Friday, July 17, 2009

Taman Bungkul Surabaya Bersolek


Oleh : Angelina Kusuma

Kaki saya menapak di taman asri depan makam Mbah Bungkul (Ki Ageng Supo, dan tokoh sejarah lain seperti Ratu Kamboja, Ratu Campa, dan Tumenggung Jayengrono) itu sambil bersiul. 7 tahun meninggalkan kota Surabaya, ternyata sudah membawa banyak perubahan di Kota Pahlawan, termasuk pada taman yang bersolek makin cantik dari hari ke hari ini.

Air mancur, pohon-pohon rindang, tempat-tempat duduk disepanjang jalan setapak mengitari taman, bunga berwarna-warni, tempat extreme sports untuk pecinta skate board/biker BMX, dan area bermain anak-anak yang cukup nyaman, sontak membuat saya kembali bersuit, "Beda banget dengan Taman Bungkul 7 tahun lalu!"



Nampak seorang nenek duduk di kursi roda menghadap ke arah jalan raya dengan santai ditemani seorang wanita muda yang memeluknya dari belakang, seorang bapak membaca koran disudut taman tanpa terganggu oleh orang-orang yang berjalan hilir-mudik disekitarnya, seorang remaja asyik berlaga diatas skate board-nya meski sudah beberapa kali ia jatuh bergulingan dilapangan, sepasang pemuda dan pemudi sedang bercengkrama berdua, dan beberapa anak berebut mainan ayunan, prosotan, jungkat-jungkit, dan kursi putar-putaran dengan para ibu-ibu yang sibuk menasehati anak-anaknya, "Hayo, buka mulutnya dik...", sambil menyodorkan suapan nasi dari mangkok atau tempat nasi yang sengaja dibawanya. Di tengah-tengah taman nggak kalah seru. Sebuah panggung dihias dengan beberapa orang sedang melakukan check sound dan persiapan-persiapan live perform music, mewarnai suasana di Taman Bungkul Surabaya sore itu.



Taman hijau ini selain berperan sebagai salah satu paru-paru kota Surabaya, juga berfungsi sebagai alternatif tongkrongan yang multi fungsi. Mulai dari anak-anak kecil, remaja, dewasa hingga para lansia, bisa menikmati setiap sudut taman dengan leluasa. Selain itu, para pedagang kaki lima yang menawarkan dagangannya berupa makanan dan minuman ringan atau mainan anak-anakpun bebas mengais rejeki dari para pengunjung taman. Benar-benar berubah 180 derajat dari kondisi Taman Bungkul yang terkesan suram dan tak terurus, yang pernah saya lihat saat masih tinggal di Surabaya sebagai mahasiswa sebuah institut negeri 7 tahun lalu. Kali ini saya mengakui bahwa tempat ini sudah bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga yang paling murmer namun oke punya.

Berada di nol kilometer, titik tengah dan pusat Kota Surabaya, disitulah letak Taman Bungkul berada. Taman ini merupakan awal perhitungan jarak ke semua arah dari Surabaya, berada di jalan protokol Kota Pahlawan Surabaya, yakni Jalan Raya Darmo. Areal taman menghabiskan tanah seluas 900 meter persegi dengan diameter sekitar 33 meter. Kabarnya, Pemerintah Kota Surabaya sudah menghabiskan dana sekitar 1,2 M untuk merenovasi taman dan meresmikannya dibuka untuk umum pada tanggal 21 Maret 2007 lalu. Sampai sekarang, beberapa sudut taman masih terus berbenah dan mempercantik dirinya dengan berbagai topiary (seni membuat patung-patung dengan media tanaman hidup yang dipangkas sesuai bentuk yang diinginkan).



Tarif masuk tidak diberlakukan di Taman Bungkul Surabaya. Anda hanya cukup membayar uang parkir untuk kendaraan saja. Karenanya, taman ini selalu ramai dikunjungi orang dari pagi hingga tengah malam. Hampir setiap Sabtu atau Minggu malam seperti saat saya menyempatkan diri berkunjung ke taman ini, ada hiburan musik di tengah-tengah taman. So, lengkaplah sudah keistimewaan taman ini diantara maraknya bangunan mall dan plaza yang ketinggiannya berlomba-lomba mencakar langit Surabaya. Bagi yang ingin sekedar melepas penat sambil menghirup udara segar di ruang terbuka nan hijau tanpa meninggalkan pusat kota, Taman Bungkul Surabaya memenuhi kebutuhan anda (nj@coe).



No comments: