Thursday, January 01, 2009

Bila Aku Jatuh Cinta...

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa minggu ini saya sibuk, sampai tak ada waktu lagi buat nge-blog hehehe...

Alasannya sederhana...karena saya...sedang ja-tuh cin-ta ^_^

Cinta memang bisa merubah segalanya. Yang kurang baik bisa menjadi baik, yang kurang istimewa bisa menjadi sangat istimewa, yang minus bisa menjadi plus, atau juga sebaliknya. Bicara soal cinta, tak akan pernah ada habisnya. Sejak lahir sampai kepada kematian manusia dan kesudahan dunia ini, cinta tidak akan musnah.

Kasus jatuh cinta saya kali ini juga merubah sedikit dari dunia saya. Kebiasaan saya yang sanggup menyimpan berjam-jam hanya untuk menulis journal blog, kali ini sedikit berkurang karena saya sedang jatuh cinta. Saya yang biasanya kurang rajin bangun pagi-pagi (ops, buka rahasia hehehe ***blushing), beberapa minggu ini mendadak juga rajin terjaga di pagi hari. Ya, kasus jatuh cinta saya ini membuat saya sibuk memperhatikan satu hal yang saya 'jatuh cintai' itu hahaha.

Beberapa bulan yang lalu, seorang adik rohani saya juga bercerita bahwa ia sedang jatuh cinta. Katanya, "Kak, aku jadian sama si itu..."

Duh, senangnya ketika mendengar kabar seperti itu terlontar dari mulutnya (eh, dari jari kali ya...kan dikasih taunya lewat chatting online hihihi). Sebagai seorang kakak rohani yang sering dicurhati tentang pergumulan si adik-adik rohani saat mereka sedang melakukan 'pedekate' kepada sahabat lawan jenisnya, tentunya anda juga akan merasakan sukacita seperti yang saya rasakan ketika akhirnya adik-adik anda itu menuju relationships yang sehat sesuai dengan Firman Tuhan dan menjalin komitmen yang benar dengan lawan jenis yang di-pedekate-innya.

Belum genap sebulan adik rohani saya itu bercerita mengenai proses jadiannya dengan seorang pria yang baik, eh...minggu lalu dia kembali laporan, "Kak, aku suebel. Masa dia tuh sibuk terus sama kerjaannya, nggak ada waktu buat aku..."

Wawawa, sebagai seseorang yang juga sedang merasakan jatuh cinta, saya mengerti perasaan si adik ini. Ketika kita jatuh cinta, rasanya dunia milik berdua (yang lain ngontrak hehehe). Maunya berduaan terus. Ketemu terus. Tiada kata berpisah (halah, kok jadi sok sinetron sie). Romantisme diri kita dengan orang yang kita cintai membuat kita enggan beranjak dari sisinya meski hanya satu menit atau satu centimeter.

Dalam sebuah hubungan, kita harus memahami betul siapakah gerangan orang yang sedang menjalin hubungan dengan kita. Tak hanya melihatnya dari sisi-sisi kelebihannya saja, tetapi juga sisi-sisi kekurangannya. Setiap pribadi ataupun obyek yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna. Ketika kita memahami hal ini, seharusnya kita bisa lebih bijak ketika menghadapi perbedaan atau kelemahan dari orang-orang yang bersinggungan dengan kita. Kita tidak bisa dan tidak boleh menuntut orang-orang di sekeliling kita nampak sempurna sesuai dengan keinginan kita tentunya. Tetapi kita bisa menjadi pelengkap di bagian lemah mereka, begitu juga sebaliknya.

Saya juga mengenali dengan baik, hal yang membuat saya jatuh cinta setengah mati kali ini. Saya tak hanya mengenali sisi-sisi kelebihannya saja. Tetapi juga memahami sisi-sisi kekurangannya dengan sadar.

Dia itu...agak gendut (padahal saya suka yang slim :p)
Dia juga itemmm (padahal saya suka yang putih :D)
Dia kurang bisa menangkap sesuatu yang bergerak atau aktif (padahal saya maunya dia cukup cerdas membingkai apapun yang suka bergerak-gerak)
Dia hanya bisa dibesarkan sampai 8 px (padahal saya maunya dia bisa diatas itu)

Aha...tapi kalau saya terus-menerus terpaku pada kelemahan-kelemahannya saja, kapan dong belajar photography dengannya?

Hei hei hei...

Pada penasaran dengan hal yang membuat saya jatuh cinta kali ini ya? ^_^

Hihihi, kali ini saya jatuh cinta bukan kepada seorang pangeran berkuda putih. Tetapi dengan...tada...dia adalah A590!

Proses jatuh cintanya melalui first sign lho. Hanya perlu pedekate seminggu langsung kupinang dia jadi milikku :D.

Meski saya kurang suka dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh A590 saya, saya berusaha memahami keadaannya. Dia memang bukan sekelas kamera profesional. Jadi jangan mimpi bisa menghasilkan shoot yang sempurna pada benda-benda yang bergerak. Awalnya, ketika pertama kali menggunakannya saya sempat kecewa begitu hasil foto-foto saya banyak yang blur. Hari-hari berikutnya, saya membiasakan diri dengannya. Mempelajari kelebihan-kelebihan dan kelemahannya. Mencari data-data baik dari internet maupun bertanya kepada sahabat-sahabat saya yang lebih lama menekuni dunia photography untuk mencari cara mengoptimalkan kelebihannya dan meminimalis kekurangan-kekurangannya.

Hasilnya?

Sekarang hasil foto-foto saya jauh lebih cute, meski di tempat gelap sekalipun! hehehe.

Ketika kita sedang jatuh cinta dengan lawan jenis, juga demikian. Pandang dia sama seperti saya memandang A590 saya. Bukan saja kelebihannya yang kita puja, tetapi kekurangan dia pun harus kita pahami dengan baik (dalam batas yang benar tentunya).

Pacar terlalu sibuk, di-ambek-i. Pacar nggak bisa sering-sering ditelpon, dicemburui. Pacar kerja terus, disangka nggak perduli.

Ha? Belum menikah sudah posesif. Bisa-bisa sewa detektif begitu statusnya berubah menjadi suami atau istri nanti hihihi. Setiap hubungan perlu kualitas, bukan kuantitas. Jika saya memandang kekurangan A590 yang saya punyai terus, mungkin sampai sekarang tidak akan pernah ada peningkatan dari kualitas foto-foto hasil jepretan saya. Dalam hal ini, saya berusaha menutupi kekurangan yang dimiliki oleh A590 dengan memaksimalkan kelebihan yang sudah dimilikinya.

Jatuh cinta boleh, tapi jangan sampai terhuyung-huyung apalagi tergeletak. Melihat segala sesuatu harus dari kedua belah sisi, baik dan kurang baik. Jika kelebihan yang ada bisa menutupi kekurangan yang ada, kepada terus menatapnya seolah dunia hendak kiamat karena dia tidak bisa ini dan itu? (nj@coe).



No comments: