Tuesday, March 10, 2009

Relationship and Digital Intimacy

Oleh : Angelina Kusuma

Ketergantungan hidup manusia terhadap dunia cyber tak bisa dihindari lagi. Situs seperti Yahoo! Messenger, MSN, Multiply, My Space, Friendster, dan Facebook, sepertinya sudah menjadi bagian dari life style orang-orang masa kini yang haus akan interaksi dengan dunia luar menggunakan internet untuk ber-say hello, mengirim informasi dalam bentuk file, dan bertukar pengalaman sehari-hari lewat tulisan, gambar, video, maupun audio. Ketersediaan berbagai fitur handphone, PDA, sampai BB (Blackberry) yang sekarang juga didukung oleh akses GPRS/3G/3.5G semakin membuat interaksi melalui internet ini berjalan setiap saat tanpa batas jarak dan waktu lagi.

Kemudahan interaksi melalui internet juga membawa perubahan dalam perilaku relationship beberapa pasangan. Saya sering mendengar sharing beberapa sahabat yang jadian dengan pacarnya hanya melalui obrolan via chat online di Yahoo! Messenger atau MSN dan bertukar foto di Friendster atau Facebook.

Intimacy bisa datang kapan saja tanpa diduga-duga. Tak hanya interaksi secara langsung, interaksi melalui digital seperti via PC/notebook dan handphone yang terkoneksi ke internet, sekarang sudah bisa membuat dua orang atau lebih yang terpisah ratusan kilometer bahkan ribuan mil bisa merasakan intimacy satu sama lain tanpa harus berhadap-hadapan muka satu sama lain.

Tuhan bisa memakai sarana apa saja untuk mempertemukan tulang rusuk yang terpisah, termasuk melalui media digital. Yang perlu diwaspadai adalah, tak semua hal yang berbau digital itu positif dan tak semuanya yang berlabel maya itu negatif. Kita perlu berhikmat sambil terus meminta tuntunan Roh Kudus menghadapi perkembangan dunia yang semakin rumit dari hari ke hari seperti ini.

Kunci utama dalam hubungan adalah mampu menguasai hati dan pikiran. Berinteraksi secara digital lebih memerlukan empati dan kewaspadaan dari kita. Jika sedang berinteraksi secara langsung, mimik muka dan bahasa tubuh dari lawan bicara bisa terlihat jelas, di dunia digital kita tidak bisa melihat itu semua. Sebelum ada pertemuan langsung, muka dengan muka, jangan terburu-buru memberikan hati dan pikiranmu kepada si lawan bicara. Menikmati persahabatan melalui chatting boleh-boleh aja. Tapi pikir dua kali untuk memutuskan akhirnya jadian dengan seseorang sebelum bertatap muka dengannya dan mendalami karakternya di dunia nyata.

Hal ini tak hanya mencegah hal-hal buruk yang bisa terjadi dalam hubungan tersebut. Misal: ternyata keadaan fisik lawan bicara yang selama ini kita temui di dunia digital itu tak sesuai dengan yang ada di angan-angan kita selama ini. Lebih menyakitkan lagi jika ternyata status lawan bicara kita di dunia digital sudah tidak available (sudah menikah, bertunangan, atau berpacaran dengan orang lain) di dunia nyata. Nah, siapa yang rugi jika kita sudah terlanjur menyerahkan hati dan pikiran kita kepadanya sebelum bertemu dan berinteraksi secara langsung?

Tindakan tegas untuk menjaga kekudusan hati dan pikiran sebelum bertemu ini juga akan menunjukkan sisi keseriusan dalam menjalin hubungan bagi kedua belah pihak dan memperlihatkan tingkat kedewasaan seseorang. Orang yang benar-benar dewasa akan lebih nyaman ketika ia dikenal secara nyata oleh calon pasangannya, bukan hanya sebatas digital yang serba semu dan mudah terjadi tindakan tipu-menipu ini.

Meski kata Agnes Monica, "Cinta itu kadang-kadang tak ada logika", tetap pakai akal sehatmu dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain di dunia maya. Be wise gurl...pursue your real relationship not just online relationship!



No comments: