Thursday, April 17, 2008

Berkat-berkat Abraham juga Untukmu !

Oleh : Angelina Kusuma

Siapakah didunia ini yang tidak ingin diberkati dalam pekerjaan, usaha, keluarga, pendidikan, kesehatan, dan berkat-berkat secara jasmani lainnya ? Selain kelimpahan secara rohani, tentunya kita juga sangat mengharapkan berkat-berkat jasmani melingkupi keseharian kita.

Mengharahapkan berkat-berkat jasmani bukan berarti bahwa kita bukan lagi sebagai manusia rohani. Sesuai dengan Firman Tuhan sendiri didalam Galatia 3:13-14 - Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu - dan Galatia 3:29 - Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah, maka seharusnya kita memang berhak dan pantas untuk mendapatkan berkat-berkat jasmani yang pernah diterima Abraham, pendahulu kita.

Apa sajakah berkat-berkat Abraham itu ?

1. Keluarga besar
Kejadian 12:2a, Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,

2. Nama harum
Kejadian 12:2b, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;

3. Menjadi berkat bagi orang lain
Kejadian 12:2c, dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat"


Kunci memperoleh berkat-berkat Abraham :

A. Tuhan pemilik, manusia sebagai pengelola

Kejadian 2:15, TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

Sebelum mengerti tentang prinsip ini, dulu saya sering pongah dengan kedudukan saya sebagai seorang wanita karier. Saya bangga dengan posisi saya sebagai seorang pengelola sebuah usaha pribadi dan menempatkan saya sebagai satu-satunya pemilik yang sah diatasnya. Saya hampir saja melupakan posisi Tuhan yang adalah Pemilik Agung dari semua hal yang ada diunia ini, sehingga menjadikan saya over protective terhadap apa yang telah dengan susah payah saya rintis. Karena saya merasakan bagaimana sulitnya memulai, merencanakan, dan mengelola usaha saya tersebut, tak jarang saya justru mengalami depresi ketika apa yang telah saya targetkan tidak mengenai sasarannya yang tepat.

TUHAN menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu, bukan untuk memilikinya. Manusia diberi-Nya kuasa untuk mengelola taman sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga bisa menghidupi diri dan keluarganya. Lalu siapakah Pemilik taman Eden tersebut ? Pemilik taman Eden tetaplah TUHAN. Manusia pengelola dan TUHAN sebagai pemilik, ini adalah kebenaran mutlak yang harus kita sadari dalam setiap aspek kehidupan kita.

Keluarga, pekerjaan, unit usaha, pasangan, ketenaran, kesehatan, status sosial, dan lain-lain yang kita miliki didunia ini hanyalah titipan dari TUHAN. Kita berhak mengelola semua berkat-berkat jasmani yang kita peroleh selama mengembara didunia namun tidak berhak memiliki dan menguasainya secara mutlak. Kita terlahir dengan telanjang dan akan kembali kepada kekekalan dengan telanjang pula. Tidak ada barang berhargapun yang layak kita agungkan sehingga mengukuhkan kita sebagai pemilik satu-satunya dan melupakan TUHAN, Sang Pemilik Agung. Jika Ia mau, dengan sekali tepuk Ia bisa mengambil semua yang kita miliki hingga tak tersisa sama sekali. Begitu juga sebaliknya, jika Ia sudah berkehendak, maka seluruh duniapun bisa diberikan-Nya ke tangan kita dalam hitungan detik.

Menyadari bahwa saya tak lebih hanya seorang pengelola unit usahanya TUHAN, hal tersebut berangsur-angsur membuat saya kembali merendahkan diri saya dihadapan-Nya. Belajar untuk melepaskan apa yang paling berharga bagi kita memang tidak mudah. Saya juga masih terus belajar untuk menundukkan diri sebagai pengelola unit usaha-Nya TUHAN dan bukan lagi sebagai pemilik satu-satunya sampai sekarang. Dalam segala hal, saya juga mulai menyadari betul bahwa segala yang saya miliki adalah milik TUHAN. Keluarga, status sosial, pelayanan, kesehatan, orang-orang yang saya cintai, teman-teman, pendidikan, dan talenta, semuanya adalah milik TUHAN dan harus saya kembalikan untuk kemuliaan nama-Nya.

Kedamaian hati melingkupi saya ketika saya sudah menyerahkan seluruh hidup saya kepada-Nya. Karena Sang Pemilik Agung, tidak mungkin membuat barang milik-Nya rusak dan sia-sia. Ia akan memberikan petunjuk-petunjuk pengelolaan yang baik kepada pengelolanya dibumi ini - kita - jika si pengelola dibumi mempunyai relationship yang akrab dengan Sang Pemilik Agungnya.

B. Batasan yang tidak boleh dilanggar oleh manusia sebagai pengelola milik TUHAN

Status kita yang hanya sebagai pengelola miliknya TUHAN, tentu mempunyai batasan-batasan yang tidak boleh kita dilanggar.

1. Ada pembagian khusus antara pengelola dan Sang Pemilik

Kejadian 2:16-17, Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Semua pohon dalam taman Eden memang boleh dimakan oleh manusia, tetapi TUHAN juga berbicara bahwa ada satu pohon yang sama sekali tidak boleh dimakannya. Bagian ini menyangkut pembahasan mengenai persembahan persepuluhan.

Ketika kita berhasil mengelola milik TUHAN, kita tidak boleh melupakan bagian TUHAN yang hanya sepersepuluh dari seluruh hasil yang dapat kita nikmati. TUHAN sebagai pemilik, menetapkan bagian yang begitu kecil dibandingkan dengan apa yang telah kita terima. Ia memberikan kita udara secara gratis untuk bertahan hidup didunia, memberi ladang pekerjaan untuk diusahakan dan menghasilkan, serta bonus-bonus lain dalam hidup kita seperti adanya rekan-rekan sekerja, sahabat, pasangan, ataupun keluarga kita. Nilai sepersepuluh tidak ada apa-apanya jika dibandingkan kasih dan anugerah-Nya yang melimpah dalam hidup kita.

Membayar persembahan persepuluhan tidak berarti bahwa TUHAN mata duitan. Ia terlampau kaya sehingga sanggup menyerahkan harta milik-Nya sebagian untuk kita kelola dan menghidupi kita beserta keluarga. Yang ingin dilihat TUHAN adalah ketaatan kita terhadap status kita yang hanya pengelola milik-Nya. Persepuluhan mengungkapkan banyak arti dari orang yang telah mempersembahkannya, mulai dari kejujuran, sikap merendahkan diri, dan melibatkan TUHAN dalam setiap kepercayaan yang sudah dibebankan-Nya dalam hidupnya.

Maleakhi 3:10-11, Bawalah seluruh persembahan dan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langkit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu.

2. Diberkati untuk memberkati

Berbicara mengenai ke-Kristenan tanpa ada ruang untuk sharing, hampir sama artinya dengan kosong. Ke-Kristenan bukan egois. Yesus memberi contoh tentang tindakan berbagi kepada sesama yang begitu nyata sepanjang hidupnya. Ia mengajar dan memberitakan kebenaran Firman, melayani sesama, menyembuhkan orang sakit, sampai menyerahkan diri-Nya sendiri untuk disalibkan bagi dosa umat manusia. Berkat-berkat yang TUHAN titipkan kepada kita juga untuk dibagikan kembali kepada sesama kita, sama seperti teladan yang telah dicontohkan-Nya selama melayani dibumi ini.

Saya mempunyai seorang karyawan yang membantu saya dalam mengelola unit usaha saya. Saya selalu bersyukur karena saya sudah memiliki kesempatan untuk berbagi berkat dengan orang tersebut meskipun jumlahnya hanya sedikit. Pernah suatu ketika, disatu bulan pendapatan saya dalam unit usaha tersebut bisa dibilang minim. Tetapi karena saya tahu bahwa karyawan saya tersebut tidak mempunyai pekerjaan lain selain dari pekerjaannya bersama saya, saya tidak pernah mempunyai niat untuk merumahkannya. Ada kerinduan untuk tetap berbagi berkat dalam pengelolaan unit usaha saya tersebut dengan karyawan ini bagaimanapun keadaan yang harus saya terima - merugi.

Menghadapi kenyataan seperti itu, saya hanya bisa membuat laporan seperti ini kepada Atasan yang memiliki unit usaha saya, "Tuhan, usaha-Mu sepi. Aku punya tanggungan karyawan satu dan dia juga butuh berkat dari-Mu. Jika aku tidak lagi Kau percayai untuk mengelola unit usaha ini, aku masih bisa makan beberapa bulan lagi dengan tabungan yang ada direkeningku. Tetapi untuk karyawanku, upah hariannya pasti habis untuk sehari."

Ajaib ! Saat saya melibatkan Sang Pemilik Agung untuk membantu mengelola unit usaha dan tetap memelihara kerinduan untuk berbagi berkat dengan orang lain, maka Ia yang setia dan adil segera membalikkan keadaan sehingga unit usaha saya yang semula sepipun kembali ramai dan berkat-berkat jasmani kembali mengalir tanpa henti dari TUHAN dalam hidup saya.

Berkat-berkat Abraham juga hak kita. Jadilah pengelola-pengelola milik TUHAN yang setia, dan Ia akan membuat hidup kita berkelimpahan setiap saat.



No comments: