Saturday, June 23, 2018

Generasi Tua, Generasi X, Generasi Milenial (Y) dan Generasi Z



Perkembangan zaman tak bisa dilawan. Setiap generasi yang lahir di era tertentu akan membawa ciri khasnya masing-masing. Setidaknya ada 4 sebutan generasi yang saat ini sedang eksis di dunia:
- Generasi X lahir antara tahun 1966 - 1976
- Generasi Milenial (ato yang sering disebut sebagai Generasi Y) lahir antara tahun 1977 - 1994
- Generasi Z (ato yang sering disebut Kids Jaman Now) lahir antara tahun 1995 - 2012
- Generasi Alfa lahir setelah tahun 2012

Ke empat generasi ini mempunyai perbedaan satu sama lain. Generasi Milenial dan Generasi Z (dan generasi sesudahnya) berada di era modern dengan keterbukaan informasi yang luar biasa dengan adanya internet. Buat Generasi Milenial dan Generasi Z, smartphone dan gadget menjadi makanan sehari-hari dan setiap saat. Mereka mudah menjangkau sebuah informasi atau belajar ilmu baru melalui internet.

Jika orang tua kita waktu kecil ditanya "Mau jadi apa?", kebanyakan mereka akan menjawab 'Dokter ato Guru ato Polisi...bla bla bla...'. Tapi Generasi Milenial dan Generasi Z bisa berbeda. Jangan heran jika suatu hari nanti kamu akan mendapati jawaban "Aku mau jadi YouTuber" ato "Aku mau jadi Vlogger" dari seorang anak (dan mungkin itu juga yang menjadi cita-citamu saat ini).

Saya termasuk dalam Generasi Milenial. Orang tua saya awalnya agak sulit mengerti tentang cara hidup saya. Mereka pernah menginginkan saya menjadi seorang Dokter. Demi menyenangkan hati orang tua, saya mengajukan diri ke Fakultas Kedokteran Gigi di sebuah universitas negeri di Jember dan saya diterima tanpa tes! Tapi, pada akhirnya saya tidak kuliah disana, saya memilih kuliah di sebuah fakultas teknik di universitas negeri di Surabaya (saya diterima disini juga tanpa tes), dengan pertimbangan (saya)...kuliah di fakultas teknik bisa 'lulus lebih cepat' daripada kuliah di fakultas kedokteran (jadi saya bisa mengejar mimpi saya segera setelah lulus kuliah hahaha).

Cita-cita saya saat itu adalah menjadi pengusaha. Orang tua saya tidak bisa menerima itu karena mereka adalah Pegawai Negeri Sipil dan mereka tidak punya modal untuk berdagang ato membuka usaha. Pola pikir mereka terdidik untuk tunduk pada aturan dan kenyamanan, sedangkan saya punya pola pemikiran yang sangat terbuka, berani mengambil resiko apapun, yang mungkin dianggap 'liar' oleh mereka.

Sebulan setelah saya diwisuda, saya diterima menjadi engineer di sebuah perusahaan kapal fiberglass di Jakarta. Saya bekerja sesuai bidang saya, sesuai dengan gelar yang saya dapat dari kampus, tapi tidak sesuai dengan passion saya. Makanya, saya hanya bertahan 1 tahun 8 bulan di perusahaan ini. Orang tua saya kebingungan luar biasa ketika tahu bahwa saya resign dari pekerjaan saya. Ohh, mereka langsung datang jauh-jauh dari Ponorogo ke Jakarta hanya untuk 'mengkotbahi' saya tentang makna bekerja (hahaha!) dan mensyukuri saja jadi karyawan. Karena 'campur tangan' orang tua saya, akhirnya saya kembali bekerja sebagai karyawan (engineer lagi) di perusahaan kapal kayu di Cinere. Tapi yah, karena memang bukan keinginan dari hati yang terdalam...sayapun kembali resign, hanya bisa bertahan setahun bekerja di perusahaan itu kemudian saya pulang ke Ponorogo.

Perjuangan saya cukup berat untuk mencapai mimpi saya. Kurang dukungan dan juga kurang modal. Saya merintis sebuah warnet di Ponorogo dari bawah. Orang tua saya mungkin menyesali karena pernah mengkuliahkan saya ke Surabaya yang pada akhirnya sebagian besar ilmunya ndak akan pernah terpakai lagi haha. Saya tahu bahwa orang tua saya 'galau' dengan tingkah anaknya yang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Kami berbeda generasi, berbeda passion dan berbeda cara hidup meski sama-sama ingin hal yang sama, yaitu SUKSES!

Saya terpaksa memindah lokasi warnet dari Ponorogo kota ke Sumoroto karena tak bisa membayar uang sewa warnet sebesar yang diminta pemilik rumah. Harus mengawali semuanya dari nol lagi. Buat saya itu gak masalah, tapi buat orang tua saya itu masalah. Sering terjadi konflik antara saya dan orang tua saya dulu karena perbedaan pandangan dan prinsip. But, it's okay. Berbeda itu biasa buat kami (terutama saya hehe). Orang tua saya bertambah heran ketika saya memutuskan untuk menutup warnet selamanya dan memilih bekerja di internet. Well, saat itu saya sudah mulai menemukan jalan hidup yang saya mau. Jalan hidup yang pasti tak akan dimengerti oleh orang tua saya yang dari Generasi Tua (ato generasi Baby Boomers yang lahir sebelum tahun 1966).

Saya menekuni dunia SEO (Search Engine Optimization). Saya bekerja di perusahaan yang berlokasi di Amerika tapi saya bisa mengendalikan pekerjaan saya dari mana saja, asal ada internet. Untuk meredam 'kegalauan' orang tua dan membuat mereka percaya akan cara hidup yang saya pilih, saya mengajak mereka ke dealer mobil di Madiun. Saya membeli mobil baru (kredit selama 3 tahun) untuk mereka.

Wah, orang tua saya takjub...Mereka mulai 'melepaskan' saya sejak hari itu untuk berdiri di kedua kaki saya sendiri sampai hari ini...

***

Menyatukan perbedaan antar generasi memang gak mudah. Kepercayaan adalah kuncinya. Saat orang tua saya belum sepenuhnya percaya kepada saya, saya sulit berkembang. Tapi seiring berjalannya waktu, pada akhirnya mereka bisa menerima perbedaan kami dan memberi kepercayaan penuh kepada anak-anaknya untuk mengambil jalan hidupnya sendiri. Adik saya juga bekerja sebagai freelancer seperti saya di Surabaya (bedanya, adik saya lebih menekuni dunia YouTube dan online marketing). Dia lulusan teknik elektro dari sebuah universitas negeri di Jember yang juga mengambil jalan hidup tak sesuai dengan ilmu yang dipejarinya di bangku kuliah. Kami berdua punya sifat yang mirip, sama-sama pecinta kebebasan. Makanya kami memilih untuk bekerja di dunia yang bisa kami atur sendiri waktunya, punya banyak waktu untuk liburan, lepas dari ikatan dan aturan kantor. And yes, we're lucky because we're success on that!

Saya sering ketawa kalo melihat ada orang tua yang keukeuh memaksakan idenya, kemauannya dan kehendaknya sendiri kepada anak-anak muda. Oh God, it will useless! Generasi Milenial dan Generasi Z (dan generasi-generasi berikutnya nanti) adalah generasi dengan kebebasan. Bebas itu bukan berarti negatif. Bebas itu tidak terhalang, tidak terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa. Jika generasi muda dikekang, itu hanya akan membuat mereka kerdil. Membuat mereka tak bisa membuat terobosan dan inovasi baru. Dunia bisa kembali ke zaman batu jika generasi muda tak diberi kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri sesuai dengan eranya.

Orang tua saya sudah lebih 'kekinian' sekarang. Mereka menikmati hasil 'kebebasan' dari anak-anaknya. Kapanpun mereka minta liburan (pergi ke kota ato negara lain), saya ato adik saya bisa menyertai mereka. Saya punya waktu tanpa batas untuk keluarga karena pekerjaan saya sekarang (jalan hidup yang pernah mereka 'halang-halangi' dulu). Bersyukur, saya bisa melepaskan diri dari bayang-bayang orang tua saya. Saya bukan pemberontak. Saya hanya punya jalan yang berbeda dengan yang orang tua saya tahu.

So, If you are the Millennial or Generation Z, just be you and fight for your dreams, but don't forget to respect the older (especially your parents). Para muda pasti jengkel jika dipaksa 'memakai baju' selera orang tua yang gak up to date dengan style jaman now. Saya pernah merasakan ada di posisi itu. But now, I'm free. Memang perlu berjuang keras untuk menjadi diri sendiri...but it worth to fight.

Jika anda berasal dari Generasi X ato generasi yang diatasnya lagi, pliss...hargai juga perbedaan prinsip dan pandangan dengan kaum muda. Yang muda-muda memang kalah di umur. Tapi pengalaman belum tentu kalah. Karena pada dasarnya Generasi Y, Z dan seterusnya adalah makhluk yang cepat belajar dan berani mengambil resiko. Jadi pengalamannya bisa cepat melesat, melebihi generasi-generasi sebelumnya.

No comments: