Di Ponorogo cuma ada Reyog? Nope! Disini juga banyak spot-spot alam yang cantik yang bisa dinikmati lho. Salah satunya ini nih, Telaga Ngebel! Jalanan menuju Telaga Ngebel sudah teraspal bagus. Bisa ditempuh dari arah Ponorogo Kota dan arah Madiun. Tiket masuk ke telaga cukup murah, hanya Rp. 8.000/org.
Pengunjung bisa melakukan kegiatan-kegiatan ini saat di area telaga:
1. Berkeliling telaga dengan speed boat.
2. Menikmati makan/ngopi di warung sekitar telaga. As note: menu makanan andalan disini adalah Ikan Bakar. Ikannya diambil langsung dari keramba yang ada di telaga.
3. Berburu oleh-oleh khas Ngebel: kaos, baju & pernak-pernik Reyog Ponorogo, buah Nangka dan Duren.
Pengunjung juga bisa meneruskan perjalanan ke Mloko Sewu dari Telaga Ngebel. View dari Mloko Sewu sangat cantik. Disini kamu bisa melihat seluruh Telaga Ngebel dari atas.
Di sekitar Telaga Ngebel saat ini sudah banyak berdiri tempat penginapan/homestay yang nyaman dan layak disewa jika kamu ingin menghabiskan waktu atau mengejar sunrise dari telaga.
Saya menginap disini selama 2 malam saat solo backpack di Lasem. Penginapan ini berada di pusat kota, tak jauh dari Masjid Jami Lasem. Pemilik Omah Idjo sama dengan Roemah Oei (letak kedua penginapan ini saling berdekatan).
Harga yang ditawarkan cukup nyaman dikantong backpacker seperti saya. Dengan Rp. 100.000/hari saya mendapatkan 1 kamar dengan tempat tidur dan kipas angin, lengkap dengan peralatan mandi dan sarapan.
Arsitektur bangunan Omah Idjo bernuansa Belanda Jawa. Disini juga tersedia galeri batik yang menyediakan berbagai merchandise khas Lasem berupa Batik 3 Negeri, kaos, tas, dll. Pengunjung juga bisa menyewa Sepeda Unto untuk berkeliling Lasem dengan harga Rp. 20.000/hari.
Buat kamu yang tertarik untuk explore Kota Lasem, berikut ini adalah itinerary saya selama 3 hari 2 malam solo backpack-an disana. Tempat-tempat wisata di Lasem kebanyakan wisata sejarah. Jadi kalo kamu demen belajar hal-hal yang menyangkut history, so this is the right place for you!
Itinerary Lasem 3H2M
Hari ke 1:
- Makan siang Soto Kemiri di Roemah Oei
- Check in ke penginapan Omah Idjo sekaligus melihat Batik 3 Negeri di galeri mereka
- Tiongkok Kecil Heritage Lasem
- Omah Batik Lasem
- Melihat pembatik yang sedang berkarya di Rumah Merah
- Makan sore dengan Jus Kawis & Ayam Geprek
- Klenteng Cu An Kiong
Hari ke 2:
- Explore Omah Idjo yang khas bangunan Belanda - Jawa
- Explore Roemah Oei
- Masjid Jami Lasem
- Klenteng Gie Yong Bio
- Klenteng Po An Bio
- Makan siang dng Lontong Tuyuhan (sarapan sudah dapat dari penginapan)
- Omah Lawang Ombo/Rumah Candu
- Klenteng Cu An Kiong utk mendapat view siang hari
- Pantai Caruban
- Mencicipi Yopia & Kopi Lelet di Roemah Oei
- Kembali ke sekitar Rumah Merah & Tiongkok Kecil Heritage Lasem, view malamnya cukup keren dng lampion-lampion merah yg cantik
Hari ke 3:
- Pondok Pesantren Kauman Lasem
- Melihat anak-anak yg sedang berlatih seni Liong & Barongsai di Rumah Merah
- Melihat pembatik di Workshop Batik Tulis "Pusaka Beruang"
Transportasi Menuju Lasem
Saya memilih jalur Pantura sebagai jalan saya menuju Lasem. Saya naik bus ekonomi dari Surabaya jurusan Semarang kemudian turun di Masjid Jami Lasem. Perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam. Harga karcis bus sekitar Rp. 32.000 (berangkat) dan Rp. 36.000 (pulang). Selama di Lasem saya lebih banyak jalan kaki kemana-mana karena letak tempat-tempat wisata yang saya tuju berdekatan dan memungkinkan untuk saya jelajahi dengan kaki. Saya hanya menggunakan jasa ojek biasa saat berangkat ke Pantai Caruban dan jasa ojek online saat kembali dari pantai ke penginapan. Selain ojek, pengunjung juga bisa mencoba Becak, Kereta Kuda (Andong) dan Sepeda Unto untuk berkeliling kota Lasem. Tarif sewa Sepeda Unto (sepeda tua zaman dulu) seharga Rp. 20.000 untuk sehari.
Penginapan Lasem
Ada beberapa penginapan eksotis di Lasem yang bisa dipilih pengunjung. Diantaranya Tiongkok Kecil Heritage Lasem, Roemah Oei, Omah Idjo, Omah Londo, dll. Karena saya solo backpacker, saya memilih 1 kamar non AC di Omah Idjo. Harga kamar saya Rp. 100.000/malam dengan fasilitas: handuk, peralatan mandi (sikat gigi, pasta gigi & sabun), kamar dilengkapi dengan kipas angin dan sarapan.
Tempat wisata alam lain yang bisa kamu explore di Lasem (saya tak sempat mendatanginya): Pantai Karang Jahe, Hutan Mangrove Jembatan Merah, Trembesi Tua.
Makanan yang juga belum sempat saya cicipi di Lasem tapi juga layak untuk kamu coba: Dumbeg, Urap Latoh, Sate Srepeh.
Aktivitas lain yang bisa kamu explore di Lasem: melihat proses pembuatan Yopia (saat saya kesana sedang tak ada pembuatan Yopia karena hari Minggu).
Pernah kebayang ga menikmati malam Imlek di kota Lasem?
Lasem dikenal juga sebagai "Tiongkok kecil" karena merupakan kota awal pendaratan orang Cina di tanah Jawa. Di kota ini terdapat banyak peninggalan sejarah berupa klenteng dan bangunan-bangunan kuno cantik yang masih kokoh berdiri hingga kini.
Hujan mengguyur kota Lasem ketika siang itu (24 Januari 2020) kaki-kaki saya menapak untuk pertama kalinya di kota ini. Awalnya saya memilih Lasem untuk malam Imlek karena tak sengaja. Rasanya wes biasa orang-orang menyerbu Solo dan Semarang untuk berburu segala sesuatu tentang tradisi Imlek. Kemudian pikir saya, "Kenapa ga ke Lasem? Bukankah kota itu merupakan kota awal mula penyebaran warga Tionghoa di tanah Jawa?" Dan...jadilah saya membulatkan tekad untuk menjelajahi sudut-sudut kota Lasem di momen Imlek tahun 2020 ini.
Kali ini perayaan malam Imlek di Lasem dipusatkan di Klenteng Cu An Kiong atau yang lebih dikenal sebagai Klenteng Dasun oleh orang-orang sini. Klenteng ini merupakan kelenteng tertua di Kota Lasem dan bahkan konon merupakan klenteng tertua di Pulau Jawa.
Saya berkenalan dengan Ibu Ana, salah seorang staff di Omah Idjo tempat saya menginap selama 2 malam di Lasem. Beliau seorang Katolik yang kemudian mengajak saya untuk ikut misa digerejanya karena hari Minggu siang saya sudah harus pulang ke rumah. Menyenangkan rasanya bisa beribadah di kota yang saya kunjungi dan berkenalan dengan orang-orang lokal setempat meskipun saya Kristen (hehe saya bukan orang fanatik, jadi saya tetap bisa beribadah dimana saja asal ada Yesus-nya).
Selesai misa di gereja, saya diajak ke Klenteng Cu An Kiong untuk bergabung dengan masyarakat Tionghoa disana merayakan malam Imlek. Wah, saya senang sekali...dapat makan malam gratis, dapat tempat duduk di depan untuk menikmati pertunjukan musik dan lagu trus bisa menikmati pertunjukan seni Liong dan Barongsai pula. Ahai, saya merasa jadi makhluk yang paling beruntung dan paling cantik malam itu #Nyengir.
Transportasi Menuju Lasem
Saya memilih jalur Pantura sebagai jalan saya menuju Lasem. Saya naik bus ekonomi dari Surabaya jurusan Semarang kemudian turun di Masjid Jami Lasem. Perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam. Harga karcis bus sekitar Rp. 32.000 (berangkat) dan Rp. 36.000 (pulang). Selama di Lasem saya lebih banyak jalan kaki kemana-mana karena letak tempat-tempat wisata yang saya tuju berdekatan dan memungkinkan untuk saya jelajahi dengan kaki. Saya hanya menggunakan jasa ojek biasa saat berangkat ke Pantai Caruban dan jasa ojek online saat kembali dari pantai ke penginapan. Selain ojek, pengunjung juga bisa mencoba Becak, Kereta Kuda (Andong) dan Sepeda Unto untuk berkeliling kota Lasem. Tarif sewa Sepeda Unto (sepeda tua zaman dulu) seharga Rp. 20.000 untuk sehari.
Tempat Wisata Lasem
Saya mengunjungi tempat-tempat ini selama 3 hari 2 malam di Lasem:
1. Roemah Oei
2. Omah Idjo
3. Klenteng Cu An Kiong
4. Klenteng Gie Yong Bio
5. Klenteng Po An Bio
6. Tiongkok Kecil Heritage Lasem (Rumah Merah)
7. Omah Lawang Ombo
8. Poskamling Pondok Pesantren Kauman
9. Workshop Batik Tulis Lasem Pusaka Beruang
10. Pantai Caruban
Kuliner Lasem
Tak lengkap rasanya kalo berkunjung ke suatu kota tanpa menikmati makanan khas kota tersebut, yekan? Nah, saya juga berburu makanan-makanan berikut ini di Lasem:
1. Soto Kemiri
2. Jus Kawis
3. Lontong Tuyuhan
4. Kopi Lelet
5. Yopia
Penginapan Lasem
Ada beberapa penginapan eksotis di Lasem yang bisa dipilih pengunjung. Diantaranya Tiongkok Kecil Heritage Lasem, Roemah Oei, Omah Idjo, Omah Londo, dll. Karena saya solo backpacker, saya memilih 1 kamar non AC di Omah Idjo. Harga kamar saya Rp. 100.000/malam dengan fasilitas: handuk, peralatan mandi (sikat gigi, pasta gigi & sabun), kamar dilengkapi dengan kipas angin dan sarapan.
Menurut keterangan warga Lasem yang saya dengar kemarin, juga akan ada perayaan saat Cap Gomeh (8 Februari 2020) disana. Monggo yang mau dolan ke Lasem, bisa sekalian belajar sejarah dan menikmati kekayaan budaya lho. Kota ini benar-benar menakjubkan menurut saya. Tingkat toleransi warganya luar biasa keren. Saya bertemu dengan beberapa orang berpeci dan berjilbab hadir juga saat makan malam di klenteng, beberapa pemain Liong juga berjilbab. Setiap jalan saya mendengar orang-orang berbahasa Jawa meskipun mata mereka sipit. Bangunan pos kamling di depan Pesantren Kauman-pun tetap bernuansa Cina. Terlihat sekali bahwa percampuran budaya di kota ini cukup bagus.