikahan yang terjadi hanya karena tuntutan usia menurut dunia (nj@coe).
 

Sunday, November 16, 2008

Menaklukkan Pikiran

Oleh : Angelina Kusuma

Ada tiga hal yang bisa membuat hidup manusia kehilangan sukacitanya. Pertama kekuatiran, kedua stress, dan ketiga adalah ketakutan. Ketiga hal tersebut bersumber dari satu sebab utama yaitu pikiran. Apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi seluruh kehidupan kita. Hari ini merupakan akibat dari apa yang kita pikirkan di hari kemarin dan hari esok adalah hasil dari apa yang kita pikirkan di hari ini. Karena pentingnya peran pikiran dalam kehidupan kita, maka jangan pernah bermain-main dengannya.

Kekuatiran, stress, dan ketakutan mempunyai artian yang berbeda. Kekuatiran adalah kegelisahan yang tidak wajar terhadap sesuatu. Stress adalah tekanan berlebihan yang kita rasakan terhadap keadaan yang tidak bisa dikendalikan. Sedangkan ketakutan adalah respon negatif dari tindak kejahatan, bahaya, atau kepedihan yang terjadi di lingkungan sekitar terhadap diri sendiri. Meski berbeda makna, namun ketiga hal ini menyebabkan akibat yang sama yaitu memperburuk kondisi kejiwaan yang akhirnya bisa berakibat fatal bagi kehidupan kita.

Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menyuruh agar mereka memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Filipi 4:8). Dalam artian yang lebih sederhana, Paulus memerintahkan jemaat Filipi agar menghitung berkat dan memenuhi pikiran mereka dengan karya-karya Kristus di dalam hidup ini setiap saat.

Penundukan diri dan menaklukkan pikiran tidak bisa dilakukan dengan sambil lalu. Iblis tahu betul kelemahan daging kita yang rentan terhadap hal-hal mengkuatirkan, menyebabkan stress, dan menakutkan. Oleh karenanya jika kita membiarkan pikiran kosong, maka dengan mudah ia akan memasukkan intimidasinya atas ketiga hal itu untuk membuat kita jatuh ke dalam kesalahan dan dosa.

Bersukacita adalah pilihan hidup. Ketika kita dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif seperti memerlukan sesuatu yang nyata untuk bersukacita, tergantung kepada orang lain agar bisa memberikan sukacita, dan selalu menantikan sesuatu yang membawa kebahagiaan akan datang dan terjadi suatu saat nanti di hidup kita, berarti kita tidak sedang memilih untuk hidup di dalam sukacita.

Hidup dalam sukacita tidak memerlukan sesuatu yang nyata untuk membuat hati bahagia, mampu menciptakan alasan sendiri untuk bersukacita meski tanpa orang lain, dan memilih untuk bersukacita sekarang juga, tidak perlu menantikan sesuatu yang kita harapkan terjadi dulu baru mengambil keputusan untuk berbahagia.

Apa yang menjadi pusat dari kehidupan kita

Kita tidak bisa mengatur kehidupan kita sendirian tanpa bantuan satu Pribadi yang bernama Yesus. Saat kita mampu memusatkan kehidupan kita kepada-Nya, maka pikiran kita akan bergerak ke arah yang membangun dengan sendirinya. Janji-janji-Nya yang menguatkan, membuat kita tetap bisa tersenyum meski di tengah badai kehidupan yang rumit.

Ketika kita mengedepankan Yesus dan kerajaan-Nya, semua kebutuhan hidup kita akan dipenuhi-Nya. Tidak ada hal yang bisa membatalkan perjanjian ini, kecuali kita memilih untuk hidup di luar dari kasih karunia dan penundukan diri yang benar terhadap kebenaran Firman-Nya. Bergaul akrab dengan Tuhan di dalam doa, puasa, dan pembacaan Firman-Nya harus menjadi gaya hidup sehari-hari dan menjadi kebiasaan yang terpelihara baik bagi orang-orang yang dikasihi oleh-Nya.

Apa yang kita lakukan di waktu luang

Saat sendirian adalah saat rawan bagi manusia yang mudah jatuh ke dalam kedagingan. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka tidak sedang bersekutu bersama Tuhan atau melakukan pekerjaan mereka mengelola taman Eden. Begitu juga dengan Daud. Ketika ia jatuh ke dalam perzinahan, Daud sedang 'cuti' dari pekerjaannya sebagai seorang panglima perang. Waktu luang yang kita miliki bisa menjadi batu sandungan jika kita salah menggunakannya.

Saat sendirian dan tidak sedang mengerjakan hal-hal yang menguras perhatian, biasanya pikiran-pikiran negatif akan datang menyapa kita dengan lebih giat. Apa yang belum kita miliki dalam hidup ini bisa menjadi target utama yang memenuhi kepala kita untuk dipikirkan saat itu. Dan jika pikiran-pikiran tentang hal-hal yang tidak kita miliki atau kondisi yang tidak bisa kita kendalikan itu berhasil menguasai kita, dengan segera kita akan terserang dampak kekuatiran, stress, dan ketakutan yang menjauhkan kita dari sukacita.

Berhati-hatilah dengan waktu luang yang anda miliki. Saat sendirian, setiap orang cenderung untuk memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Memikirkan kepentingan diri sendiri yang berlebihan bisa menimbulkan rasa mengasihani diri yang salah dan akhirnya membuat kita kabur terhadap kasih karunia yang telah Tuhan sediakan di hidup kita masing-masing.

Siapa yang menjadi orang-orang terdekat kita

Pergaulan yang buruk bisa merusak pribadi yang baik. Seseorang yang tumbuh di lingkungan para pemabuk, lebih mudah tertular menjadi pemabuk juga suatu saat nanti. Begitu juga jika lingkungan tempat tumbuh kita adalah keluarga yang takut akan Tuhan, kita juga akan lebih mudah termotivasi untuk mengasihi Dia dengan lebih sungguh-sungguh.

Jika anda ingin mempunyai pikiran yang selalu optimis, jangan biarkan pikiran pesimis dari orang-orang yang ada di sekeliling anda mempengaruhi fokus anda. Mungkin kita tidak bisa memilih hidup di lingkungan yang baik, keluarga yang sempurna dan takut akan Tuhan, atau sahabat-sahabat yang sukses berkarrier dan berkarya. Tetapi kita bisa memilih untuk mengatur pikiran kita agar tetap dalam koridor yang benar dengan menyadari dampak tidak baik yang bisa ditularkan oleh orang-orang terdekat kita itu dan menundukkan pikiran kita kepada kebenaran Firman Tuhan setiap saat.

Gereja seharusnya menjadi keluarga terdekat yang membangun bagi setiap jemaat yang bernaung di bawahnya. Itulah sebabnya, kita harus menjaga hubungan kita dengan saudara-saudara seiman dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah seperti ibadah raya, kelompok sel, kelompok doa syafaat, dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Saat kita berkumpul dan berbagi dengan saudara-saudara seiman, kita sedang membangun diri kita menuju keluarga Tuhan yang sebenarnya dan membantu kita tetap berapi-api meski lingkungan tempat tinggal dan keluarga kita yang asli masih jauh dari jangkauan kebenaran Firman Tuhan.

Dunia sudah menerima keselamatan sebagai anugerah terbesar yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib. Setiap orang percaya yang mengimani karya-Nya ini, harus mengerjakan keselamatan yang telah diterimanya itu dengan menaklukkan pikirannya kepada Kristus dan belajar menundukkan diri kepada Firman-Nya dari hari ke hari.

Jangan kuatir. Jangan stress. Dan jangan takut. Tuhan sudah memulai penciptaan-Nya atas kita dan dunia ini dengan awal yang baik dan Ia juga pasti akan mengakhirinya dengan baik pula. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak terbersukacita bersama-Nya. You gotta keep dancing with Jesus (nj@coe).

Filipi 1:6, Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.



Saturday, November 08, 2008

Free Your Voice

Oleh : Angelina Kusuma

Hampir semua orang dewasa bisa dengan mudah mengeluarkan suara dari mulutnya untuk berbicara, menangis, berteriak, marah, menguap, bersin, batuk, bersiul, atau sekedar bersenandung. Agar bisa menggunakan suara dalam berbagai keperluan, tentu ada tahap-tahap latihannya. Saat kita bayi, kita hanya bisa mengeluarkan suara dari mulut kita untuk menangis. Kemudian saat anak-anak, kita mulai belajar mengeluarkan suara untuk mengucapkan satu atau dua patah kata, sampai akhirnya kita pandai menggunakan suara kita untuk berbagai jenis keperluan di atas.

Meski hampir semua orang bisa mengeluarkan suaranya, tetapi tidak semua orang bisa menghasilkan suara yang bagus untuk bernyanyi. Agar seseorang bisa menyanyi dengan baik dan benar, ia perlu tambahan latihan lebih khusus berupa latihan vocal (vocalising), latihan artikulasi, latihan pernafasan, latihan pengenalan nada (atau istilah kerennya Mbak I'Ik alias Trie Utami adalah pitch control), latihan mengekspresikan sebuah lagu, latihan phrasing, latihan mengenal dinamika dan tempo, dan latihan mengenal notasi (angka dan balok).

Satu hal lagi yang diperlukan untuk menghasilkan kualitas bernyanyi yang baik dan benar adalah dengan membebaskan suara kita. Sebaik apapun teknik menyanyi kita, jika suara kita ada yang 'menahannya' (entah pengaruh suasana hati atau sakit penyakit), maka suara yang keluar tidak akan terdengar indah melainkan sumbang.

Menjelang perayaan Natal, gereja saya membentuk tim choir yang terdiri dari anak-anak youth dan dewasa muda. Setiap Jumat sore, kami latihan beberapa lagu pujian yang akan dinyanyikan saat praise and worship perayaan Natal Januari nanti, sambil merancang gerakan-gerakan tubuh untuk mengiringi tim choir saat bernyanyi. Karena saya sedang terserang flu, latihan choir yang terakhir Jumat kemarin membuat saya merasa kurang nyaman. Berkali-kali Ibu gembala yang melatih kami bernyanyi dan menari menegur saya dengan keras.

"Angel, nyanyi yang bener dong...Bebaskan suaramu..."

Saya bersedia masuk menjadi salah satu anggota tim choir gereja bukan karena saya pandai bernyanyi atau suara saya enak didengar oleh telinga. Sejak semula saya tahu bahwa suara saya termasuk golongan 'STD BGT GL' (standar buanget gitu loch, hihihi). Saya mau bernyanyi buat Tuhan selama ini karena saya ingin menyenangkan Dia lewat seluruh tubuh saya termasuk dengan mulut dan pita suara saya. Untungnya selama ini belum pernah ada orang yang protes karena suara saya bisa memecahkan gendang telinganya hehehe. Karena itulah, setiap kali ada tawaran untuk melayani Tuhan dengan bernyanyi, meski modal suara saya hanya pas-pasan, saya pasti menerimanya (kalo tidak bentrok dengan pelayanan saya lainnya tentu hahaha).

"Tante, suara saya hari ini memang lagi trouble gara-gara flu..." (ealah, sebenere sie emang dari sononya udah nggak enak didenger kali ye hihihi)
"Sakit masih bisa dikendalikan asal kita tahu dimana sumber masalahnya. Buka mulutmu lebar-lebar dan biarkan suaramu keluar lepas dari sana tanpa ditahan. Pasti bisa nyanyi lagi kok meski sedang flu."

Ibu gembala saya adalah seorang worship leader yang handal di gereja. Jam terbang Beliau dalam soal bernyanyi sudah tidak perlu diragukan lagi. Makanya, saat Beliau menyuruh saya 'mengalahkan' virus flu yang bersarang di tenggorokan saya, saya segera mengikuti anjuran Beliau (membuka mulut selebar-lebarnya dan membiarkan suara lepas keluar, sebebas-bebasnya). Hasilnya, paling tidak membuat saya tetap bisa bernyanyi meski harus diselingi beberapa kali istirahat guna memulihkan suara saya yang sedikit serak setelah digunakan menyanyi beberapa waktu.

Tak hanya disaat bernyanyi saja kita harus melakukan 'pembebasan'. Dalam hal berdoa dan beraktivitas sehari-hari bersama Tuhan, gaya free your voice juga harus kita terapkan. Jangan takut menyuarakan kebenaran tentang Firman Tuhan kepada setiap orang, jangan takut menyuarakan setiap keinginan, kebutuhan, bahkan keluhan-keluhan atas diri sendiri dalam pergumulan doa, dan bebaskan Roh Kudus bekerja secara luar biasa dalam hidup kita. Setiap penahan kebebasan seperti masa lalu yang kurang baik, sifat ego, dan dosa-dosa harus kita tanggalkan di belakang.

Tuhan mau suara kita juga memuliakan nama-Nya. Ia menunggu kita 'dengar-dengar' dengan-Nya setiap saat dan bersuara tentang Diri-Nya yang telah mati di salib menyelamatkan dunia. Apapun bentuk pelayanan yang kita ambil untuk kemuliaan Tuhan Yesus, free your voice to talk about His grace! (nj@coe).

Friday, November 07, 2008

Belajar dari "Sampun telas"-nya Mak Sarmi

Oleh : Angelina Kusuma

Akhirnya, saya bisa menikmati sepiring mie rebus juga di warungnya Mak Sarmi kemarin malam. Sebelumnya, dua kali saya harus kecewa karena di atas pukul 23.00 WIB, stok mie rebus di warung ini selalu habis.

"Sampun telas" ("Sudah habis", red), kata Mak Sarmi si pemilik warung pada dua malam kedatangan saya sebelumnya. Jam pulang kerja saya sekitar pukul 23.00 WIB setiap hari. Warung Mak Sarmi ini terletak di ujung Pasar Somoroto yang merupakan jalan utama menuju ke rumah saya. Setiap hari saya melewati warungnya yang buka setiap hari mulai pukul 19.00 WIB ke atas itu. Di musim penghujan seperti sekarang ini, rupanya membuat penjualan mie rebus dan mie goreng di warung Mak Sarmi ikut terdongkrak.

Udara malam yang dingin sehabis terguyur hujan, membuat banyak pembeli mie rebus dan mie goreng seperti saya, rela keluar rumah malam-malam demi sepiring kuliner yang enak disantap sewaktu masih hangat ini. Selain itu, warung Mak Sarmi ini memang terkenal dengan masakannya yang 'mak nyus'. Paduan antara mie, telur, dan bumbu-bumbunya yang cukup kerasa di lidah, membuatnya tetap diburu para penikmat kuliner meski ia hanya buka di malam hari saja.

"Kok nggak ditambah stok jualannya kalo ramai pembeli, mak? Kan sayang kalo menolak pembeli yang datang."

"Wah, ini saja sudah cukup, mbak. Kalo ditambah, takutnya keterusan sampai besoknya. Iya kalo besok tetap ramai, kalo enggak kan berarti bisa merugi. Emak jualannya tetap saja seperti biasa setiap hari. Kalo cepat habis berarti emak juga bisa cepat tutup warung biar segera istirahat di rumah bersama keluarga."

Kata-kata Mak Sarmi yang terkesan sederhana itu membuat saya mengulum senyum. Prinsip jauh dari ambisi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya meski ada kesempatan untuk melakukannya ini, ternyata mampu membuat warungnya tetap eksis lebih dari 10 tahun sejak berdiri. Kemampuannya mencukupkan diri dengan kapasitas warung dan tenaga masaknya, membuat kualitas resepnya juga terjaga. Itu juga yang akhirnya membuat para pembeli rela kembali lagi ke warungnya di lain hari dan tidak pindah ke lain hati meski pernah kecewa karena kehabisan stok jualannya.

Saya juga salah satu pelaku usaha seperti Mak Sarmi. Bedanya dengan Beliau, jenis usaha saya bergerak di jasa penyewaan internet. Saya mempunyai 8 buah PC untuk menghasilkan uang setiap jamnya. Sama seperti Mak Sarmi, tidak setiap hari netcafe yang saya kelola ini ramai pengunjung. Tetapi ada kalanya di satu hari, saya terpaksa menolak beberapa user yang datang secara bersamaan karena tempat saya sudah penuh. Saat ada banyak orang yang tidak mendapatkan PC rent di netcafe saya, terkadang pikiran ambisius seperti, "Coba ya aku punya 20 unit PC lagi untuk menampung mereka semua", hinggap di kepala saya.

Cinta akan uang tidak akan pernah membuat kita cepat kaya. Saya belajar bagaimana mencukupkan diri dengan kapasitas yang dimiliki dan menjaga kualitas unit usaha yang saya kelola dari kalimat, "Sampun telas"-nya Mak Sarmi kemarin malam. Kesederhanaan Beliau nyatanya bisa membuat warungnya bertahan hingga 10 tahun lebih. Saya juga masih ingin mengembangkan netcafe kecil saya ini hingga jangkauan waktu yang relatif lama seperti warung mie milik Mak Sarmi itu.

Kualitas tidak pernah bisa membohongi para pembeli dan pemakai jasa. Jika kemampuan kita baru di angka 8, maka berusahalah agar yang ke 8 itu semuanya menghasilkan kualitas terbaiknya untuk melayani para pemakai jasa atau produk kita. Ketrampilan seseorang akan terasah mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukannya setiap hari. Kita juga harus setia lebih dulu melalui perkara-perkara yang kecil, baru kemudian beringsut ke perkara-perkara yang lebih besar dan skala sangat besar di depannya nanti.

Seseorang dengan satu gelas di tangannya, tidak mungkin menampung seember air bukan? Demikian juga kita dalam mengelola unit usaha yang kita miliki. Jika memang kita baru mampu mengelola unit usaha skala kecil dan menengah, jangan berangan-angan mengelola perusahaan bertaraf internasional tanpa dibekali kemampuan yang memadai. Kesederhanaan tak hanya baik diterapkan dalam gaya hidup sehari-hari, namun juga berguna dalam meningkatkan kualitas dan kinerja di unit usaha yang kita kelola.

Salam sukses! (nj@coe).



Thursday, November 06, 2008

Dipersiapkan untuk menjadi sepadan

Oleh : Angelina Kusuma

Hari ini saya membuka kembali lembaran-lembaran diary yang saya tulis tahun 2002 sampai tahun 2006 lalu. Banyak teraan kisah di sana yang membuat pikiran saya melayang ke kejadian demi kejadian tempo dulu. Ada cerita yang membuat saya tersenyum saat mengenangnya, ada cerita yang membuat saya berfikir, "Ya ampun, kok bisa sie aku nglakuin hal bodoh gitu dulu", sampai cerita-cerita yang membuat saya bertanya-tanya, "Kenapa sampai sekarang masalah ini tetap ada di hidupku?"

Waktu saya membaca tulisan tertanggal 22 Januari 2005, sejenak saya berhenti. Satu tulisan di hari itu membuat saya ingin tertawa dan merenung semakin dalam. Saat itu, saya baru berusia sekitar 23 tahun, memiliki gejolak kepribadian yang sedikit labil seperti layaknya seorang remaja yang beranjak dewasa lainnya, dan membuat tulisan seolah-olah hari ini tidak akan pernah datang hehehe.

Di usia 23 tahun lalu, saya pernah terobsesi mendapatkan seorang calon pasangan hidup yang ideal. 10 kriteria yang sempat saya tulis di diary, membuat saya merenung ulang tadi pagi, "Hmm, ternyata selama ini Tuhan sedang melakukan banyak hal ke dalam diriku untuk menjadikan aku 'sama' seperti kriteria calon pasangan hidup yang ku tulis sendiri?"

Lewat 4 tahun setelah tanggal 22 Januari 2005, saya baru menyadari satu kebenaran bahwa perjalanan hidup yang saya lalui selama ini telah dibawa Tuhan menuju ke pembaruan pribadi yang mendekati kriteria pasangan hidup ideal yang pernah saya tulis di diary itu. Ada beberapa item yang saya tandai khusus dari kesepuluh kriteria tersebut, diantaranya : takut akan Tuhan Yesus, sabar, dewasa, dan peneguhannya melalui Firman Tuhan.

Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang takut akan Tuhan Yesus, jika kamu sendiri tidak takut akan Dia?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang sabar, jika kamu sendiri tidak sabaran menghadapi segala hal?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan seorang pria dewasa, jika kamu sendiri masih berada di level anak perempuan dan belum menjadi seorang wanita dewasa?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan peneguhan melalui Firman Tuhan akan seseorang yang sudah ditetapkan oleh-Nya untukmu, jika kamu sendiri tidak bergaul akrab dengan Firman yang akan digunakan-Nya untuk meneguhkanmu dengan calon pasanganmu itu?

Sejenak, pertanyaan-pertanyaan diatas membuat saya kembali mengenang perjalanan hidup saya selama 4 tahun berikutnya setelah meminta Tuhan mendatangkan seorang calon pasangan hidup sesuai keinginan saya. Cobaan-cobaan hidup yang harus saya lalui sampai hari ini, sedikit banyak sudah mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik daripada dulu. Sejak lama saya tahu akan prinsip kesepadanan dalam hal pernikahan kudus. Jika kita menghendaki calon pasangan hidup yang takut akan Tuhan, sabar, dewasa, dan peneguhannya melalui Firman Tuhan, apa yang kira-kira akan Tuhan perbuat kepada kita untuk memenuhinya? Akankah Ia langsung mengabulkannya jika kita sendiri masih jauh dari kriteria yang kita minta itu?

Prinsip kesepadanan dalam pasangan hidup tak hanya mencakup kesiapan secara fisik, tetapi juga kualitas mental, jiwa, dan iman seseorang. Tuhan mendengar seluruh permintaan yang kita ajukan kepada-Nya. Apapun kriteria calon pasangan hidup yang kita minta, tidak pernah diabaikan-Nya. Sah-sah saja jika kita meminta calon pasangan hidup yang tampan atau cantik, pandai, penyabar, takut akan Tuhan, penyayang binatang, keibuan, dan lain-lain. Yang perlu diingat juga, apakah kita 'layak' bersanding dengan orang-orang berkriteria tersebut?

Yang menarik seseorang lebih dekat adalah persamaannya. Hanya sedikit orang yang tertarik karena perbedaan. Jika kita ingin menarik calon pasangan hidup yang sabar, tentunya lebih mudah jika kita menjadi seorang penyabar lebih dulu. Jika kita ingin memikat seseorang yang takut akan Tuhan, tentunya akan lebih cepat jika kita juga seorang yang takut akan Tuhan. Ingin mendapatkan yang terbaik sementara kita sendiri tidak mengusahakan yang terbaik, itu namanya hanya berangan-angan dan bermimpi belaka. Yesus tidak menghendaki kita menjadi seorang rohaniwan tanpa tanggung jawab (hanya bisa berdoa tentang apa yang kita inginkan kepada-Nya tanpa disertai usaha untuk mendapatkannya). Iman tanpa perbuatan adalah kosong.

Tuhan akan mempersiapkan setiap anak-anak-Nya selama masih single untuk menghadapi masa relationships dan marriage agar kita layak berada di posisi tersebut, tak sekedar menyandangnya sebagai status. Saat kita mengajukan kriteria calon pasangan hidup kepada-Nya, Ia mendengar dan mencatatnya dengan baik. Saya juga sempat beberapa kali mengajukan nada protes kepada Tuhan ketika saya tak kunjung jua mendapatkan seorang pria yang sesuai dengan kriteria yang sudah saya ajukan kepada Tuhan sebelumnya. Tetapi ketika saya kembali membaca tulisan di diary saya 4 tahun silam itu dan merenungi apa yang sudah Ia izinkan terjadi dalam hidup saya selama ini, saya menyadari bahwa saya sedang menempuh 'perjalanan' yang benar sampai detik ini. Tuhan telah menempa sisi kerohanian dan jiwa saya selama 4 tahun ini untuk menjadikan saya mendekati kriteria calon pasangan hidup yang sudah saya buat sendiri.

Saya percaya bahwa Tuhan sedang mempersiapkan yang terbaik buat saya dan anda. Mempersiapkan diri menjadi calon pasangan yang baik akan semakin mendekatkan kita kepada calon pasangan yang terbaik juga dari Tuhan. Tugas kita dalam setiap kesempatan adalah 'bersiap sedia' ketika waktu-Nya tiba. Kita harus siap menjadi calon pengantin-pengantin-Nya, baik dalam artian jasmani maupun rohani sebagai mempelai-Nya sendiri saat akhir zaman tiba nantinya. Masalah siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, biarlah itu tetap di tangan Tuhan hingga waktu-Nya tiba. Kita tidak akan bisa 'membantu' Tuhan. Semakin kita bersikukuh ikut campur tangan dalam rencana-Nya dalam hidup kita (memaksa Tuhan menghadirkan pasangan hidup sementara kita sendiri belum siap), kehancuran belaka yang akan kita peroleh.

Terus beriman dan bersukacita dalam menjalani setiap hari yang sudah Tuhan jadikan dalam hidup ini tanpa mengeluh. Ia tahu apa yang kita butuhkan dan Ia akan memenuhinya tepat waktu! Buah yang masak di pohon, selalu lebih nikmat daripada buah yang masak karena diperam. Pernikahan yang memang terjadi karena sudah tiba saat-Nya, lebih mambahagiakan daripada pernikahan yang terjadi karena kita 'kebelet' (nj@coe).

Monday, November 03, 2008

Aku Cantik!

Oleh : Angelina Kusuma

Pernahkah anda ingin menjadi orang lain? Hmm, mungkin satu atau dua kali, wajar jika kita berfikiran demikian. Berandai-andai menjadi Angelina Jolie dengan segudang prestasi, ketenaran, dan kecantikannya atau ingin seperti Bill Gates dengan kekayaan dan keenceran otaknya. Tak jarang juga akhirnya kita meniru perilaku orang-orang yang kita kagumi tersebut dalam keseharian kita agar dinilai mempunyai 'kemiripan' dengan sang idola yang perfect.

Saya juga pernah ingin menjadi orang lain yang karakternya jauh berbeda dengan yang saya miliki saat ini. Saya pernah ingin terlihat lebih tenang, lebih anggun, lebih lembut, dan lebih feminin daripada saya yang sebenarnya. Demi dilihat oleh orang lain bahwa saya juga bisa menjadi wanita yang layak dikagumi orang lain karena sisi femininnya, akhirnya saya rela membaca banyak artikel tentang wanita, membeli pernak-pernik wanita, memburu trend mode untuk wanita-wanita anggun, sampai membeli peralatan kecantikan wanita. Sebelumnya, image saya adalah tomboy dan mandiri. Jangankan berdandan, penampilan berbusana saya saja jarang tersentuh kesan feminin.

Setelah mengumpulkan banyak bahan untuk menunjang diri saya berubah menjadi wanita anggun, ternyata tak semudah membalikkan tangan di praktek nyatanya. Dalam perjalanannya, kadang saya mendapati kondisi yang tidak sebagaimana mestinya. Beberapa kali ketika memandangi cermin, saya menjadi frustasi karenanya. Saya memang menjadi lebih 'wanita' dari sebelumnya dengan sentuhan gaun-gaun dan peralatan kecantikan wanita. Tetapi jati diri saya yang asli serasa ikut hilang juga bersama perubahan yang 'dipaksakan' itu.

Perubahan ke arah yang lebih baik memang perlu. Saya bukannya menolak menjadi lebih feminin dari penampilan saya yang agak tomboy sebelumnya. Saya tahu bahwa kodrat saya dari semula adalah wanita. Tampil cantik dan anggun juga merupakan keinginan saya setiap saat. Tetapi, tentunya tidak semua cara berpenampilan wanita lain akan terlihat cocok jika saya kenakan. Karakter setiap manusia diciptakan unik dan tidak akan pernah ada yang sama persis. Karena itu juga, cara berpakaian, cara merias wajah, gaya rambut, cara berjalan, dan bertutur kata seorang wanita terbaik, belum tentu menghasilkan penampilan yang baik juga jika ditiru oleh wanita lainnya.

Karakter dasar seseorang ikut mempengaruhi apa yang tampak di luarnya. Mengubah penampilan luar saja hanya akan menyisakan hal yang sia-sia. Kita harus mengubah inner beauty kita lebih dulu sebelum beranjak mengubah outer beauty kita. Wanita cantik bukan saja karena riasan di wajahnya, tetapi dari kepribadiannya yang menyenangkan. Wanita feminin tidak dilihat dari rok berenda yang dikenakannya, tetapi juga dari kemandiriannya. Wanita lembut bukan hanya ditutur katanya yang santun, tetapi juga karena kecekatannya berfikir dan bertindak. Wanita manis tidak harus terlihat manja dan tak berdaya, tetapi karena ia bisa diandalkan di setiap keadaan genting.

Tak perlu berubah menjadi kalem bak titisan putri-putri keraton agar disebut sebagai wanita anggun. Tak perlu berjalan pelan-pelan untuk menyandang wanita lemah-lembut. Ketika saya beranggapan bahwa wanita feminin harus berkarakter seperti seorang putri yang sempurna, karakter saya sebagai wanita periang, berpendirian teguh, dan mandiri hampir musnah. Padahal itu adalah karakter positif saya yang paling penting. Kehilangan karakter diri hanya demi sebutan feminin atau wanita anggun tidaklah bijaksana. Yang harus kita lakukan untuk menjadi wanita anggun hanya mengubah hal-hal yang kurang membangun dari sikap dan tindakan kita, kemudian mempertahankan jati diri kita agar semakin berkarakter dan bernilai membangun bagi dunia di sekitar kita.

Saya juga tidak setuju dengan cekokan prinsip-prinsip dunia yang salah mengenai wanita cantik selama ini. Iklan-iklan, sinetron, film, lagu, seolah berlomba-lomba menanamkan image bahwa wanita yang cantik harus mempunyai tiga kriteria yaitu putih, langsing, dan berambut lurus. Wow, saya sangat jauh dari dua hal diatas. Saya tidak putih dan tidak memiliki rambut yang lurus. Apakah hanya karena saya tidak putih dan tidak berambut lurus maka saya tidak cantik? Lalu bagaimana dengan para wanita yang tidak memiliki tiga kriteria itu alias wanita bertubuh gemuk, berambut gimbal, dan berkulit hitam? Menjadi burukkah mereka karenanya?

Kecantikan wanita bersumber dari hati, pikiran, dan tindakannya. Saya bangga dengan kulit sawo matang saya. Karenanya, saya tidak terlalu berpotensi terkena penyakit kanker kulit yang lebih rentan terhadap kulit putih. Saya bangga dengan rambut ikal saya. Karenanya, saya tidak perlu sibuk menyisir rambut dalam keadaan darurat (disisir atau enggak sama aja kan kelihatannya? hihihi). Saya bangga dengan senyum riang saya. Karenanya, saya bisa menginspirasi banyak orang untuk tetap tersenyum dan bersukacita meski apapun yang telah terjadi di hidup mereka (menularkan virus narsis bin sok kepedean dimana-mana hahaha). Dan saya bangga dengan kemadirian saya. Karenanya, saya bisa menjadi inspirasi banyak wanita untuk berkreasi lebih, berkarya lebih, dan menyelesaikan banyak masalah sendiri, seperti ngebenerin genteng bocor, melanglang buana ke tempat-tempat yang ok sebagai 'nekad' traveller, mengangkat benda berkilo-kilo beratnya dengan kedua tangan, dan lain-lain (wanita kan juga bisa menjadi Hulk hehehe).

Sekarang saya tidak ingin menjadi wanita lain lagi. Saya mencintai diri saya apa adanya sebagai ciptaan yang unik dan special dari Tuhan, meskipun dunia berkata tentang kecantikan dan keanggunan pasti dimiliki oleh wanita yang 'harus' putih, berambut lurus, dan langsing. Saya hanya ingin menjadi diri sendiri. Seorang wanita dengan tas ransel di punggung, sandal jepit di kaki, senyum mempesona yang begitu akrab di camera foto, dan segudang ide 'gila' di balik tempurung kepalanya.

Ada yang ingin berkata bahwa saya tidak cantik? (awas aja ada 'F4 Ijo' melayang kearahmu saat ini wkwkwk ^o^ V).




Sunday, November 02, 2008

Apa Arti Sebuah Nama

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa waktu yang lalu, saya menonton pagelaran sebuah konser musik yang ditayangkan secara live di dua stasiun televisi swasta Indonesia. Konser musik ini merupakan konser musik perpisahan dari sebuah band besar asal kota kembang yang memarakkan dunia seni Indonesia sekitar 6 tahun belakangan ini. Saya salah satu penggemar musik-musik dari band ini sejak album pertama mereka hingga yang terbaru. Musik mereka yang ber-genre anak muda dan lirik-lirik sederhana namun bermakna, membuat saya ikut menggandrungi hampir semua karya-karya di album-album yang pernah mereka luncurkan.

Sayangnya meski band ini cepat melejit sejak album perdananya meledak di pasaran, band ini juga rapuh. Gosip tak sedap silih berganti menerpa para personelnya sampai perpecahan yang mengantar mereka ke acara konser perpisahan malam itu. Di album mereka selanjutnya, dikabarkan bahwa mereka akan mengganti nama band meski para personelnya dalam formasi tetap. Saat di wawancara, sang vokalis band, Ariel, selalu menjawab, "Apalah arti sebuah nama? Yang penting kan kualitas karya-karya kami."

Benar juga apa yang diyakini oleh para personel Peterpan ini. Meski mereka berganti nama sekalipun, asal kualitas lagu dan musik yang mereka hasilkan nanti tak jauh berbeda dari band mereka yang lama, mungkin saya juga akan tetap menjadi penggemar setia mereka nantinya.

Kembali ke soal nama...tahukah anda apa arti nama anda dan pengaruhnya bagi kehidupan anda? Nama adalah sebutan atau label yang diberikan kepada benda, orang, tempat, produk (misalnya merek produk) dan bahkan gagasan atau konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan satu sama lain. Nama dapat dipakai untuk mengenali sekelompok atau hanya sebuah benda dalam konteks yang unik maupun yang diberikan.

Di salah satu episode anime Jepang yang sering saya tonton (Bleach), juga ada perdebatan menarik seputar nama. Anime Bleach ini berkisah mengenai seorang anak SMU bernama Kurosaki Ichigo yang tanpa sengaja menjadi subtitute shinigami. Demi menjalani profesinya sebagai dewa kematian pengganti, ia harus rela bertarung melakukan penyucian roh-roh orang yang sudah mati di dunia nyata. Suatu ketika ia harus menyelamatkan shinigami yang telah memberikan kekuatannya kepadanya (Kuchiki Rukia) karena ia hendak dibunuh karena melanggar peraturan dunia roh yang tidak memperbolehkan seorang shinigami memberikan kekuatannya kepada manusia biasa.

Saat menempuh perjalanan menuju ke menara tempat penahanan Kuchiki Rukia di dunia roh, Kurosaki Ichigo di hadang oleh salah satu shinigami yang cukup kuat berpangkat kapten. Perbedaan antara Kurosaki Ichigo dengan kapten Zaraki Kenpachi ini adalah soal nama pedang zanpakutou yang mereka gunakan untuk bertarung. Kapten Zaraki tidak pernah mempermasalahkan siapa nama pedang zanpakutou-nya, sedangkan Ichigo dalam proses latihan bertarungnya justru 'berkenalan' langsung dengan pedangnya sendiri yang bernama Zangetsu.

Dengan mengenal nama zanpakutou-nya, Ichigo mempunyai tambahan kekuatan untuk melepaskan shikai zanpakutou-nya dan akhirnya bisa mengalahkan kapten Zaraki. Padahal kapten Zaraki ini termasuk shinigami terkuat di dunia roh sebelumnya. Ia seorang penggila pertarungan yang hidup dengan satu tujuan yaitu bertarung. Ketika kapten Zaraki rebah oleh tebasan zanpakutou Ichigo (Zangetsu), barulah ia teringat bahwa sejak dulu ia tidak pernah perduli akan nama, bahkan namanya sendiri. Ia baru menamai dirinya sendiri ketika menemukan seorang bayi setelah membunuh banyak orang untuk bertahan hidup di distrik tempatnya bertugas. Karena itulah ia juga tidak pernah perduli siapa nama zanpakutou-nya meski sudah menemaninya bertarung ratusan kali.

Orang tua saya termasuk selektif dalam memilih nama bagi anak-anaknya. Saya dan adik saya mempunyai nama yang cukup unik dibandingkan lingkungan tempat kami tiggal. Waktu kecil, orang-orang di lingkungan saya sering melontarkan nada sedikit keheranan mengenai nama saya. "Anak kok jenenge angel?" (artinya : "Anak kok namanya angel?"). Mungkin bagi anda yang fasih berbahasa Inggris tidak akan banyak mempermasalahkan nama saya karena anda tahu bahwa artinya Angel adalah baik (malaikat). Tapi bagi masyarakat tempat tinggal nenek saya yang ada di desa kecil dan berdarah Jawa asli, Angel bagi mereka artinya bukan 'malaikat', tapi 'sulit' (hehehe). Makanya, ketika saya kecil, seringkali saya pulang ke rumah dengan wajah murung karena diejek tetangga saya bahwa saya akan 'sulit' dalam segala hal karena nama depan saya sudah 'angel'.

Sekarang setelah saya tahu arti nama saya yang sebenarnya, saya sangat bersyukur orang tua saya memberikan nama yang demikian bermakna dan bagus kepada saya. Saat mereka memberikan nama Angelina Kusuma kepada saya, harapan mereka adalah nantinya saya akan menjadi seorang wanita (disimbulkan dengan kusuma - bunga) berhati malaikat dan selalu membawa berita damai (arti Angel = malaikat dari bahasa Inggris). Uh uh, bagus ya...hiks jadi terharu (tx, Mom...Dad).

Saya tetap mengingat dan berusaha untuk mewujudkan doa orang tua saya saat memberikan nama itu meski sekarang saya mempunyai beberapa nama panggilan lain, seperti NJ atau Enjie, yang sedikit berbeda dari nama asli saya. Bagi saya, nama saya bukanlah sekedar nama. Nama saya adalah doa dari orang tua saya untuk menjadikan saya menjadi orang yang berguna bagi orang-orang di sekitar saya, yaitu membawa berita damai bagi mereka yang sedang terbeban berat dan karena itu juga selama ini saya selalu ingin menjadi pribadi yang bisa diterima semua kalangan tanpa batas (hehehe, kok ujung jadi narsis gini...).

Yesaya 45:3, Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu.

Tuhan tidak pernah menganggap remeh soal nama ternyata. Ia selalu memanggil orang-orang yang dikasihi-Nya dengan namanya langsung. Ia mengenal kita sejak dari kandungan ibu. Ia tidak pernah menganggap kelahiran kita sebagai kesalahan meski kita terlahir dengan keadaan yang kurang sempurna. Di kitab-Nya tersimpan semua nama-nama kita yang percaya kepada Yesus Kristus, Anak Sulung-Nya.

Wahyu 3:5, Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan aku akan mengaku namanya dihadapan bapaKu dan dihadapan para malaikatNya.   

Maukah engkau dikenal oleh Yesus Kristus? Maukah namamu tertulis di kitab kehidupan-Nya? Apapun dan siapapun diri anda, nama anda dikenal-Nya. Kejadian anda direnungkan-Nya. Dan jalan hidup anda telah ditenun-Nya. Jangan biarkan Tuhan menghapus anda dari ingatan-Nya pada saat masa penebusan nanti tiba. Orang yang anda kasihi di dunia ini boleh melupakan anda. Sahabat-sahabat anda boleh tidak mengingat nama anda dengan baik. Tetapi Tuhan Yesus tidak akan pernah melupakan anda jika anda tetap setia kepada panggilan-Nya.

1 Tawarikh 29:28a, Kemudian matilah ia (Daud) pada waktu telah putih rambutnya, lanjut umurnya, penuh kekayaan dan kemuliaan...

Sama seperti Daud yang sudah mengakhiri hidupnya dengan banyak kesuksesan, demikianlah kita seharusnya mengakhiri pertandingan iman kita di dunia ini dan mencatatkan nama kita sebagai 'hamba yang baik' bagi Yesus Kristus. Pergunakan waktu yang tersisa anda untuk terus memuliakan Dia yang telah mengizinkan kita mempunyai 'arti' bagi dunia ini dan bagi-Nya (nj@coe).

Nama hanya mempunyai arti jika ia memiliki kualitas

Kesel...Nggak Segera Punya Pacar!

Oleh : Angelina Kusuma

"Aku mau sedikit share. Sekarang usiaku 25 tahun, cool, pekerjaan ok, tapi belum punya pacar juga nie. Ketika aku melihat orang-orang yang berjalan sama pacarnya, pasti timbul perasaan iri di dalam hati. Wanita-wanita yang ada di gerejaku kelihatannya pada jaim (jaga image). Hanya membuat hati semakin kesel dan males mendekatinya. Yang di luar kristus justru lebih baik jodohnya, kenapa yah?"

Pertanyaan seperti yang terlontar dari mulut Jimmy teman saya ini, mungkin akan membuat anda sebagai pengikut Kristus juga ikut tergelitik untuk memikirkannya sejenak seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bukan kali ini saja saya mendengar pertanyaan seperti ini terlontar dari mulut anak-anak Tuhan. Beberapa tahun yang lalu seorang teman dekat saya malah ada yang nekad menjalin relationships dengan pria yang tidak percaya kepada Kristus karena ia beranggapan bahwa mencari pria Kristen yang takut akan Tuhan itu lebih sulit daripada mencari pria yang penting bisa mencintainya dengan sepenuh hati.

Well, saat usia kita sudah beranjak dewasa, apalagi ditambah dengan posisi pekerjaan yang mapan dan penghasilan tetap setiap bulannya, hadirnya pasangan hidup di sisi kita pasti menjadi kerinduan bagi setiap orang. Mengharapkan ada seseorang yang bisa menjadi tempat berbagi suka dan duka, tempat berbagi kasih, dan menjadi partner dalam menjalani aktivitas keseharian, merupakan salah satu alasan yang sehat bagi para pria dan wanita untuk menikah. Tetapi jika pasangan hidup yang sesuai Firman Tuhan ternyata sulit didapat sementara usia sudah mulai melewati kepala 3, apakah kita akan berputar haluan dan mencarinya lewat jalan pintas?

Pernikahan adalah pondasi sebuah keluarga dan keluarga adalah pondasi gerejanya Tuhan. Siapa bermain-main dalam pernikahan, itu sama artinya sedang bermain-main dengan Tuhan. Bermain-main dengan Tuhan artinya sudah berdosa kepada ketetapan yang sudah dibuat-Nya. Dan upah dosa adalah maut.

Sebagai anak Tuhan, seharusnya kita memusatkan seluruh pandangan hidup kita ke satu Pribadi yaitu Yesus Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita dan tidak berkompromi dengan dunia sedikitpun. Sayangnya, prinsip ini sulit tertanam dalam diri kita jika kita belum mempunyai tujuan hidup yang benar di dalam Dia, apalagi buat mereka yang sudah dibutakan oleh cinta (eross). Bisakah kita tetap menempatkan Yesus di atas segalanya ketika orang tua kita mulai mendesak kita untuk memperkenalkan calon istri atau calon suami dan orang-orang di sekeliling kita satu per satu mulai melepas masa lajang atau jomblonya?

Menyandang status suami atau istri itu mudah lho. Asal usia pria sudah 19 tahun dan usia wanitanya 16 tahun, catatan sipil sudah siap menikahkan kita (gara-gara kasus Syeh Puji - Ulfah, gue jadi melek hukum juga neh hihihi). Yang sulit adalah mempertanggung-jawabkan status tersebut di hadapan Tuhan, pasangan hidup kita, dan juga masyarakat. Jika mempertanggung-jawabkan pernikahan juga mudah, tentunya tidak perlu ada perceraian. Kenyataan yang ada di lapangan, banyak orang yang cepat menikah, tetapi banyak juga yang cepat bercerai. Nah, mau...jadi salah satu orang yang cepat menikah tetapi juga cepat bercerai seperti yang marak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini?

Kasih sejati tidak bisa dibeli dengan uang. Ukuran kesiapan seseorang untuk mempunyai pasangan hidup dan menikah juga tidak hanya dilihat dari usia, kedewasaan jasmani, dan materi saja, tetapi harus diimbangi dengan kematangan di sisi kerohanian kita. Tuhan selalu tahu apa yang kita butuhkan dan Dia tidak akan pernah melewatkan kebahagiaan anak-anak-Nya. Yang membuat kita segera menerima anugerah-Nya atau lambat menerimanya (ditahan dulu) adalah diri kita sendiri. Jika kita sudah layak untuk menerima anugerah-Nya, Dia akan segera memberikannya. Jika belum, tentunya kita harus dilayakkan lebih dulu agar siap saat menerimanya.

Kebanyakan dari kita, terlalu sibuk mencari pria dan wanita yang tepat untuk kita tanpa mengimbanginya dengan usaha dari diri kita sendiri untuk menjadi pria dan wanita yang tepat bagi calon pasangan kita nantinya. Makanya, banyak orang frustasi karena tidak segera mendapatkan calon pasangan yang sepadan kemudian memotong jalan pintas asal bisa menyandang status menikah meski harus 'menggadaikan' Yesus Kristus.

Saat kita jatuh cinta kepada seseorang, cinta kita kepada Yesus juga ikut teruji. Keduanya mempunyai hubungan yang erat karena Kristus mati di atas kayu salib juga karena bentuk cinta-Nya yang besar atas dunia ini. Jika kita lengah tidak melibatkan-Nya dalam hal ini, maka kita bisa kehilangan sebuah hubungan yang berharga yaitu dengan Tuhan kita sendiri. Yesus menyukai setiap bentuk hubungan. Ia suka ketika Adam mempunyai hubungan yang intim dengan Hawa selain dengan-Nya. Dia yang sama juga akan menyukai hubungan kita dengan lawan jenis kita di dunia ini. Ia tidak melarang kita jatuh cinta, berpasangan, dan menikah. Masalahnya, maukah kita menempatkan Dia di dalam hubungan-hubungan yang kita miliki itu agar nama-Nya tetap dipermuliakan di atasnya?

Matius 6:33, Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Kalo nggak segera punya pacar, jangan kesel sama Tuhan dong. Tapi interospeksi diri, sudahkah kita pantas mendapatkan pasangan yang sepadan dari-Nya? Perbaiki kualitas diri dan iman kita di hadapan Kristus agar menjadi calon pasangan yang tepat bagi mempelai-mempelai-Nya. Pasti deh, Yesus tidak pernah lupa memberikan pasangan yang terbaik bagi kita jika kita sudah siap menerima anugerah-Nya itu. Let's to be a man and a women in Christ, not just a boy and a girl that not yet mature to get marriage...(nj@coe).