Friday, November 07, 2008

Belajar dari "Sampun telas"-nya Mak Sarmi

Oleh : Angelina Kusuma

Akhirnya, saya bisa menikmati sepiring mie rebus juga di warungnya Mak Sarmi kemarin malam. Sebelumnya, dua kali saya harus kecewa karena di atas pukul 23.00 WIB, stok mie rebus di warung ini selalu habis.

"Sampun telas" ("Sudah habis", red), kata Mak Sarmi si pemilik warung pada dua malam kedatangan saya sebelumnya. Jam pulang kerja saya sekitar pukul 23.00 WIB setiap hari. Warung Mak Sarmi ini terletak di ujung Pasar Somoroto yang merupakan jalan utama menuju ke rumah saya. Setiap hari saya melewati warungnya yang buka setiap hari mulai pukul 19.00 WIB ke atas itu. Di musim penghujan seperti sekarang ini, rupanya membuat penjualan mie rebus dan mie goreng di warung Mak Sarmi ikut terdongkrak.

Udara malam yang dingin sehabis terguyur hujan, membuat banyak pembeli mie rebus dan mie goreng seperti saya, rela keluar rumah malam-malam demi sepiring kuliner yang enak disantap sewaktu masih hangat ini. Selain itu, warung Mak Sarmi ini memang terkenal dengan masakannya yang 'mak nyus'. Paduan antara mie, telur, dan bumbu-bumbunya yang cukup kerasa di lidah, membuatnya tetap diburu para penikmat kuliner meski ia hanya buka di malam hari saja.

"Kok nggak ditambah stok jualannya kalo ramai pembeli, mak? Kan sayang kalo menolak pembeli yang datang."

"Wah, ini saja sudah cukup, mbak. Kalo ditambah, takutnya keterusan sampai besoknya. Iya kalo besok tetap ramai, kalo enggak kan berarti bisa merugi. Emak jualannya tetap saja seperti biasa setiap hari. Kalo cepat habis berarti emak juga bisa cepat tutup warung biar segera istirahat di rumah bersama keluarga."

Kata-kata Mak Sarmi yang terkesan sederhana itu membuat saya mengulum senyum. Prinsip jauh dari ambisi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya meski ada kesempatan untuk melakukannya ini, ternyata mampu membuat warungnya tetap eksis lebih dari 10 tahun sejak berdiri. Kemampuannya mencukupkan diri dengan kapasitas warung dan tenaga masaknya, membuat kualitas resepnya juga terjaga. Itu juga yang akhirnya membuat para pembeli rela kembali lagi ke warungnya di lain hari dan tidak pindah ke lain hati meski pernah kecewa karena kehabisan stok jualannya.

Saya juga salah satu pelaku usaha seperti Mak Sarmi. Bedanya dengan Beliau, jenis usaha saya bergerak di jasa penyewaan internet. Saya mempunyai 8 buah PC untuk menghasilkan uang setiap jamnya. Sama seperti Mak Sarmi, tidak setiap hari netcafe yang saya kelola ini ramai pengunjung. Tetapi ada kalanya di satu hari, saya terpaksa menolak beberapa user yang datang secara bersamaan karena tempat saya sudah penuh. Saat ada banyak orang yang tidak mendapatkan PC rent di netcafe saya, terkadang pikiran ambisius seperti, "Coba ya aku punya 20 unit PC lagi untuk menampung mereka semua", hinggap di kepala saya.

Cinta akan uang tidak akan pernah membuat kita cepat kaya. Saya belajar bagaimana mencukupkan diri dengan kapasitas yang dimiliki dan menjaga kualitas unit usaha yang saya kelola dari kalimat, "Sampun telas"-nya Mak Sarmi kemarin malam. Kesederhanaan Beliau nyatanya bisa membuat warungnya bertahan hingga 10 tahun lebih. Saya juga masih ingin mengembangkan netcafe kecil saya ini hingga jangkauan waktu yang relatif lama seperti warung mie milik Mak Sarmi itu.

Kualitas tidak pernah bisa membohongi para pembeli dan pemakai jasa. Jika kemampuan kita baru di angka 8, maka berusahalah agar yang ke 8 itu semuanya menghasilkan kualitas terbaiknya untuk melayani para pemakai jasa atau produk kita. Ketrampilan seseorang akan terasah mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukannya setiap hari. Kita juga harus setia lebih dulu melalui perkara-perkara yang kecil, baru kemudian beringsut ke perkara-perkara yang lebih besar dan skala sangat besar di depannya nanti.

Seseorang dengan satu gelas di tangannya, tidak mungkin menampung seember air bukan? Demikian juga kita dalam mengelola unit usaha yang kita miliki. Jika memang kita baru mampu mengelola unit usaha skala kecil dan menengah, jangan berangan-angan mengelola perusahaan bertaraf internasional tanpa dibekali kemampuan yang memadai. Kesederhanaan tak hanya baik diterapkan dalam gaya hidup sehari-hari, namun juga berguna dalam meningkatkan kualitas dan kinerja di unit usaha yang kita kelola.

Salam sukses! (nj@coe).



No comments: