Sunday, September 06, 2009

Bersyukur

Oleh : Angelina Kusuma

Bersyukur pasti sangat mudah dilakukan saat berkat-berkat Tuhan melimpah dalam hidup kita. Mungkin juga kata-kata seperti "Halleluya, terpujilah Tuhan" atau "Terima kasih Tuhan", akan meluncur lancar dari mulut kita saat kita dalam keadaan senang, gembira, sukacita, berkelimpahan berkat, dan lain-lain. Tetapi pernahkah kata-kata seperti itu sering kita ucapkan juga saat keadaan kita sedang terpuruk, susah, dan jauh dari kata cukup?

Disaat usaha atau bisnis anda hampir bangkrut, pernahkah anda mengucap syukur kepada Tuhan untuk keadaan tersebut? Disaat anda terkena musibah, kehilangan harta, orang yang anda kasihi meninggal, pernahkah anda berterima kasih kepada Tuhan untuk semua itu?

Disaat salah satu anggota keluarga anda hampir dipenjara atau berurusan dengan hukum karena melakukan kesalahan yang memalukan dan untuk menyelamatkan nama keluarga anda harus mengeluarkan uang tebusan dalam jumlah yang besar, apakah disaat itu pula anda masih mengingat bahwa Tuhan tetap baik dan tidak mencaci maki anggota keluarga anda itu karena kebodohannya?

Disaat orang yang sangat anda percayai mengkhianati anda, apakah disaat itu juga anda masih bisa berkata, "Saya bersyukur atas semua anugerah-Mu Tuhan", atau anda memilih menampar orang yang mengkhianati anda itu untuk menumpahkan kekesalan anda?

Masalah hidup manusia kian bertambah rumit dari hari ke hari. Saat ini alam dan kehidupan manusia sedang berjalan ke arah yang tak terkendali. Bencana alam terjadi dimana-mana, manusia-manusia berontak dari himpitan hidupnya yang semakin berat, aksi demo terjadi dimana-mana, penggangguran makin tak terhitung jumlahnya, terjadi aksi sikut-menyikut, bisnis gelap, korupsi, kolusi merajalela, semua menuju ke kehidupan yang jorok dan bobrok. Apakah disaat seperti ini masih ada kalimat, "Syukur ..." yang murni di hadapan Tuhan?

1 Tesalonika 5:18, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Mudah untuk menerapkan kata-kata Rasul Paulus diatas saat kehidupan kita dalam keadaan yang baik-baik saja. Tapi, pastilah amat sulit melakukannya jika kita menerapkan kata-kata tersebut sambil memandang ke arah ’gunung’ yang ada didalam hidup kita.

Apakah ‘gunung’ di hidup anda sekarang? Bisa jadi, itu adalah usaha anda yang hampir bangkrut, keluarga anda yang berantakan, kepahitan-kepahitan dari masa lalu anda, sakit-penyakit, rusaknya hubungan anda dengan teman, kekasih, rekan kerja, orang tua, keluarga, dan sebagainya.

Jika kita terus memandang ‘gunung-gunung’ persoalan dalam kehidupan kita, pastilah ucapan syukur yang tulus tidak akan bisa terlepas dari mulut kita kepada Tuhan. Yang terjadi mungkin sebaliknya. Kita tidak akan lagi bersyukur kepada-Nya, dan mulai merengek-rengek serta menyalahkan Tuhan atas apa yang sudah terjadi. Padahal, bukankah Tuhan sudah memberikan kita kuasa untuk memindahkan ‘gunung-gunung’ itu ke dalam lautan?

Matius 21:21, Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi".

Hanya keteguhan iman yang bisa membuat kita selalu bersyukur kepada Tuhan dalam keadaan seperti apapun juga.

Jika kita masih bisa makan, berpakaian dengan layak, dan tidur di tempat yang aman, bukankah kita masih lebih beruntung dari pada mereka yang saat ini ada di tenda-tenda pengungsian karena rumah dan harta mereka lenyap dilanda bencana alam?

Jika kita masih bisa bekerja di sebuah kantor meskipun dengan gaji yang kecil, bukankah kita masih lebih beruntung dari pada mereka yang sampai saat ini masih menganggur dan hanya bergantung dari belas kasihan orang lain untuk mendapatkan sesuap nasi di lorong-lorong jalanan?

Jika kita masih bisa naik kendaraan meskipun itu hanyalah sebuah angkutan umum, bukankah kita masih lebih beruntung dari pada mereka yang harus berjalan berkilo-kilo meter karena belum ada satupun kendaraan yang bisa mencapai daerah mereka yang terisolir dan primitif?

Kita masih termasuk dalam golongan orang-orang yang lebih beruntung dari pada ratusan bahkan ribuan pengemis, anak-anak jalanan, para gelandangan, para terpidana mati, para penyandang cacat, penduduk di wilayah pedalaman, dan orang-orang korban perang, bencana alam, dan tindak kejahatan yang terjadi di dunia ini! Jika benar demikian, kenapa kita tidak mulai bersyukur kepada Tuhan hari ini? (nj@coe)




No comments: