Tuesday, January 13, 2009

Orang yang Disertai Tuhan

Oleh: Angelina Kusuma

Peng: "Njie, loe dapet link itu dari mana?"
Enjie: "Dari Google."
Peng: "Kok bisa nemu? Gw nyari udah lama, rasanya udah gw ubek-ubek tuh Google sampek butek, tapi nggak nemu-nemu juga kemarin."
Enjie: "Gw orang yang disertai Tuhan Peng, loe kagak...wkwkwk."

Sering kali akan terjadi hal demikian, ketika kita mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh tetapi hasilnya nihil. Sebaliknya, orang lain yang mungkin tidak terlalu terlihat antusias mengejar apa yang kita impi-impikan tersebut tiba-tiba mendapatkannya dengan mudah.

Pernah mengalami kejadian seperti ini? Yeah, sahabat saya mengalaminya kemarin malam. Ia sudah menghabiskan waktu berhari-hari untuk searching satu item di internet, yang ternyata bisa saya dapatkan hanya dalam beberapa menit saja melotot di depan PC. Jika dibandingkan dengan dia, sebenarnya saya belum terlalu familiar di dunia internet. Life time sahabat saya itu jauh lebih lama dari pada saya di dunia maya. Nyatanya, saya bisa lebih cepat dibandingkan dengan dia menemukan apa yang dicarinya berhari-hari sebelumnya itu.

Beberapa hari ini, renungan harian saya sedang mengupas kisah tentang Yusuf (Kejadian 37-50). Yusuf disertai TUHAN, maka segala pekerjaannya berhasil. Saya membaca kalimat "Yusuf disertai TUHAN" ini beberapa kali di ayat-ayat Kejadian 39:3, 5, 21, 23; dan Kejadian 41:38-39.

Satu kalimat itu merupakan kalimat yang ajaib bagi saya. Karena embel-embel 'disertai TUHAN', Yusuf bisa menjelma menjadi seseorang yang selalu berhasil dalam segala hal yang dikerjakannya. Wow!

Apa sie yang membuat Yusuf disertai TUHAN?

Let's roll back the scene...

Seorang pemuda dengan mimpi besar dan jubah indah pemberian ayahnya berjalan di ladang. Muncul saudara-saudaranya yang iri kepadanya kemudian...hap...si pemuda ditangkap, dimasukkan ke sumur, kemudian dijual sebagai budak ke Mesir. Di Mesir ia menjadi tangan kanan Potifar karena ia disertai TUHAN. Sepertinya cerita akan segera selesai dengan happy ending, tapi tiba-tiba...muncullah wanita cantik menggoda si pemuda tersebut...

***Cut!! Camera roll off...

Aha, ini bagian paling penting dari rangkaian cerita Yusuf. Bukan adegan tante Potifar yang dengan genit merayu Yusuf untuk tidur dengannya yang menarik, tapi bagaimana Yusuf menyikapinya...

***Lanjutin scene-nya ah...Camera action! (cih, sekali-kalinya terkabul jadi sutradara di blog doang neh wkwkwk).

Si pemuda menolak ajakan istri tuannya yang mengajaknya berbuat zinah. Ia sampai meninggalkan bajunya yang dipegangi si wanita itu kemudian lariiiiiiiii...

***Cut!! Camera roll off lagi...

Apa dan siapa yang menjadi 'tante Potifar' di hidup kita? 'Tante Potifar' ini saya ibaratkan sebagai segala sesuatu yang sering mengganggu atau menggodai kita untuk lepas dari jalurnya Tuhan. Bukan saja godaan dari pria atau wanita dalam hal berzinah, tetapi pekerjaan kita, kesibukan kita, pergaulan kita, kebiasaan-kebiasaan buruk kita, study kita...juga bisa menjadi 'tante-tante Potifar' yang membuat kita tidak seperti Yusuf yang disertai TUHAN.

Minggu-minggu awal di bulan Januari 2009 ini, saya juga dikejutkan oleh banyak pekerjaan baru yang harus saya selesaikan dengan segera. Ada seorang rekanan yang menawari saya ladang usaha baru di luar kota dan beberapa item pekerjaan yang harus saya handle seorang diri setiap hari (karena belum bisa dipercayakan kepada orang lain). Seorang sahabat sampai mengingatkan saya karena jadwal kerja harian yang padat mengharuskan saya berada di luar rumah terus seminggu penuh, no holiday. Kata sahabat saya, "Jangan lupa bersenang-senang ya, Njie."

Bersenang-senang! Wah, bagian itu sering kali kita lepaskan ketika kita sedang konsentrasi penuh terhadap sesuatu. Sebagai tangan kanan Potifar, Yusuf juga pasti sibuk bekerja mengurus keperluan tuannya. Tapi Yusuf tidak terbutakan oleh kesibukannya itu. Ketika tawaran untuk 'bersenang-senang' datang kepadanya, ia masih sempat berfikir dengan bijak. Ia mengambil tindakan melarikan diri dari ajakan 'bersenang-senang' yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhannya (godaan tante Potifar). Sikapnya, radikal bo'!

Apakah kita masih bisa seperti Yusuf saat dalam keadaan kurang bersenang-senang dan tengah disibukkan oleh sesuatu? Cinta akan uang bisa menjadi 'tante Potifar' bagi kita. Cinta akan diri sendiri yang mengarah kepada mengasihani diri, juga merupakan 'tante Potifar' yang hanya akan membuat kita berfikir untuk kita, kita, dan kita saja (egois euy...). Godaan yang berakar dari mata dan telinga jasmani kita, bisa merampas jam-jam khusus yang seharusnya untuk ber-fellowship dengan Tuhan.

Saya bersyukur saat sibuk di awal-awal tahun 2009 ini, saya mendapatkan tokoh Yusuf sebagai renungan harian dalam saat teduh saya. Yusuf mengingatkan saya bahwa untuk menyandang predikat sebagai orang yang 'disertai TUHAN' haruslah tahu bagaimana berlari mengindar ketika kesenangan semu itu datang menggoda. Movitasi Yusuf yang dijaganya tetap benar di hadapan Tuhan, membuat kisahnya berakhir happy meski ia harus membayarnya dengan harga yang mahal di awal.

Karena kecewa si pemuda menolak dirinya, tante Potifar membuat cerita palsu mengenai dirinya hingga ia dijebloskan ke penjara. Di dalam penjara, si pemuda menjadi kepercayaan kepala penjara kemudian karena ia disertai TUHAN...lagi-lagi...nasif membawanya ke istana Firaun untuk mengartikan mimpinya. Hasilnya, si pemuda itu akhirnya menjadi tangan kanan Firaun, orang kepercayaan yang mempunyai kedudukan tertinggi setelah Firaun di Mesir dan berhasil menyelamatkan bangsanya beserta seluruh keluarganya dari bencana kelaparan. Sampai ia meninggal, ia hidup damai di Mesir

***The end!!

Embel-embel gelar 'disertai TUHAN' yang menempel pada Yusuf tidak datang dengan otomatis. Gelar itu ada karena ia memutuskan untuk tetap takut akan Tuhannya melebihi pekerjaan dan kesenangan-kesenangan pribadinya. Jika Yusuf mampu lari dari tante Potifar, seharusnya kita juga bisa melepaskan diri dari 'tante-tante Potifar' yang mengelilingi kita. Jangan biarkan pikiran kita menikmati kesenangan semu di tengah-tengah kesibukan kita dan mencuri kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan. Bagian kita dan bagian Tuhan harus tetap seimbang kualitasnya setiap hari!

Sibuk boleh, tapi jangan lupain Tuhan...
Belajar terus boleh, tapi jangan mundur dari pelayanan di ladang Tuhan dong...
Pacaran boleh, tapi Tuhan tetep nomor satu...
Main-main boleh, tapi jangan keasyikan sampai lupa daratan...

Kerja mulu boleh, tapi jangan lupa bagi-bagi duitnya sama aku yah...^o^ V


Yeah...Jieayo...Jieayo...Jieayo...(maaf, bukan sengaja memlesetkan bahasa China dari Ciayo, tapi Jieayo adalah kependekan dari "Jie, ayo kerja lagi!"***halah, garing...^_^)

No comments: