Wednesday, January 14, 2009

Introvert vs Extrovert

Oleh : Angelina Kusuma

"A writer is mean an introvert person?"

Hah, siapa bilang? Itu yang akan saya teriakkan untuk orang-orang yang beranggapan bahwa seorang penulis atau writer haruslah dari golongan orang-orang yang mempunyai karakter introvert alias si pendiam yang romantis, penuh wibawa ketenangan. Beuh, saya jauh dari pada karakter si manis yang pendiam ituh tuh! Saya adalah si ramai yang mempesona (hahaha, berlebihannnnnn :D). Tetapi, saya penulis juga loh...penulis di blog maksutnya hehehe.

Banyak orang yang tidak percaya bahwa saya bisa menulis. Bahkan ada orang yang terang-terang berkata seperti ini, "Anak model seperti itu bisa nulis? Emang otaknya encer ya?"

Waks!!! Busyet dah...

Yah, tidak perlu disalahkan. Pepatah kuno ada yang mengatakan demikian, "Tong kosong, nyaring bunyinya." Katanya nie, orang-orang yang banyak bicara seperti saya, it's mean, otaknya agak kurang berjalan dengan sempurna juga. Ehm, sebetulnya ada benarnya isi pepatah itu, meski tidak 100% seutuhnya benar. Banyak orang menutupi kekurangannya dalam berfikir dengan jalan mengeluarkan banyak kata-kata dari mulutnya. Tetapi saya (dan orang-orang seperti saya tentunya) berbeda! Saya tidak akan banyak bicara jika saya tidak tahu. Saya tidak akan mengeluarkan sepatah katapun jika saya tidak berada di lingkungan yang saya kuasai. Makanya, selama ini setiap hari saya selalu menantang diri saya untuk banyak belajar, banyak menggali potensi diri, dan banyak bertanya agar saya bisa 'banyak berkata-kata' nantinya hehehe. Jadi, meski saya 'nyaring bunyinya', saya ingin membuktikan juga bahwa 'isi' saya penuh! wkwkwk.

Karakter dasar yang kita miliki, tidak berpengaruh banyak dalam penentuan kualitas kehidupan kita. Kehidupan kita ditentukan oleh pilihan, bukan karakter. Entah itu kita introvert atau extrovert; sanguinis, koleris, melankolis, atau plegmatis, itu tidak lantas menentukan bahwa kita pasti available di bidang tertentu dan kemudian not available di bidang lain. Kita bisa kok available di segala bidang jika kita mau...

Misal, saya adalah orang bertipe extrovert, sanguinis murni (pasang muka senyum mode on ^_^), artinya saya pasti bisa mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan banyak orang dan bersosialisasi tetapi bukan seorang yang baik ketika dibiarkan sendirian dan menghadapi hal-hal yang membutuhkan ketelitian tinggi? Ah, hukum itu tidak berlaku di dunia saya! Buktinya saya tetap bisa comfort baik bekerja sendirian ataupun dalam tim dan saya juga mempunyai kemampuan menulis dan ketelitian yang cukup diatas rata-rata kebanyakan orang sanguinis yang katanya selebor dan tidak bisa rapi itu!

Nah loe...ada yang salah? Iya, yang salah persepsi umum dunianya itu hehehe.

Apapun yang ada di dunia ini bisa dipelajari, tidak ada nilai mutlaknya. Saya memahami kekurangan diri saya dan berusaha meminimalisnya agar kelemahan-kelemahan saya itu tidak mengganggu kehidupan saya dan orang lain. Saya tahu, saya itu cerewet, makanya saya belajar mengerem diri agar kata-kata yang keluar dari mulut saya berisi berkat, bukan kutuk. Saya tahu, saya bukanlah seorang pengingat detail yang baik, makanya saya mempunyai catatan-catatan 'dosa-dosa kelupaan' saya dan catatan mengenai janji-janji yang harus saya tepati dengan baik (kalo rekor 'dosa lupa' saya sudah tinggi, biasanya saya mengambil waktu untuk diam dan introspeksi diri beberapa saat). Saya tahu, saya itu cenderung moody, makanya saya belajar mendisiplinkan diri sendiri dengan jadwal harian yang saya buat setiap hari sejak SMP hingga sekarang. Sahabat-sahabat kuliah saya dulu sering tertawa melihat isi buku 'loose leaf' saya  bagian depan yang ada jadwal kegiatan harian saya...jam 4.30 WIB, waktunya bangun tidur; jam 4.30-5.00 WIB waktunya sate; jam 5.00-6.00 WIB, waktunya bersih-bersih kamar + cuci baju + mandi; jam 6.00-6.30 WIB waktunya cari makan; jam 6.30 WIB, waktunya berangkat kuliah; dll...Hahaha, jadwal harian yang saya buat per jam itu adalah salah satu cara saya untuk belajar disiplin lho. Kelihatannya norak, tetapi itu berhasil membentuk saya yang selebor ini menjadi agak disiplin huehehe.

Menjadi orang yang sabar tak perlu harus mempunyai karakter introvert lebih dulu. Sabar bisa dibangun jika kita mau tunduk kepada Pencipta kita dan bergaul akrab dengan-Nya, Sang Maha Penyabar. Menjadi orang yang mudah bergaul dengan orang lain tak perlu harus mempunyai karakter extrovert juga. Mudah bergaul adalah seni bagaimana kita membuka diri sebagai pemberi dan penolong sahabat-sahabat kita lebih dulu, bukan hanya menunggu dihampiri uluran persahabatan dari orang lain. Kesalahan, jika ada orang beranggapan bahwa hidupnya kurang baik karena ia terlahir dengan karakter A, B, C, atau D.

Ada beberapa orang yang pernah berkata kepada saya seperti ini:
"Aku kan nggak bisa bergaul sama banyak orang. Aku orangnya introvert, jadi jangan suruh aku memulai pembicaraan dengan orang asing."
"Jangan aku ah, yang di depan. Aku introvert...cari bidang kerja yang di belakang layar aja deh..."

Ah! Mau amat jadi orang yang terbatas oleh kekurangan ya?

Saya mempunyai banyak hal yang berbanding terbalik di kehidupan saya. Saya tidak pernah menuntut ilmu secara resmi soal komputer. Tapi nyatanya, saya bisa meng-handle beberapa kerusakan komputer yang terjadi di tempat kerja saya tanpa mendatangkan tukang reparasi komputer. Saya bukan lulusan sastra, tapi sahabat-sahabat saya yang kuliah di sastra berkata bahwa beberapa tulisan saya hampir sebanding dengan mereka yang jebolan sastra asli. Saya bisa bukan karena sejak awal saya terlahir demikian. Saya bisa karena...ya, belajar dong...

Saya tidak pernah mau dibatasi oleh tembok keterbatasan. Itulah kenapa saya justru menantang segala hal menarik yang perlu dipelajari di dunia ini dengan antusias. Tidak perlu banyak berdalih atau was-was jika saya tidak bisa menghasilkan yang terbaik. Yang penting dicoba dulu, mengenai hasilnya baik atau kurang baik, itu terserah Tuhan nanti.

Saat saya SMU, ibu saya juga pernah meragukan kemampuan menulis saya. Saat cerpen pertama saya dimuat di sebuah majalah, Beliau tidak percaya bahwa itu adalah hasil karya anaknya ini (^o^). Sampai-sampai saya harus menyakinkannya beberapa kali.

Enjie: "Beneran lho Mi, itu cerpen buatanku. Keren kan?"
Mami Enjie: "Moso sie..."
Enjie: "Kok nggak percaya sie. Tunggu deh, ntar kalo wesel pos honor-nya nyampek...tak buktiin kalo itu tulisanku..."

Wah, ternyata pendapat orang-orang mengenai saya benar-benar belum berubah hingga kini! (hiks hiks) Mami saya pun, dulu juga tidak percaya jika tulisan saya cukup layak dimuat di sebuah majalah. Makanya saya tak heran jika sampai sekarang masih ada beberapa orang yang juga meragukan kemampuan menulis saya hahaha. Mungkin, penampilan luar saya yang terkesan jauh dari elegan dan megah ini membuat orang-orang segan berfikir bahwa saya mempunyai kualitas besar dalam satu tubuh wkwkwk.

Saya hanya segelintir orang yang ingin membuktikan diri bahwa kita bisa menerobos keluar jalur jika kita punya nyali untuk melakukannya. Tidak ada karakter yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Karakter extrovert tidak lebih baik dari pada introvert (begitu juga sebaliknya). Antara sanguinis, koleris, melankolis, dan plegmatis juga tidak ada bedanya. Semua mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bisa kita kendalikan jika kita mau melakukannya. Kenali diri sendiri setiap hari dan mulai mengeliminasi satu per satu hal-hal yang kurang baik dari sifat-sifat asli kita. Perubahan akan terjadi ketika kita bertindak, bukan berpangku tangan sambil bengong...Hit the wall! (nj@coe).



No comments: