Thursday, April 10, 2008

The Wedding Party

Oleh : Angelina Kusuma

Sabtu kemarin ada sebuah berita yang ditayangkan oleh hampir seluruh infotainment televisi mengenai pernikahan akbar dua orang selebritis Indonesia, berinisial A dan S. Kabarnya pernikahan dengan balutan Winter of Love theme tersebut menelan biaya sebesar Rp. 2 M. Bukan sebuah angka yang kecil, mengingat bahwa keadaan negara Indonesia masih ditengah krisis ekonomi seperti sekarang ini. Mungkin bagi orang seperti saya, berita tersebut seperti sebuah dongeng atau hanya akan ada dalam dunia khayalan saja. Ya, jika hanya untuk biaya wedding party saja sampai menelan biaya Rp. 2 M, siapa yang tidak berdecak kagum karenanya ?

Tidak salah memang membuat wedding party. Ada banyak alasan mengapa sampai sekarang banyak pasangan yang menikah kemudian merayakannya dengan sebuah wedding party. Ada yang melaksanakan wedding party dengan alasan bahwa pernikahan hanya akan terjadi sekali seumur hidup karenanya harus dirayakan agar meninggalkan kesan tersendiri dikemudian hari, karena keinginan orang tua yang ingin memanfaatkan wedding party sebagai ajang bersilaturahmi dengan keluarga besan, kerabat dan handai taulan, teman kerja, dan juga rekan bisnis, untuk mengapresiasikan perasaan bahagia, bersyukur atas terjadinya pernikahan itu, dan juga mengungkapkan kebesaran rasa kasih sayang kepada pasangan, sampai alasan karena tuntutan adat istiadat dan angpao pernikahan.

Memutuskan untuk membuat wedding party

Banyak hal yang harus kita dipertimbangkan sebelum memutuskan membuat sebuah wedding party dengan latar belakang keadaan perekonomian yang kian sulit akhir-akhir ini. Jika anda sedang merencanakan pernikahan, tidak ada salahnya jika anda memperhatikan hal-hal dibawah ini terlebih dahulu :

1. Masalah budgeting

Setiap pengeluaran biaya wedding party selayaknya direncanakan dengan matang. Kehidupan setelah pernikahan jauh lebih memerlukan anggaran biaya lebih mengingat bahwa kehidupan setelah lajang dan menikah adalah berbeda. Jika sebelumnya kita terbiasa dengan hidup sendiri dan bisa mendanai kehidupan sehari-hari kita dengan uang seadanya, maka setelah hidup berdua maka kita harus memikirkan kehidupan pasangan kita juga. Keuangan yang dahulunya sendiri-sendiri, mau tidak mau harus dikendalikan untuk keperluan bersama dalam berumah tangga.

Lebih baik membuat wedding party yang sederhana namun bermanfaat bagi kedua mempelai dan keluarga, daripada memaksakan diri membuat wedding party yang lux namun tidak didukung oleh keuangan yang memadai atau sampai meninggalkan jejak hutang setelah pernikahan selesai.

Party bukanlah tujuan utama dari pernikahan. Jika memang hal tersebut memberatkan kehidupan setelah pernikahan, kenapa memaksakan diri untuk merayakannya ? Titik beratkan pengeluaran biaya pernikahan seminimal mungkin dalam taraf save, sehingga masih ada persediaan biaya untuk awal keperluan berumah tangga seperti untuk biaya sewa rumah, membeli furniture baru, atau anggaran rumah tangga sehari-hari lainnya dan anggaran masa depan seperti kelahiran bayi, pendidikan anak, membeli rumah, dan sebagainya.

2. Pendapat orang tua

Campur tangan orang tua didalam sebuah pernikahan juga harus diperhatikan. Pernikahan bukan saja milik dua insan yang ingin menikah, tetapi juga 'pernikahan' bagi kedua keluarga besar. Melibatkan pendapat orang tua didalam perancanaan wedding party adalah sebuah keputusan bijaksana. Jangan sampai salah satu pihak keluarga ada yang tidak setuju dengan adanya wedding party tersebut atau kurang sreg dengan bentuk wedding party yang telah diselenggarakan sehingga membuat batu sandungan tersendiri bagi kehidupan setelah pernikahan.

3. Konsep wedding party

Peran orang tua biasanya juga mengarah kepada penentuan tema wedding party yang sesuai dengan adat istiadat yang dipercayai masing-masing keluarga. Pernikahan dengan latar belakang adat istiadat bisa melenan biaya besar jika tidak direncanakan dengan matang dan bisa menimbulkan perdebatan tersendiri bagi pasangan yang berbeda suku.

Konsep wedding party juga bisa dikerjakan sendiri oleh pasangan yang akan menikah bersama keluarga atau diserahkan kepada EO - Event Organizer. Setelah menentukan besarnya budgeting dan memperhatikan pendapat serta pandangan dari kedua pihak keluarga besar, tentukan konsep wedding party yang tepat dan kepada siapa tanggung jawab wedding party tersebut akan diserahkan. Dalam penetapan konsep ini sebaiknya juga dibicarakan mengenai siapa yang akan menanggung seluruh biaya pengadaan wedding party, pihak keluarga pria, wanita, atau ditanggung oleh kedua mempelai bersama-sama.

Hal sepele yang bisa merusak makna sebuah wedding party adalah masalah angpao pernikahan dan pembayaran mahar pernikahan. Baik seberapa besar pembayaran mahar pernikahan maupun pembagian angpao, lebih baik dibicarakan sebelum hari H.

Saya sering mendengar berita miring seputar pernikahan yang disebabkan oleh hal sepele seperti besar kecilnya pembayaran mahar dan pembagian angpao ini. Jadi lebih baik perhatikan segala sesuatu mengenai pemakaian dan pengeluaran keuangan dalam wedding party semaksimal mungkin agar menjadi win-win solution untuk kedua mempelai dan kedua pihak keluarga besar yang ikut terlibat dalam pernikahan tersebut.

Inti dari pernikahan adalah untuk membentuk sebuah keluarga baru dalam kemuliaan Allah. The fenomenal party atau luxurius party bukanlah inti dari pernikahan itu sendiri. Rencanakan dengan sebaik-baiknya jika memang dalam pernikahan anda menginginkan adanya sebuah wedding party. Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, wedding party bukanlah sebuah final dan purpose dari pernikahan.

Tidak perlu mengambil keputusan gegabah dan mengedepankan glamour pernikahan jika memang budget kita tidaklah mencukupi. Keabsahan pernikahan itu sendiri dihadapan Kristus dan dimuka hukum jauh lebih penting daripada mewahnya wedding party yang berhasil diselenggarakan.

No comments: