Friday, July 11, 2008

Wanita-Wanita Single

Oleh : Angelina Kusuma

"Kapan nikah ?", ini adalah pertanyaan ketiga kali yang saya terima dalam selang waktu seminggu diawal bulan Juli. Memasuki pertengahan tahun ini memang banyak sahabat, kerabat, dan tetangga saya yang melangsungkan pernikahan. Mungkin pertengahan tahun seperti ini merupakan 'hari-hari baik', makanya banyak orang yang kemudian menggunakannya untuk menikah.

Banyaknya hajatan pernikahan yang digelar dibeberapa tempat ternyata berimbas juga kepada orang-orang yang masih berstatus single seperti saya. Berkali-kali pertanyaan seperti diatas selalu mengejar saya dari tahun ke tahun sejak dua tahun belakangan ini. Pandangan masyarakat yang masih beranggapan bahwa wanita diatas usia 25 tahun seharusnya sudah naik ke pelaminan seolah mengolok-olok mereka yang diusianya sudah diatas tersebut dan masih setia dengan status single-nya apalagi yang masih menyandang status jomblo.

Saya menikmati status single saya. Saya tidak pernah mematok bahwa saya harus menikah diusia sekian atau harus sudah menggandeng Mr. charming saya diusia saya sekarang. Saya sadar betul sejak awal bahwa single or not adalah sebuah pilihan, bukan sebuah takdir atau nasip yang tidak bisa kita rubah selamanya. Menyandang status single diusia menjelang 30 tahun juga bukan berarti bahwa wanita tersebut sudah expired atau 'tidak laku' lagi dipasaran. Wait ... paling tidak wanita-wanita single yang saya temui diusianya menjelang usia 30 tahun atau bahkan lebih dari itu, kebanyakan dari mereka adalah golongan wanita-wanita yang bersinar baik secara karier maupun rohani dan bukannya karena mereka tidak pernah 'dilirik' para pria.

Dalam hidup saya, pernah ada dua orang pria yang secara terang-terangan meminta saya untuk menjadi pendamping hidup mereka meskipun tidak pernah saya terima. Ini adalah bukti bahwa saya single karena pilihan saya sendiri, bukan karena saya tidak menarik atau tidak berkualitas untuk dinikahi seorang priapun. Saya juga tidak pernah merasa kesepian karena status single saya sampai hari ini. Saya masih bisa hang out bersama teman-teman pria single saya, baik mereka yang mengarah pada dating atau hanya sekedar berteman saja. Bagi saya, tidak ada kesempatan yang sudah terbuang untuk mewujudkan pernikahan hanya karena saya sudah berumur menjelang 30 tahun. Saya tetap wanita normal dengan aktivitas seperti kebanyakan wanita seusia saya lainnya. Yang membedakan saya dengan kebanyakan wanita itu hanya karena mereka sudah menikah dan saya masih single.

Banyak alasan mengapa saya lebih memilih kehidupan single sampai menjelang usia 30 tahun ini. Bagi saya, pernikahan tidak hanya how to find a man or a woman yang bisa kita bawa ke hadapan majelis gereja kemudian berjanji setia didepan pendeta atau pastur dan jemaat gereja kemudian berakhir happy ending. Jika demikian how pity they are ? Cinta saja tidak cukup untuk membangun sebuah pernikahan yang sehat. Perlu ada kesepadanan antara dua orang yang akan menikah baru semuanya bisa terpenuhi dengan baik. Jadi, jika sampai saat ini saya belum menemukan calon pendamping hidup yang sepadan dengan saya, apakah saya harus memaksakan diri untuk mengikuti tren dunia yang 'harus' menikahkan para wanita berusia diatas 25 tahun ?

Mencari pria kaya, handsome, dan juga berpendidikan tinggi juga terkesan terlalu mudah untuk wanita-wanita yang sudah matang. Is it ? Tetapi mencari pria-pria yang bisa mengimbangi wanita yang sudah matang - secara rohani dan usia tentunya - jauh lebih sulit daripada pilihan pertama.

"Apakah diantara teman-temanmu tidak ada yang menarik untuk kamu jadikan pendamping hidup ?", pernyataan ini sering saya dengar baik dari sahabat maupun keluarga saya.

"Bukannya tidak ada. Tetapi bagiku mencari pria yang menarik secara penampilan, kaya, dan berpendidikan tinggi disekelilingku itu jauh lebih mudah daripada mencari seorang pria yang takut akan Tuhan dan sepadan denganku." Saya tidak sedang bergurau dengan pernyataan saya kali ini. Kriteria dunia sering kali membuat banyak orang berlomba-lomba untuk segera mendapatkannya. Tetapi percayalah, apa yang dunia anggap baik belum tentu baik pula dihadapan Tuhan.

Tak jarang sahabat-sahabat saya yang lebih dulu menikah datang dan mencari saya setelah beberapa tahun pernikahannya untuk menumpahkan keluhannya terhadap suami mereka yang ternyata tidak lagi sama seperti waktu masih berpacaran. Ops, what's wrong with him ? Ya, karena wajah handsome or beauty, kekayaan, dan kepintaran seseorang itu bukanlah patokan utama bahwa orang tersebut tidak akan melanggar janji suci pernikahan suatu saat nanti. Hanya orang-orang yang sudah teruji takut akan Tuhan dan yang bisa mengimbangi gerak pasangannya - kesepadanan - yang bisa membuat sebuah pernikahan langgeng. Terburu-buru menikah hanya karena tuntutan usia yang semakin out of 30 tahun juga bisa menghasilkan pondasi pernikahan tidak kuat.

Single adalah masa untuk memantapkan diri menuju relationship and marriage. Orang yang tidak pernah puas dengan masa single-nya, juga tidak akan pernah puas dengan status relationship maupun marriage yang akan didapatnya nanti. Lebih baik menjaga fokus kepada kematangan rohani terlebih dulu daripada membiarkan waktu single terbuang percuma dengan memelihara kepanikan ataupun keputus asaan. Tuhan merancang setiap pria dan wanita dengan sempurna, tidak ada yang kurang dalam pribadi mereka meskipun mereka hidup secara single. Terlebih lagi, pernikahan adalah mutlak atas prakarsa Tuhan sendiri. Pernikahan kudus tidak bisa dipaksakan sebelum waktunya atau diceraikan oleh usaha manusia. Ia yang tahu persis kebutuhan kita, tidak mungkin lupa memberikan yang terbaik bagi anak-anak kesayangan-Nya, tak terkecuali pernikahan bagi para wanita single dan pria single tanpa memandang berapapun usia mereka sekarang.

1 Korintus 7:34b, Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.



No comments: