Friday, April 18, 2008

Restore System

Oleh : Angelina Kusuma

Sebuah kejadian hampir saja membuat kegiatan saya terhenti seluruhnya satu jam yang lalu. Ceritanya, ada sedikit masalah pada printer yang lagi-lagi membuat saya kelabakan. Blinking yang biasanya bisa saya atasi hanya dengan membenarkan letak catrigde pada head-nya, kali ini tidak mempan. Printer saya tetap berkedip berkali-kali yang membuat saya terpaksa hunting software anti blinking dari internet.

Software yang saya idam-idamkan bisa mengatasi masalah printer saya rupanya sama sekali tidak manjur. Berkali-kali saya mencoba petunjuk yang disertakan dalam software tersebut, namun blinking yang ada di printer saya tidak berkurang sama sekali. Yang ada, justru program printer di komputer saya bermultiplikasi hingga menjadi beberapa program sekaligus.

Banyaknya program printer yang menumpuk tersebut membuat default printer saya berpindah-pindah dari copy program yang satu ke copy program yang baru - hasil dari mengikuti petunjuk untuk me-reset printer saya secara manual. Ditengah-tengah kebingungan saya dengan masalah blinking yang tidak kunjung selesai, tiba-tiba timbul pikiran usil diotak saya.

"Uninstall program printernya aja deh. Trus nanti install lagi."

Saya pikir, langkah untuk reinstall program printer cukup tok cer untuk mengembalikan kedip-kedip di printer. Tetapi alangkah kecewanya saya, ketika usai me-restart komputer dan printer selesai proses uninstall program, printer saya tetap blinking. Masalah lebih parah lagi muncul ketika saya tidak menemukan CD software asli dari printer-nya untuk melakukan reinstall program printer baru ke komputer.

"Yah, tamat deh. Programnya udah terlanjur hilang dari komputer. Gimana cara ngutik-utik masalah printernya sekarang ?"

Rasanya saya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Program hilang, CD tidak bisa ditemukan, dan ternyata penyakit kedip pun masih survive. Adakah yang lebih mengesalkan daripada kekacauan tersebut ?

Tiba-tiba ...

Restore system !

Dengan sukacita saya kembali bersorak. Komputer saya itu mempunyai sistem restore yang bisa mengembalikan program-program yang terlanjur ter-delete atau ter-uninstall ke kondisi semula sebelum hilang. Ingat bahwa saya mempunyai senjata mujarab ini, maka dengan segera saya kembali me-restart komputer dan mengaktifkan restore system melalui safe mode. Hasilnya, paling tidak bisa membuat saya bernafas lega karena tidak perlu pusing mencari CD program yang entah keselip dimana untuk install program printer ke komputer kembali.

Seandainya kehidupan kita juga bisa di restore seperti komputer, mungkin segala sesuatu dalam hidup kita yang buruk bisa kita ulangi untuk diperbaiki lagi. Atau, kita bisa terus-menerus mengulang kejadian-kejadian menyenangkan yang kita miliki sehingga tidak akan pernah terkena musibah atau sisi buruk kehidupan.

"Hus, ngawur ! Kamu kan bukan komputer Njie", lamunan saya buyar seketika.

Memang, mungkin ada enaknya jika kita bisa terus hidup disaat-saat indah kita dimasa lalu. Ada kalanya kita juga perlu mengingat masa-masa keberhasilan dan membuatnya cermin agar kita semakin lebih baik dilain kesempatan. Tetapi jika kita ingin me-restore semua kenangan indah kita setiap saat, berarti tanpa sadar kita sudah menyamakan diri kita dengan komputer.

Komputer hanyalah robot, yang bisa bekerja berdasarkan sistem yang telah diprogramkan kepadanya dan hanya bisa berfungsi jika ada user yang menjalankan program-program tersebut. Maukah kita disamakan dengan robot yang tidak mempunyai kuasa atas hidupnya sendiri secara mutlak ?

Filipi 3:13b, Aku melupakan apa yang ada di belakangku dan mengarahkan diri kita apa yang dihapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Stuck pada hal-hal yang selalu ingin kita genggam erat juga tidak akan membuat kita bertumbuh dewasa. Apalah artinya bisa mengulang bagian hidup sesuka hati jika kita tidak pernah belajar darinya. Dulu, saya juga pernah punya keinginan untuk selalu kembali ke masa lalu saya. Saat saya merasa damai dengan orang-orang yang mengasihi ada disekeliling saya, saat saya hidup berkelimpahan tanpa harus bekerja keras membanting tulang, saat saya bisa berlibur tanpa harus terbebani dengan beban-beban hidup, saat saya berhasil dalam rencana-rencana yang saya buat, dan lain-lain. Seandainya saat itu saya mempunyai restore system dalam hidup saya, mungkin saya akan segera mengaktifkan program tersebut dan tidak akan berniat melanjutkan hidup ke hari-hari lainnya.

Melewati hidup yang penuh dengan hal-hal menyedihkan, menyakitkan, sukar, suram, dan seolah-olah tanpa harapan juga ada dalam rangkaian proses pendewasaan untuk pribadi setiap manusia. Menolak hal-hal negatif dalam hidup kita tidak akan membuat kita bertumbuh. Sebaliknya, jika kita menikmati semua proses bahkan yang paling buruk sekalipun, suatu saat kita akan bisa tersenyum tenang dan mendapati kita sudah berada di tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Beberapa tahun terakhir ini, saya belajar keras untuk menepis kata 'andai' dalam hidup saya dan mengganti dengan kata 'esok pasti', berhenti menggenggam masa lalu dan mengarah kepada hari-hari depan yang harus saya hadapi seperti kata Paulus. Restore system tidak akan pernah ada didalam hidup manusia. Karena itulah yang membuat kita sebagai makhluk hidup yang mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk bertumbuh lebih, bukan stuck disatu kenangan atau masa lalu terus menerus.

Masa-masa indah bukan satu-satunya kenangan yang harus kita genggam dan kita gumuli setiap saat. Ada kalanya, kita harus merentangkan tangan, melepaskan kenangan-kenangan indah tersebut satu per satu pergi, agar kita bisa bertumbuh dewasa dan membuka hari yang lebih baik dengan kenangan yang lebih indah daripada kenangan-kenangan indah sebelumnya.

No comments: