Thursday, October 29, 2009

Pilihan

Oleh : Angelina Kusuma

Memilih itu pekerjaan yang gampang-gampang susah. Jika ternyata pilihan kita salah, akibat yang harus kita tanggung, bisa lebih berat dan membingungkan dari pada saat kita memutuskan untuk memilihnya. Hikmat dalam mempertimbangkan keputusan sangat diperlukan agar kita tidak salah pilih.

Di Tanah Negeb, para gembala Abram dan para gembala Lot berkelahi, karena negeri itu rupanya tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama dan menggembalakan domba serta lembu masing-masing. Abram dan Lot kemudian berunding agar mereka saling memisahkan diri dan memilih tempat tinggal yang berjauhan. Abram menawari Lot untuk memilih lebih dulu dengan perjanjian, jika Lot pergi ke arah kiri, maka Abram akan ke kanan dan sebaliknya (Kejadian 13:1-18).

Pilihan Lot untuk memilih Lembah Yordan ternyata menjadi sebuah kesalahan besar. Daerah itu ikut lenyap ketika Tuhan memusnahkan kota Sodom dan Gomora yang tak jauh dari tempat tinggal pilihan Lot tersebut.

Kejadian 13:10, Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora--

Lot salah memilih karena ia mendasarkan pilihannya kepada:
1. Penglihatan mata
"Lalu Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnyalah..."
2. Konsep untung rugi
"...bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya..." yang pasti sangat menguntungkan untuk domba-domba dan lembu-lembu yang digembalakannya.
3. Secara logika/akal
"...seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir..." yang sesuai pemikiran manusia, tanah tersebut pastinya cukup makmur untuk ditinggali.

Berbeda dengan Lot yang tidak melibatkan Tuhan ketika ia hendak memilih, Abram selalu mengawali keputusannya dengan datang kepada Tuhan lebih dulu untuk mendengar sabda-Nya. Hasil akhirnya, Lot kehilangan tempat terbaik pilihannya, hartanya, istrinya menjadi tiang garam (Kejadian 19:1-29), dan anak-anak perempuannya ikut meniru sikap tak terpuji dari penduduk Sodom-Gomora yang kawin-mengawin tanpa memperhatikan ketetapan dari Tuhan (Kejadian 19:30-38). Sebaliknya, hidup Abram diberkati luar biasa, keturunannya tak terhitung jumlahnya, dan ia dijadikan teladan sebagai bapa orang percaya hingga kini.

Salah memilih pendidikan bisa membawa kerugian jangka panjang di kehidupan kita. Salah memilih pekerjaan bisa membuat masa depan kita suram. Salah memilih tujuan hidup bisa memperlancar jalan kita ke jurang maut. Salah memilih pasangan hidup (suami/istri) bisa membuat kita menderita seumur hidup.

Filipi 1:10, Sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus.

Pertimbangan secara jasmani saja tak cukup sebagai modal untuk menetapkan sebuah pilihan atas kehidupan ini. Kita perlu mengawali semua pilihan kita dengan pertimbangan rohani, mendengarkan apa kata Tuhan lebih dulu, baru bertindak dan memutuskan sebuah pilihan yang tepat. Ketika kita merasa sanggup memilih sendiri, sebenarnya kita sedang memilih pilihan yang terburuk. Tapi ketika kita merasa tak sanggup memilih dan menyerahkan pilihan itu ke tangan Tuhan, saat itulah kita telah memilih sebuah pilihan yang terbaik. Trust God (nj@coe).


No comments: