Thursday, April 10, 2008

Let Man be a Man and Let Woman be a Woman

Oleh : Angelina Kusuma

Sebuah perhatian khusus yang diletakkan tidak pada tempatnya kepada lawan jenis, sering kali berakhir dengan ketidak nyamanan hubungan diantara keduanya. Perhatian dan kedekatan emosional dalam area relationship tanpa sebuah ikatan atau komitmen terlebih dahulu, pada akhirnya akan meneteskan air mata bagi yang sudah terlanjur menyerahkan hatinya kepada yang lain dalam konteks percintaan dua insan manusia.

Relationship yang tidak seimbang akan segera tercetak ketika diantara dua orang yang sedang berada dalam area tersebut tidak bisa mengambil posisi yang semestinya dalam hubungan antar keduanya. Seorang pria seharusnya menjadi kepala dalam relationship yang sehat, sedangkan wanita selalu menjadi penolong. Kedua peran ini harus dijalankan oleh pria dan wanita sampai berlanjut ke jenjang pernikahan dan tidak boleh ditukar meskipun hanya sebentar.

Nature seorang pria sudah dirancang oleh Tuhan dengan nalurinya sebagai seorang pemimpin dan yang seharusnya mengawali hubungan relationship maupun pernikahan - Adam diciptakan lebih dahulu daripada Hawa, bukan sebaliknya. Menjadi sesuatu yang bergeser dari semestinya jika dalam sebuah hubungan lawan jenis, seorang wanita jauh lebih fight daripada pria. Karena nature seorang wanita adalah penolong pria, maka seperti apapun kuat dan cerdas dirinya, tetap tidak akan pernah bisa memimpin jalannya relationship dan menjadi kepala untuk pria.

Seorang pria yang sanggup memikul peran sebagai pemimpin dalam relationship atau pernikahan bukan berarti bahwa ia pasti lebih matang secara usia dan fisik daripada wanita. Pria terakhir yang bersinggungan dengan area relationship saya tetap tidak bisa memimpin jalannya relationship kami meski usianya diatas saya. Sebaliknya, sering kali saya menyaksikan sebuah relationship yang tetap berlangsung sehat meski usia pria jauh dibawah sang wanita. Jelaslah, bahwa kepemimpinan ditentukan oleh tingkat kedewasaan rohani seseorang, tidak terjadi otomatis seiring bertambahnya usia dari tahun ke tahun.

Saya sadar bahwa masa lalu dan keterlibatan hubungan kita dengan orang tua khususnya dengan ayah dunia kita akan sangat mempengaruhi cara bersikap seseorang ketika bersinggungan dengan area relationship. Masa lalu yang kurang baik antara ayah dan anak laki-lakinya, Tuhan izinkan terjadi kepada pria yang pernah sangat dekat dengan saya. Hal itu membuatnya tidak bisa memposisikan diri sebagai pemimpin yang baik. Dan ketidak mampuan pria tersebut membawa komitmen tegas ke dalam hubungan kami selama bertahun-tahun, hampir membujuk saya untuk turun tangan menanganinya. Saya nyaris saja nekad menemuinya dan mengatakan bahwa saya benar-benar fall in love with him, mengikuti desakan nafsu yang ada didalam hati saya dan bisikan dari teman-teman dekat saya.

Let man be a man and let woman be a woman

Melalui seorang sahabat rohani, akhirnya saya diingatkan mengenai kekeliruan saya selama berada dalam relationship yang tidak seimbang tersebut sebelum nafsu dunia saya meledak dan membuat tindakan bodoh dengan mengambil posisi kepala yang seharusnya diemban oleh pria.

Jika masih dalam taraf relationship pria tidak bisa menjalani perannya sebagai pemimpin, bagaimana kelangsungan hidup berumah tangga dalam pernikahan nantinya ? Bagi saya tahap relationship memang bukan sekedar masa saling menyukai antar lawan jenis. Tetapi relationship adalah masa persiapan menuju pernikahan dan penggenapan rencana mulia Yesus atas dunia ini - Kejadian 1:28, Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.

Motivasi yang salah diawal relationship sangat mungkin terbawa ke dalam pernikahan. Dan jika seorang wanita terus menjadi kepala pria sampai masuk ke pernikahan, akankah itu menjadi sebuah hubungan yang diperkenan oleh Tuhan ? - Efesus 5:22-24, Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Wanita akan mengambil posisinya sebagai penolong secara nature ketika ia berdampingan dengan seorang pria yang bisa menjadi pemimpin baginya. Dalam rangkaian kereta api, lokomotif akan menjadi penarik gerbong-gerbong kereta api yang diikatkan kepadanya. Sebaliknya, ketika lokomotif tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka gerbong-gerbong kereta api yang diikatkan kepadanya juga tidak akan bergerak sama sekali. Seperti itulah peran pria sebagai lokomotif dan wanita sebagai gerbong-gerbong kereta api yang diikatkan kepada lokomotif dalam relationship dan pernikahan.

Jika menginginkan hubungan lawan jenis - baik relationship dan pernikahan - yang sehat dan diperkenan oleh Tuhan, maka jangan pernah saling menggeser posisi yang sudah dari awal diciptakan-Nya khusus untuk pria dan khusus untuk wanita itu. Semua akan mengambil waktunya masing-masing saat kita setia terhadap tujuan hidup kita didalam Tuhan tanpa bersungut-sungut dan mudah terombang-ambing oleh dunia sekitar.

No comments: