Saturday, January 31, 2009

Yang Harus Dikontrol Wanita Ketika Mulai Jatuh Cinta

Oleh : Angelina Kusuma

"Jatuh cinta berjuta rasanya", kata Oma Titik Puspa. Manis, asam, asin, rame rasanya...hehehe. Siapa yang tidak butuh cinta? Aha, semua orang pasti perlu satu kata itu. Baik anak muda sampai orang dewasa, semua perlu cinta dan bisa jatuh cinta.

Cinta tidak semudah kata-katanya. Ada banyak hal yang harus kita tahu sebelum benar-benar 'jatuh' ke dalamnya. Apa saja yang harus kita kontrol ketika mulai merasakan debar-debar halus di jantung kita saat bertemu dengan seseorang yang mampu membuat pipi memerah dan tersipu-sipu itu? Yuk, simak 4 hal di bawah ini:

1. Berfantasi lebih
"Aku dan dia banyak sekali kesamaannya. Dia benar-benar orang yang paling cocok untuk jadi PH-ku"

Saat kita jatuh cinta, batas antara angan-angan dan kenyataan itu menjadi sangat tipis. Sulit mengontrol jalannya pikiran dan suasana hati agar berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Jatuh cinta kepada seseorang tidaklah salah. Hanya saja, jika kita mulai membiarkan diri dikuasai oleh fantasi berlebihan mengenai indahnya kebersamaan dengan si dia setiap waktu sebelum ada ikatan relationships yang sah, ini bisa menjadi masalah.

Apa yang ada di pikiran kita mengenai hubungan ke depan dengan si dia, belum tentu sepenuhnya pasti akan terjadi kan? Jangan menipu diri dengan angan-angan yang terlalu bagus dan impian yang muluk-muluk padahal belum ada kepastian komitmen dari orang yang bersangkutan. Tindakan ini namanya meracuni diri sendiri! Iya kalau dia benar-benar suka dan perasaan kita tidak bertepuk sebelah tangan. Kalau enggak? Aih bo'...pasti rasanya seperti dijatuhin dari gedung tingkat tujuh tuh hehehe.

2. Tebak-tebakan
"Dia banyak membantuku dalam memecahkan masalah dan ada saat aku dalam kesulitan. Sepertinya dia suka sama aku"

Yang namanya tebak-tebakan, bisa iya, bisa juga tidak. Dari pada untungnya, ajang tebak-tebakan lebih banyak menimbulkan kerugian. Rugi ngabisin waktu buat berkhayal dan juga rugi perasaan karena banyak memikirkan hal yang enggak-enggak buat sesuatu yang belum jelas! Orang yang suka tebak-tebakan hampir sama dengan orang yang bermain judi. Mengenai hasil akhirnya, siapa yang bisa menjamin akan sama dengan yang ditebak sebelumnya?

Urusan PH bukanlah ajang tebak-tebakan. Bukan gambling, bukan judi! PH berbicara soal kepastian karena semua yang ada di dunia ini sudah ada yang mengaturnya lebih dulu. Hentikan kebiasaan bertanya-tanya terus di dalam hati, "Apakah dia juga suka padaku?" saat mulai jatuh cinta. Acara tebak-tebakan seperti itu hanya akan mengikat kita semakin kuat ke arah hubungan yang belum pasti. Dan...kembali lagi ke soal pasti dan tak pasti, jika tebakannya benar sie, "Congratulation...". Tapi kalo tebakannya ternyata salah sementara hati sudah terikat cinta yang dalam gimana? Hiks, pasti seperti ditusuk-tusuk pisau rasanya hahaha (hari ini kok berlebihan semua sie :D).

Dari pada main tebak-tebakan terus, lebih baik memfokuskan diri pada bagaimana cara bersikap yang baik kepada semua orang dan membiarkan proses waktu yang akan menjawab nanti. Cinta sejati tak akan lari meski tak kau kejar! Perbaiki kualitas diri agar PH-mu nanti layak memilikimu sambil terus berdoa dan jaga hati saat berdekatan dengan si dia. Mengenai apakah nanti PH-mu yang benar adalah orang yang saat ini sedang kamu sukai itu atau bukan, masih ada tangan Tuhan yang lebih berhak menentukannya, girls. Biarkan para priamu menyelesaikan urusannya dengan Tuhannya lebih dulu dan nantilah dia dengan setia. Ok? ;)

3. Terbuai romantisme kisah cinta
"Akhirnya setelah terpisah 8 tahun, aku ketemu dia lagi. Apakah ini pertanda bahwa dia memang benar-benar diperuntukkan khusus buatku?"

Kisah cinta yang romantis hampir membuat semua orang ingin memilikinya dan berangan-angan tentang betapa indahnya cinta itu. Tak jarang, kisah-kisah romantis dari film-film maupun drama seri ber-genre cinta atau kisah cinta sukses orang lainpun turut mempengaruhi jalannya kisah cinta kita sendiri! Wew...

Kita hidup di dunia nyata, bukan di dunia dongeng, apalagi di dunianya orang lain. Jika kita mengharap si dia yang sudah lama terpisah dengan kita kemudian tiba-tiba berdiri di depan pintu dengan seuntai mawar merah, hei...itu kisah di sinetron bukan ya? Bangunlah dari mimpi-mimpi tentang romantisme cinta dan nikmatilah kisah cintamu sendiri dengan gayamu juga. Masing-masing dari kita mempunyai cara-cara tersendiri untuk bertemu dengan mr right dan mempunyai jangka waktu masing-masing mengenai berapa lama kita harus single (baca: mempersiapkan diri menjelang relationships).

Biarkan si A mempunyai kisahnya bertemu dengan pangerannya saat di perjalanan menuju bandara, biarkan si B mempunyai kisah pernikahannya di usianya yang ke 24 tahun, biarkan si C menemukan penudungnya melalui perkenalan di dunia maya, biarkan film cinta D berakhir dengan happy ending-nya sendiri, dan biarkan pula dirimu menemukan kisah cintamu dengan caramu sendiri!

Mengagumi kisah cinta orang lain yang lebih dulu mendapatkan apa yang belum kita miliki saat ini, wajar. Tapi jika kita mulai iri dengan kisah orang lain atau mulai mencontek dari film atau artikel cinta tertentu, itu yang tidak perlu dilakukan. Kita pasti akan punya kisah sendiri kok nantinya. Kalau belum juga menemukan si mr right padahal orang-orang di sekitar kita sudah, ya sabar dong nunggunya...Artinya, paket super special-nya belum sampai dikirim ke alamat tuh hihihi.

4. Sibuk bertanya ke kanan dan ke kiri
Orang yang jatuh cinta apalagi wanita seperti kita, membutuhkan lebih banyak telinga untuk mendengarkan uneg-uneg di hatinya mengenai seseorang yang tengah kita sukai. Tak jarang, kita mulai menanyakan tanda-tanda jika seseorang juga menyukai kita ke semua orang yang kita temui (saya pernah ngalami sendiri soalnya :D).

Sadar atau tidak sadar, ketika kita melibatkan banyak orang di sekeliling kita untuk ikut bermain tebak-tebakan cinta dengan kita, sebenarnya kita semakin menipu diri kita dan menutup mata kita dari kenyataan yang ada. Yang jatuh cinta kita, kok nyari dukungan massa ke orang lain juga? hehehe. Meminta pendapat dari orang-orang yang lebih berpengalaman juga tidak salah sie, asal ada batasnya. Yang harus diingat adalah pendapat mereka juga belum tentu benar guys.

Jangan jadikan pendapat orang lain sebagai patokan mutlak akan akhir hubungan kita nanti sampai lupa melakukan cek dan riceknya sendiri kepada Tuhan. Wah wah, gawat tuh! Pandangan orang lain masih bisa salah. Tapi jika Tuhan sudah berbicara, tidak akan ada yang salah. Dari pada sibuk bertanya ke kanan dan ke kiri soal perilaku si dia yang membuat kita mabuk kepayang, ambillah waktu untuk duduk diam di bawah kaki Tuhan. Percaya deh, 'dengar-dengaran' dengan Tuhan 30 menit, lebih menenangkan jiwa dari pada puluhan pendapat dan nasehat dari orang lain, bahkan yang sudah mengaku pakar sekalipun!

Ready to having fun in your fall in love case? Yeah, ayo semangat para wanita...Nikmati aja rasanya jatuh cinta yang manis, asam, asin, kecut, pedas, kadang pahit, kadang juga hambar itu sambil terus bersenang-senang.

Nareeeeee yuk menareeeeeee...Segala kesudahannya pasti indah pada waktu-Nya kok. So, enjoy aja!!! ^o^ V

Wednesday, January 28, 2009

Yang Terlintaspun, Tuhan Tahu

Oleh : Angelina Kusuma

Hari Senin tanggal 26 Januari 2009 kemarin, saya mengalami peristiwa unik di luar dugaan. Setiap kali surfing di internet, hal pertama yang saya lakukan adalah log in ke account chat online saya. Hari itu saya merasa sedikit heran dengan friends list saya yang biasanya dipadati oleh sahabat-sahabat dunia maya yang sedang online (setiap hari kerja, Senin sampai Jumat, biasanya yang online di friends list saya bisa menembus angka sekitar 50-70 id), tetapi hari itu hanya sekitar 15 id saja yang tampak online (itupun sudah termasuk mereka yang online dengan fasilitas sms di hand phone).

"Masa hari Senin banyak yang nggak masuk kerja?", pikiran seperti ini langsung mengusik saya. Saya menyapa seorang sahabat kampus yang tampak online kemudian terlibat pembicaraan dengannya beberapa saat.

Enjie: "Eh hari ini kantor-kantor libur ya? Kok tumben list YM-ku sepi"
Connie: "Iya, kan libur nasional"
Enjie: "O iya ta? Aku nggak tau..."
Connie: "Imlek"
Enjie: "Iya aku tau kalo hari ini Imlek, tapi ditanggalanku item euy bukan merah"

Kalender normal, biasanya ada pembedaan warna antara hari libur dan hari kerja bukan? Misal: warna hitam atau putih untuk menunjukkan hari kerja, Senin sampai Sabtu, dan warna merah untuk menunjukkan hari Minggu dan hari libur nasional. Gara-gara kejadian ini, saya langsung melihat ke arah kalender yang ada di meja saya, dan ops, itu dia masalahnya...

Kalender di meja saya itu agak aneh. Di bulan Januari sampai Februari 2009, semua hari berwarna hitam! (baru di bulan Maret dan seterusnya, ada hari berwarna merah). Baik itu hari Minggu dan hari libur nasional, semua tampak hitam! Bukan merah. Yang ada hanyalah foot note kecil di bagian bawah bulan yang bersangkutan menerangkan tentang hari-hari penting (yang seharusnya itu adalah keterangan hari libur nasional). Astaga...pantas saja saya tidak menyadari kalau tanggal 26 Januari 2009 itu juga merupakan hari libur nasional. Iyalah...wong di kalender yang setiap hari saya pandangi ini tampak sebagai hari kerja seperti biasa! (hahaha, kayaknya yang bikin kalender tau deh kalo yang make kalender ini memang nggak pernah libur sesuai dengan kalender pada umumnya :D).

Saya menyimpan kejadian kalender yang pasti salah cetak ini sebagai pengalaman lucu di hari Senin pagi. Saya tidak mengingat-ingatnya lagi sepanjang siang dan sore harinya, sampai tiba-tiba...

Menjelang pukul 19.00 WIB malam, seorang sahabat dari Jakarta yang saya kenal melalui sebuah social networking internet datang ke tempat kerja saya. Beliau ini bukan orang sembarangan. Beliau adalah mantan wartawan senior dari sebuah surat kabar terkemuka di Indonesia dan juga merupakan caleg DPR-RI Dapil Jatim 7 dari partai yang di Pemilu 2005 lalu menjadi penguasa suara. Sebuah kehormatan besar bagi saya ketika beliau beserta dua orang staff-nya lagi benar-benar datang ke alamat yang saya berikan meskipun sebelumnya kami hanya bercakap-cakap melalui inbox social networking yang kami ikuti itu (uhui, gile...gue dikenal orang 'gede' juga ternyata bo' wkwkwk).

Sebelum pulang, Bapak ini menitipkan beberapa item untuk mendukung promosi beliau sebagai caleg di Pemilu tanggal 9 April 2009 nanti untuk disebar-luaskan ke orang-orang di sekeliling saya. Media promosi yang beliau berikan kepada saya ada 3 macam, surat kabar memuat visi-misi partai yang menaungi beliau, kalender dinding, dan kalender seukuran post card. Ketika saya menerima kalender yang diberikan Bapak ini, saya tertegun. Hei...kok bisa serba pas ya? Paginya saya bermasalah dengan kalender yang ada di meja saya (karena setiap harinya tampak berwarna hitam semua), ternyata malam harinya saya mendapatkan kalender baru dan di kalender yang baru ini tidak ada kesalahan cetak seperti kelender saya sebelumnya. Di kalender baru ini, hari Minggu dan hari libur nasional berwana merah, bukan hitam lagi! hehehe...(pake dikasih bonus tambahan fotonya si Bapak caleg sebagai back ground lagi wkwkwk...how cute calendar yo? :D).

Tuhan tidak pernah menganggap remeh kesulitan-kesulitan kecil yang kita hadapi. Kalender di meja saya sekarang sudah 'dibenarkan' mengenai penunjukan hari-hari oleh-Nya. Saya ini termasuk orang yang kurang memperhatikan hari dan tanggal dengan baik. Itulah sebabnya, kenapa kesalahan cetak kalender yang saya miliki baru ketahuan di hari ke 26 sejak tahun 2009 bergulir hihihi. Dengan kejadian ini juga, Dia mengingatkan saya bahwa betapa pentingnya hari-hari yang kita jalani saat ini bagi-Nya. Apakah kita sudah memperhatikan kualitas setiap harinya atau sekedar menjalaninya tanpa tujuan? Dia saja memperhatikan hari libur bagi-Nya (Tuhan menciptakan dunia selama 6 hari dan beristirahat di hari ke 7). Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengingat hari libur yang dikhususkan untuk-Nya? (untung gue belum pernah absen ibadah ke gereja di hari Minggu tahun 2009 ini meski kalender gue nggak merah hahaha).

Tuhan itu perfeksionis! Dia ingin semua umat-Nya juga memiliki kehidupan yang kudus dan sempurna di hadapan-Nya. Dia mengingat anak-anak kesayangan-Nya juga dengan mendetail. Saya tidak meminta kalender baru sama Tuhan untuk mengganti kalender saya yang salah cetak itu. Tetapi ternyata Dia tetap memberikan kalender yang baru dan benar sebagai ganti yang lama kepada saya. Pasti Tuhan tahu kelemahan saya dalam mengingat hari-hari yang kurang baik itu. Kemarin, saya salah melihat hari libur nasional sebagai hari kerja. Besok, bisa jadi saya lupa hari Minggu dan tetap melihatnya sebagai hari kerja. Gawat kan kalau saya tidak beribadah ke gereja hanya gara-gara semua hari di kalender saya tampak seperti hari Senin...

Masihkah kita tidak mempercayai Tuhan yang kita sembah dan mempermainkan-Nya dengan kompromi-kompromi dunia? Tuhan tidak akan membiarkan Nama-Nya di permalukan. Setiap kebutuhan kita, Dia tahu! Setiap kelemahan kita, Dia mengerti! Tidak ada yang terluput dari penglihatan-Nya. Yang sekedar terlintas di pikiran kitapun, Dia mencatatnya dengan sempurna! How great our God!

Dia sudah memperhatikan kebutuhan dan kelemahan saya sehari-hari dengan baik (gue nggak minta aja Tuhan beri, apalagi kalo minta ya? hmm...). Is He do it for you too? Jika belum, kejar Dia sampai Dia mau melakukannya padamu! ^_^ V



Friday, January 23, 2009

Your Love Story was Written

Oleh : Angelina Kusuma

Anda single?

Yah, anggap saja saat anda membaca tulisan ini anda sedang single, benar-benar single atau sedang bertanya-tanya mengenai kelanjutan dari hubungan anda dengan seseorang yang special di hati anda.

Apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu single anda? Banyak membaca novel-novel ber-genre cinta, menonton film-film romantis, tak pernah melewatkan tips and trik cara menggaet calon pasangan menarik dari majalah, tabloid, surat kabar, website-website tertentu yang mengupas pernak-pernik cinta sampai berseri-seri, atau menghadiri semua undangan pesta dan acara yang berpotensial mempertemukan para tulang rusuk yang terpisah?

Jika anda pernah melakukan satu atau dua hal diatas, anda tak perlu khawatir. Anda tidak sendirian! Ribuan para single di luar sana dan sayapun juga pernah melakukannya (dulu tapinya hihihi).

Single selalu penuh dengan berbagai pertanyaan misteri. "Siapa yang akan menjadi ms./mr. right-ku nanti?", "Kapan ya bisa nge-date malam minggu sama pacar?", "Dia tertarik juga nggak ya sama aku?", "Gimana supaya dia tertarik sama aku?", dan ratusan bahkan ribuan pertanyaan senada itu pasti pernah memenuhi pikiran semua single.

Untuk menenangkan kegelisahan saya akan kondisi single, dulu saya sangat tertarik dengan segala sesuatu yang bermuatan cinta. Mulai dari berburu tiket nonton film-film romantis yang baru diputar premire-nya beberapa minggu lalu, memburu majalah-majalah yang mengupas tuntas soal cara mencari dan mengenali sang arjuna, sampai tidak pernah melewatkan satu haripun tanpa membaca sebuah rubrik mengenai 'love story' dari sebuah website surat kabar terkemuka di Indonesia. Ibaratnya, tiada hari 'tenang' sebagai single sebelum mendapat cara-cara baru untuk berburu cinta hehehe.

Terus...adakah hasil dari menerapkan tips-tips mencari cinta sejati yang sudah saya baca berkali-kali melalui berbagai sumber diatas? Ah, sayangnya tidak ada hasilnya sama sekali! hahaha :D. Seorang pria yang pernah dekat dengan saya justru melangkahkan kakinya menjauh, padahal saya sudah berusaha semaksimal mungkin menariknya dengan cara-cara yang ditulis oleh puluhan artikel cinta di majalah, tabloid, surat kabar, dan website-website yang pernah mengupasnya dengan tuntas. Kisah cinta saya dengan pria itu juga tidak berakhir seperti love story romantis yang pernah saya tonton di film-film dengan paparan kalimat, "Akhirnya keduanya melangkah ke pelaminan dengan senyum bahagia!" sebagai ending-nya.

Saya tidak menuduh bahwa para penulis artikel, novel, tips-tips, dan film-film yang berbau cinta itu telah memberikan cara-cara menemukan cinta sejati yang salah kepada para penikmat karya-karya mereka. Setiap cara bahkan yang paling sederhana sekalipun, bisa kok membuat kita menemukan cinta sejati kita. Tetapi kitalah yang bodoh jika kita ingin membuat cara kita menemukan cinta sejati itu sama seperti orang lain.

Setiap orang diciptakan berbeda. Anda tidak sama dengan saya, begitu juga sebaliknya. Karena kita berbeda, maka setiap kisah yang terjadi dalam hidup kitapun tentu tidak akan ada yang sama. Jika kita mengharap kisah cinta kita berakhir happy ending seperti film A, love story B, tips mencari cinta dari C, cara menemukan tulang rusuk yang hilang dari D, dll, berarti kita telah salah terbuai kisah romantis dari orang lain!

Anda dan saya pasti mempunyai kisah cinta sendiri-sendiri! Tuhan tidak mungkin melewatkan satu bagian terkecil sekalipun dari detail kehidupan kita, termasuk soal PH atau Pasangan Hidup. Bahkan jauh sebelum kita terlahir ke dunia ini, semua yang akan kita alami selama hidup sudah dirancang oleh-Nya dengan komplit sampai saatnya kembali kepada-Nya lagi nanti.

Mazmur 139:16, Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Setelah membaca Mazmur 139:16 ini, saya langsung menutup semua majalah, tabloid, dan surat kabar yang menawarkan tips-tips mencari cinta sejati yang pernah saya gandrungi sebelumnya. Saya membuang angan-angan ingin memiliki akhir kisah cinta seperti kisah-kisah cinta romantis yang pernah saya baca di novel atau di film-film yang pernah saya tonton. Saya juga tak lagi memelihara iri hati kepada sahabat-sahabat saya yang sukses dengan kisah pencarian cinta sejatinya memakai cara ini atau itu. Saya mulai mempercayai Tuhan Yesus yang saya sembah dan menyerahkan kisah cinta saya 100% ke dalam tangan-Nya.

Mazmur ini jelas berkata bahwa hari-hari yang akan kita lewati telah ditetapkan oleh Tuhan sebelum kita lahir. Termasuk kisah cinta kita, Ia sudah menulisnya! Kapan kita bertemu dengan ms./mr. right, bagaimana cara kita bertemu dengannya, kapan kita mulai ber-relationships, kapan kita menikah, dan berapa lama kita harus single, semua sudah ditulis-Nya dengan rapi!

Tuhan tidak bisa ingkar janji. Sekali Ia menetapkan, hal itu akan tetap terjadi dengan cara apapun juga. Yang kita perlukan adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya menyambut rencana yang sudah ditetapkan-Nya itu. Sederhana kan? Kita juga tidak perlu sibuk mencari tips-tips atau petunjuk cara-cara tertentu agar kita bisa bertemu dengan someone special kita. Tahun tahu kok siapa orangnya dan kapan waktunya! Jika kita ingin mengejar relationships yang benar, maka kejarlah TUHAN, bukan sosok lawan jenis yang menarik atau cara-cara yang dikatakan dan dibuat oleh manusia lain.

Tuhanmu, Sang Penulis love story-mu, akan memberitahukan semua isi hati-Nya kepadamu jika kamu peka dan dekat dengan-Nya. Saat kamu jatuh cinta, tanyalah Dia...siapa orang yang sudah ditetapkan-Nya untukmu biar nggak salah di jalan dan membuat waktumu bertemu dengan PH sejatimu menjadi lebih rumit. Duduk tenang sajalah di bawah kaki-Nya, tunggu His sign, siap-siap, dan biarkan Ia mengambil alih acara relationships-mu. God bless His child love story ^.^ (nj@coe).

Thursday, January 22, 2009

Pancing Atau Ikan

Oleh : Angelina Kusuma

Ketika kita memuridkan orang lain (dalam PI atau kelompok sel), pancing atau ikankah yang sudah kita berikan kepada mereka?

Seminggu ini, hampir secara bersamaan saya kembali terhubung dengan ketiga adik rohani yang dulu pernah beraktifitas bersama-sama dengan saya di kelompok sel kampus melalui chat online. Ketiganya sudah berada ratusan kilometer dari tempat saya berada saat ini; satu di Lampung, satu di Bintan, dan satunya lagi di Jakarta.

Ada satu kesamaan dari hasil pembicaraan saya dengan ketiga adik rohani ini. Baik yang ada di Lampung, di Bintan, dan yang ada di Jakarta, ketika saya bertanya bagaimana tentang kondisi kerohanian mereka, kontan jawaban yang saya terima dari mereka hampir mirip, "Kurang stabil" atau "Tidak sebaik waktu di kampus Surabaya dulu".

Well, what's wrong?

Saya juga merasakan hal yang adik-adik rohani saya rasakan saat ini ketika baru saja keluar dari kampus dulu. 2 tahun bekerja di kota Jakarta setelah lulus dari kampus, kondisi rohani saya rasanya sedikit berbeda (menurun) jika dibandingkan dengan kondisi rohani saya saat masih berkumpul dan melayani bersama-sama dengan kakak-kakak dan sahabat-sahabat rohani saya di kampus. Rohani saya menemukan kestabilannya kembali setelah saya bergabung di sebuah kelompok sel yang ada di gereja tempat saya berjemaat di kota Cinere dan meski saat ini saya sudah berada jauh dari kota Cinere sekalipun, rohani saya masih tetap relatif stabil (dan pasti akan tetap stabil sampai Yesus menjemput ajal saya nantinya...aminnnnn ^_^).

Apa bedanya?

Rupanya, kelompok sel dan komunitas-komunitas rohani yang saya ikuti waktu di kampus dulu baru bisa memberikan ikan kepada rohani saya sedangkan kelompok sel saya di gereja Cinere ini memberikan pancingnya. Ikan memang mengenyangkan dan memberikan solusi tepat darurat untuk orang yang sedang kelaparan sementara waktu. Tetapi ketika ikannya habis dan orang yang kenyang itu menjadi lapar kembali sedangkan ia belum tahu bagaimana cara mendapatkan ikan dengan tenaganya sendiri, maka ia akan kelaparan lagi dan kelaparan lagi pada akhirnya.

Kematangan jiwa seseorang juga menentukan responnya terhadap makanan yang disodorkan ke mulut rohaninya. Jiwa baru saya ketika masih di bangku kuliah dulu, membuat rohani saya menerima setiap makanan rohani yang ada sebagai ikan, bukan pancing. Tak hanya kekurang-tepatan dari penanganan para pembimbing jika kondisi kerohanian seseorang masih terpengaruh dengan suasana lingkungan tempat ia berada, tetapi tingkat kematangan jiwa orang tersebut juga bisa membuat kondisi rohaninya turun drastis ketika ia tidak bersama-sama dengan lingkungan tempat awal ia dimenangkan dan bertumbuh.

Sebagai kakak rohani/pembimbing/atau konselor, seharusnya kita sadar bahwa kita wajib melengkapi adik-adik dan orang-orang yang ada di bawah pengawasan kita, agar mereka mendapatkan pancing bukan sekedar menangkap ikan bagi kerohaniannya.

Saya pernah diprotes oleh orang-orang yang mempunyai masalah di area relationships-nya karena saya menyarankan mereka untuk lebih menghayati kondisi singleness yang tengah mereka hadapi itu dan tidak memberikan tips-tips tertentu untuk pursue someone. Ada yang berucap, "Aku tuh pinginnya punya seseorang yang mau jadi pacarku, bukan teori tentang single/lajang seperti itu!"

Lho, aneh kan? Saya mau memberinya pancing untuk masalah relationships-nya, tetapi ia maunya hanya sekedar ikan saja...

Coba bayangkan bagaimana jika seseorang yang tidak pernah puas dengan kondisi single-nya tersebut akhirnya mendapatkan seseorang yang bersedia menjadi pasangannya. Apakah ia akan puas setelah mendapatkan apa yang ia mau itu?

Tidak akan pernah!

Fakta selalu berkata, hanya orang-orang yang sudah 'penuh' yang tidak perlu menuntut orang lain untuk memenuhinya, hanya orang-orang yang puas akan kondisi single-nya, yang akan sukses membangun relationships yang sehat nantinya. Pasangan kita bukanlah alat untuk membuat kita merasa penuh atau bahagia. Kita bisa penuh dan bahagia karena ada satu Pribadi yaitu Kristus yang bertahta di hati kita dan kita puas akan diri kita sendiri. Bahagia itu, tidak punya syarat men...Jadi ketika seseorang melakukan pursue kepada lawan jenisnya tanpa disertai kepuasan sebagai single dan dirinya lebih dulu, sebenarnya ia hanya mengejar 'status' relationships bukan inti dari relationships itu sendiri.

Orang yang lapar perlu bekerja (mempunyai pancing) agar ia bisa mendapatkan penghasilan/uang untuk membeli makanan dan terhindar dari kelaparan di lain waktu. Orang yang ingin segera ber-relationships harus puas dan penuh sebagai single lebih dulu agar ketika ia ber-relationships ia tidak mencari kebahagiaan semu dan menuntut pasangannya untuk memenuhi semua keinginannya (manusia yang sama tidak sempurnanya tidak bisa saling memenuhi, rite? yang seharusnya terjadi hanyalah saling melengkapi...kesepadanan dan keseimbangan).

Dalam hal kerohanian juga demikian. Jika pondasi rohani kita hanya dibentuk karena lingkungan kelompok sel yang mendukung, lingkungan gereja yang nyaman untuk beribadah, adanya kakak pembimbing yang selalu mengingatkan untuk terus fight di jalan Tuhan dll, suatu saat jika kita diperhadapkan dengan lingkungan yang kurang kondusif dan ketiadaan kakak rohani yang mengawasi tingkah laku kita, maka rohani yang kita miliki juga akan mundur dengan sendirinya.

Setelah pondasi rohani saya diubahkan melalui pengenalan pada Pancing yang harus saya pegang yaitu Yesus Kristus, saya mulai melepaskan ikan-ikan yang saya buru selama ini. Saya berhenti menggantungkan diri saya kepada kakak rohani, pendeta, gereja, kelompok sel, ataupun komunitas-komunitas rohani yang saya miliki. Saya hanya menggantungkan diri saya kepada satu Pribadi yang bernama Yesus Kristus! Meskipun kakak rohani saya jauh, gereja saya harus berpindah-pindah keliling kota se-Indonesia (seiring berpindah-pindahnya tempat tinggal juga soalnya hehehe), lingkungan kelompok sel dan komunitas tempat saya bertumbuh berubah, tetapi kondisi rohani saya masih relatif cukup stabil. Bukan lingkungan yang mengendalikan saya, tetapi saya yang mengendalikan lingkungan sekitar untuk semakin mengenal Yesus!

Sekarang, ketika saya mempunyai kesempatan berbagi dengan orang-orang yang ada di sekitar saya, saya akan berkata kepada mereka sejak awal, "Aku tidak akan membawa kamu ke gereja, tetapi aku akan mengenalkan kamu kepada satu Pribadi yang bernama Yesus Kristus." Yesus Kristus adalah Pancing yang harus kita genggam dengan erat. Gereja, komunitas anak Tuhan, dan orang-orang yang diurapi-Nya adalah ikan-ikannya. Ketika kita mempunyai Pancing, ikan-ikan akan kita dapatkan setiap saat. Tetapi jika kita hanya mempunyai ikan-ikan, maka ketika ikan-ikan itu habis kita makan, maka kita akan kelaparan dan kecewa lagi.

Yohanes 4:13-14, Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."



Tuesday, January 20, 2009

Saat Ku Tak Mengerti Rencana-Mu

Oleh : Angelina Kusuma

Biasanya, ketika seseorang meminta sesuatu, kemudian mendapatkan apa yang diinginkannya itu, ia akan bersukacita sebagai respon akhirnya. Tetapi hari ini, saya melakukan hal yang terbalik! Apa yang saya panjatkan dalam doa resolusi 2009 di penghujung tahun 2008 kemarin sudah membayang di depan mata dengan sangat jelas. Seharusnya saya bersukacita dan meloncat-loncat kegirangan karenanya. Saya tak harus menunggu sampai tahun 2009 berakhir, di bulan-bulan awal tahun ini pun apa yang saya inginkan itu hampir 50% terpenuhi. Tetapi bukannya kegembiraan yang ada, saat ini saya justru dilanda kecemasan membayangkan jika apa yang saya minta itu benar-benar dikabulkan oleh Tuhan. Aneh bukan?

Salah satu hal yang saya doakan sungguh-sungguh sebulan lalu di resolusi tahun ini adalah mengenai keinginan saya untuk kembali melanjutkan pendidikan ke strata yang lebih tinggi. Tahun-tahun sebelumnya, saya tidak sempat mempunyai keinginan untuk melanjutkan kuliah lagi karena kesibukan saya di dunia bisnis yang baru saya tekuni sekitar 3 tahun belakangan. Berhubung bisnis saya sudah mulai settle dan tabungan saya cukup untuk melanjutkan kuliah lagi, barulah keinginan itu kembali dengan begitu kuat bulan Desember 2008 kemarin. Orang tua saya yang di tahun-tahun sebelumnya kurang setuju jika saya pergi lama dari rumah, tiba-tiba juga menyetujui rencana saya ini dan memberikan dukungannya.

Bukankah tidak wajar jika saya tidak bersukacita dengan surprise yang diberikan oleh Tuhan kepada saya kali ini?

Beberapa pernyataan seperti, "Jika aku kembali ke bangku kuliah nanti, berarti aku harus meninggalkan kenyamananku sebagai seorang 'bos' di kota ini", dan beberapa kekhawatiran lain tak urung membuat saya sedikit gentar juga. Saya termasuk orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Saya tidak takut pergi seorang diri ke kota asing dan memulai kehidupan yang sama sekali baru di sana. Hanya saja, yang membuat saya gamang kali ini adalah ketidak-relaan meninggalkan kursi kenyamanan sebagai seseorang yang biasa dihormati dan dilayani, kemudian menjadi 'bukan siapa-siapa' lagi di tempat kuliah yang baru nanti. Poin inilah yang membuat sukacita yang seharusnya timbul karena sebentar lagi saya bisa mewujudkan impian untuk melanjutkan pendidikan menjadi sirna sesaat.

Malam kemarin ketika saya bergumul serius dengan Tuhan mengenai kecemasan yang ada di hati saya ini, Ia kembali mengingatkan saya mengenai hal percaya kepada-Nya! Ia berbicara, "Coba cubit tanganmu. Gimana rasanya?"
Enjie: "Sakit Tuhan..."
Yesus: "Sekarang cubit Aku."
Enjie: "Mana bisa? Aku aja nggak bisa menyentuh Engkau?"
Yesus: "Nah itu, kamu masih menggunakan kekuatan jasmanimu untuk menyentuh-Ku, makanya kamu tidak bisa mencubit-Ku. Aku adalah Roh, tidak terbalut daging seperti kamu. Kamu hanya bisa menghubungi Aku dengan rohmu juga, bukan dengan ragamu itu. Jika kamu menggunakan fisikmu untuk memegang janji-janji-Ku, kamu tidak akan pernah tahu apa yang bisa Ku buat bagi masa depanmu. Tutup semua indra jasmanimu dan percayai Aku. Cukup itu yang harus kamu lakukan untuk segala sesuatu yang tidak bisa kamu jangkau dengan akal dan pikiran manusiamu."

Percaya is trusting without arguing! Kenyamanan duniawi sering kali menawan kita untuk menikmati anugerah yang sudah diberikan oleh-Nya dengan bebas. Jika saya jadi melanjutkan pendidikan saya ke luar kota nanti, sudah barang tentu saya akan kembali ke kehidupan ala mahasiswa saya dulu. Hidup sederhana di sebuah rent room, mengurus keperluan rumah tangga (makan - mencuci pakaian) sendirian, mungkin tanpa teman sebaya di bangku belajar, kembali menjadi orang asing di sebuah komunitas baru, harus berhemat mengenai pengeluaran uang sehari-hari, dan juga tidak bisa bermanja-manja seperti saat berada di lingkungan keluarga di rumah sendiri, tidak bisa juga asal memerintah orang seperti saya memerintah ini itu kepada para pegawai saya di tempat kerja. Saya harus rela menanggalkan jubah eksekutif muda saya sementara waktu dan kembali memakai jas almamater!

Rasanya lebih mudah ketika kita menapaki anak-anak tangga kesuksesan dari bawah ke atas daripada saat kita harus turun derajat dari keadaan nyaman ke keadaan kurang nyaman (meski tidak untuk selamanya). Saya tidak tahu apakah kehidupan saya disana nanti tetap bisa dinikmati dengan enjoy setelah banyak penyederhanaan pola hidup dari yang biasa serba lengkap ke kehidupan seadanya dan apakah saya masih available mengejar pelajaran-pelajaran yang sudah saya tinggalkan total sejak memutuskan keluar dari bidang keahlian saya waktu kuliah 3 tahun lalu dan memilih menekuni dunia bisnis sendiri itu.

Satu hal yang pasti, hanya Tuhan yang posisinya tidak akan pernah berubah dalam hidup saya. Saya boleh meninggalkan rumah, kota, dan tempat kerja yang saya kasihi beberapa waktu ke depan, tetapi Tuhan tidak akan pernah meninggalkan posisi-Nya di hati saya sampai kapanpun. Ia akan menyertai kemanapun kaki saya melangkah.

Yes, Lord...aku percaya penyertaan-Mu di setapak yang tak pernah ku tahu ujung itu! AKU PERCAYA!!

(Pujian 'Hatiku Percaya' - Edward Chen)
Saat ku tak melihat jalan-Mu
Saat ku tak mengerti rencana-Mu
Namun tetap ku pegang janji-Mu
Pengharapanku hanya pada-Mu

Hatiku percaya
Hatiku percaya
Hatiku percaya
S'lalu ku percaya

Lord I will trust in You
Lord I will trust in You
Lord I will trust in You
My heart will trust in You

Sunday, January 18, 2009

Beneran, Udah Siap Merit Nie?

Oleh : Angelina Kusuma

Seorang jemaat gereja mengungkapkan keresahannya kepada saya kemarin sore.

Ce Novi: "Njie, kamu bisa nggak nge-print di form surat baptis ini?"
Enjie: "Wah, susah ce kalo form-nya udah jadi. Mendingan diisi pake ketik manual aja. Soalnya kalo ngisinya pake komputer nggak bisa ngepasinnya. Emang mo buat lho ce?"
Ce Novi: "Ya buat ngurus izin nikah di gereja. Surat baptisku yang asli dimakan rayap. Tadi abis minta form baru dari gereja tapi disuruh ngetik sendiri baru nanti ditanda tangani Gembala sidang. Nek nggak penting buat ngurus pemberkatan nikahku bulan depan, ya nggak bakal deh aku mau repot-repot gini, Njie."
Enjie: "Wo...emang nikah di gereja harus pake surat baptis ta?"
Ce Novi: "Ya iyalah. Nggak ada surat baptis yo nggak boleh nikah di gereja. Baptisannya beda jenis aja juga nggak bisa kok."
Enjie: "Ooo...gitu..." (manggut-manggut sambil mikir, "Pantesan gw nggak merit-merit, abis surat baptisnya aja belum siap sie" hahaha)

Tepatnya tanggal 2 Januari 2005 lalu, saya menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan Yesus Kristus di kolam baptisan. Saat itu, saya sama sekali belum berfikir banyak tentang kegunaan surat baptis saya nantinya. Saya fikir, "Yang penting kan aku udah dibaptis dan Tuhan tahu imanku. Surat baptis cuma sekedar kertas tanda, urus belakangan aja deh." Lewat 4 tahun sejak saya keluar dari kolam baptisan itu, saya belum pernah sekalipun mengurus surat tanda baptis dari gereja yang bersangkutan. Padahal, saat ini saya sudah berada di kota lain yang jaraknya ribuan kilometer dari kota tempat saya dibaptis sebelumnya.

Saya tersipu-sipu setelah pembicaraan dengan ce Novi kemarin sore. Saya memang belum akan menikah dalam waktu dekat ini. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti saya akan melangsungkan pernikahan. Selama ini, saya bergumul agar Tuhan menyiapkan saya dengan matang menuju pernikahan jika memang Ia mengizinkannya terjadi. Tak hanya persiapan jasmani yang saya kejar, persiapan rohani agar menjadi wanita yang lebih baik dengan karakter seperti Kristus juga saya usahakan dengan antusias. Tetapi rupanya persiapan-persiapan yang sudah saya lakukan selama ini masih jauh dari pada sempurna. Surat baptis yang saya anggap hanya kertas sepele tetap memegang peranan penting untuk bisa melangsungkan pernikahan di gereja (hahaha, cupu de gw...).

Sebagai calon-calon mempelai Kristus, persiapan pribadi kita baik secara jasmani maupun rohani tidak boleh diabaikan. Karena Bapa kita adalah Maha Sempurna, karenanya kita juga harus mengejar kesempurnaan itu. Masa single adalah masa persiapan menuju ke pernikahan. Single seharusnya menjadi masa yang digunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang, termasuk para wanita. Meski seorang wanita single akan tetap single sampai usianya menjelang 30 tahun, itu bukanlah alasan untuk membuatnya panik dan melupakan persiapan-persiapan pernikahannya baik secara jasmani maupun rohani kemudian sibuk mengejar laki-laki untuk menikahinya.

Saya juga masih single sampai saat ini. Tetapi saya mencoba menyikapi keadaan yang saya hadapi ini dengan cara pandang yang lain dari pada cara pandang dunia. Saya mengejar kesempurnaan saya menjadi wanita dengan karakter Kristus setiap hari dan mempersiapkan diri menghadapi pernikahan saya nantinya. Tidak ada tindakan yang sia-sia jika kita melakukannya bersama Yesus. Dunia boleh tertawa dengan apa yang saya tulis disini, "Untuk apa menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan sedangkan calon pasangannya saja belum ada? Bukankah lebih baik segera mencari pria yang baik kemudian baru menyiapkan pernikahan secepatnya?"

Berburu pria bukanlah kemampuan saya :). Kapasitas wanita sebagai penolong pria, bukan pemimpin baginya. Makanya, saya tidak setuju dengan anjuran dunia yang menyuruh wanita-wanita single segera berburu pria-pria berpotensial begitu usia mereka sudah cukup dewasa untuk pernikahan. Saya lebih setuju dengan anjuran bahwa wanita-wanita single harus mengejar kekudusan pribadinya sebagai orang yang bergaul akrab dengan Tuhannya dan dipenuhi dengan sempurna didalam-Nya.

Ketika seorang pria belum datang padamu, berdoalah kepada Bapa agar Ia membawakan seorang pria yang baik untukmu. Ketika seorang pria datang padamu, berikan sambutan terbaik untuknya sambil terus berdoa agar Tuhan menunjukkan jalan dan rencana-Nya kepadamu dan pria itu, lalu tunggu sampai akhirnya urusan Tuhan dan pria itu selesai (Rut 3:18, Lalu kata mertuanya itu: "Duduk sajalah menanti (Rut/wanita : menanti), anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti (orang itu = Boas/pria : tidak akan berhenti/melakukan tindakan kepada wanitanya), sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga."). Duduk tenang dan beristirahatlah di dalam Tuhan. Tunggulah rencana-Nya dengan setia dan sabar. Pria berkarakter Kristus akan mengejar wanita-wanita dengan karakter yang sama pula. Jadilah putri-putri Raja yang layak bersanding dengan pangeran-pangeran Raja, bukan panik mengejar setiap orang yang melintas di depan mata.

Menunggu bukan berarti pasif tidak mengerjakan apapun juga. Menunggu hanya sebuah kiasan keadaan agar para wanita tidak panik dengan keadaannya dan memfokuskan pandangannya untuk merpersiapkan diri agar mampu menjalani tanggung jawab yang akan diberikan Tuhan nantinya dalam pernikahan dan keluarga. Gara-gara kejadian kemarin sore juga, tiba-tiba suara lembut Bapa kembali berbisik di telinga saya, "Kamu ngerti kan kenapa sampai saat ini Aku masih menyembunyikan pernikahan darimu? Karena kamu belum seutuhnya siap dengan sempurna."

Well, I know His reason now? Dia menuntut kesempurnaan pada pernikahan anak-anak kesayangan-Nya, anda dan saya. Putri Raja tidak akan diberikannya kepada penjaga pintu gerbang istana. Makanya, jangan memaksa Tuhan untuk segera memberikan pernikahan sementara kita sendiri belum siap menerima anugerah itu saat ini. Prepare yourself, hei women...the best is yet to come for all of you that never tired in waiting! (nj@coe).



Thursday, January 15, 2009

Yang Paling Berharga

Oleh : Angelina Kusuma

Langkah-langkah saya menuju toko swalayan seberang jalan, terhenti sesaat oleh pembicaraan dua orang anak kecil tetangga sebelah yang sedang bermain-main di pekarangan rumah salah seorang diantaranya. Mereka adalah Rafa dan seorang temannya (berhubung saya tidak mengenal nama temannya Rafa ini, sebut saja dia Toni). Kedua anak balita ini sedang sibuk bercakap-cakap. Entah apa yang menjadi topik menarik mereka sebelumnya, yang jelas ketika saya lewat di depan mereka, mereka sedang berbicara seputar mainan mereka. Di tangan Rafa terpegang sebuah mobil-mobilan mungil terbuat dari besi berwarna abu-abu dan di tangan Toni terpegang seutas tali yang menghubungkannya dengan sebuah mobil-mobilan kayu berbentuk truk besar berwarna merah.

Toni: "Mobil-mobilanku bagus kan? Lebih besal dali punyamu..."
Rafa: "Beli dimana?"
Toni: "Enggak tau, ini dibeliin cama papaku. Aku minta yang walnanya melah tlus sama papa dibeliin yang melah benelan...gedeeeee lagi. Kalo punyamu dikasih cama sapa?"
Rafa: "Ini dikacih cama om-ku dali Bandung kemalin."
Toni: "Kok mau cih dikacih yang kecil gitu?"
Rafa: "Ya bialin, yang penting kan aku punya mobil-mobilan..." (kelihatan si Rafa mulai kecewa dengan mobil-mobilannya yang lebih kecil dibandingkan milik Toni)
Toni: "Tak tukelin boleh enggak?" (ops, batin saya berteriak..."Jangan Rafa, itu mobil-mobilanmu made in factory terkenal. Lebih mahal harganya berlipat-lipat dari pada mobil-mobilan punya Toni")
Rafa: "Benelan?"
Toni: "Iyaaaa..."
Rafa: "Ya udah...nie..."

Oh my God...saya terbengong ketika melihat Rafa dengan entengnya menukar mobil-mobilan bagusnya itu dengan mobil-mobilan kayu milik Toni. Yah, namanya juga anak-anak. Mana tahu sie mereka soal harga, kualitas bahan, dan juga merk? Yang ada di pikiran mereka paling-paling cuma anggapan bahwa barang yang ukurannya lebih besar berarti lebih bagus dan bagaimana caranya agar teman-teman mereka tidak memandang mereka dengan 'kasihan'.

Setelah puas memperhatikan tingkah laku kedua anak balita yang membuat saya tertawa geli itu, saya kembali melangkahkan kaki ke arah tujuan saya semula. Sepanjang perjalanan saya berdecak kagum dengan pelajaran berharga yang telah saya dapatkan sore ini dari ulah Rafa dan Toni yang saya saksikan tadi. Ketidak-mengertian Rafa akan kualitas barang, telah membuatnya menukar mobil-mobilan besi yang berharga mahal dengan mobil-mobilan kayu yang jauh lebih murah milik Toni. Bukankah inti dari kisah kedua anak balita yang saya dapatkan sore ini juga seringkali kita alami dalam kehidupan orang-orang dewasa?

Hayo, ngaku...siapa yang pernah menyangkali Yesus di hadapan orang lain karena gengsi, takut dipermalukan, takut dibenci, takut dianiaya, takut dijauhi orang lain, dan sebagainya? Contoh sepele saja, ketika kita hendak pergi ke gereja di hari Minggu dan ada seorang tetangga yang menyapa kita, "Mau kemana mas/mbak?", apakah kita dengan tegas berkata, "Saya mau ke gereja..." atau kita lebih memilih untuk menjawab dengan sedikit 'melenceng', "Oh...saya ada keperluan sebentar di luar..."

Hahaha, nggak ada yang mau ngaku ya? Yeah, itulah saya dulu!!! ^o^ V.

Dulu, saya tidak suka terlihat sangat Kristen di tengah-tengah tetangga atau keluarga saya lainnya yang belum mengenal Kristus. Sering kali ketika saya hendak keluar rumah untuk mengikuti Ibadah Raya Pagi di gereja hari Minggu, saya lebih memilih berkata, "Mau keluar rumah sebentar", bukannya dengan tegas berkata, "Saya akan ke gereja". Saya sama seperti Rafa yang karena tidak ingin 'terlihat terlalu aneh' di mata orang lain, maka memilih untuk menggadaikan Tuhan Yesus saya sementara waktu! (itu dulu loh, sekarang udah tobat...benelan...suel...belani disambel ngledek deh :D).

Beberapa Minggu yang lalu, saya jengah membaca sebuah tulisan di forum Kristen online yang saya ikuti. Serasa tanpa dosa sedikitpun, si penulis yang adalah seorang wanita bercerita bahwa ia sedang menjalin hubungan dengan seorang pria dari agama seberang dan ingin segera melangsungkan pernikahannya. Dalam tulisan itu, ia bertanya, "Negara manakah yang bisa menikahkan dua orang dengan agama berbeda?"

Gubrakkk, gregetan rasanya ketika saya membaca pertanyaan seperti ini (nggak hanya sekali lho saya mendapat pernyataan seperti ini, tetapi sudah berkali-kali dan banyak yang berasal dari orang-orang Kristen dengan latar belakang keluarga Kristen juga). Yang benar aja nek, Yesus ditukar dengan predikat istri bo'! Ckckck...

Saya terlahir bukan dari keluarga dengan Papi dan Mami yang murni Kristen taat. Proses perjumpaan saya dengan Yesus, perlu waktu yang sangat panjang dan bayar harga yang mahal. Sampai sekarang, saya masih tetap berteriak ke Surga setiap hari agar seluruh keluarga saya diselamatkan oleh Darah Yesus sama seperti Dia sudah menyelamatkan saya. Yesus menebus seluruh dunia dengan kematian-Nya sendiri di atas kayu salib. Saya yang tidak ditempa teladan Kristen taat sejak kecil aja bisa sadar pada akhirnya (kasih karunia) bahwa Yesus jauh lebih berharga dari diri saya sendiri. Lha ini...ada manusia yang dianugerahi seluruh keluarga Kristen (mungkin Kristen KTP kali ya), kok bisa-bisanya bermain-main dengan keselamatannya sendiri hanya demi pernikahan! Ah, sungguh kasihan dia...Dia hendak menjual Kerajaan Surga dengan segala kemewahannya demi seonggok daging yang sebentar juga pasti lenyap bersama rumah masa depan di 2 m x 1 m (tau kan maksutnya? itu loh, kuburan hehehe).

Seandainya Rafa besar nanti, ia pasti menyesal karena telah menukarkan mobil-mobilan dari besinya yang mahal itu dengan mobil-mobilan kayu milik Toni. Yesus jauh lebih berharga dari apapun juga. Ia adalah Dokter diatas segala dokter, Ia adalah Guru diatas segala guru, Ia adalah Sabahat diatas segala sahabat, Ia adalah Raja diatas segala raja, dan hanya Dia yang bisa memberikan jalan hidup dan kebenaran kekal. Jika kita tahu berapa 'harga' Yesus, kita pasti tidak akan pernah menukarnya dengan apapun juga karena Yesus memang tidak bisa ditandingi nilainya dengan apapun juga yang ada di seluruh dunia ini!

Kenali Yesusmu dengan baik! Jangan hanya sebatas kulit! Dia adalah inti dari kehidupan ini. Ketika kita menemukan Inti itu dengan benar, maka kita tidak perlu mencari kebahagiaan lain dengan cara bodoh. Kebahagiaan kita hanya ada pada Yesus, bukan sesuatu atau pribadi yang lain.

Yohanes 14:6, Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Wednesday, January 14, 2009

Introvert vs Extrovert

Oleh : Angelina Kusuma

"A writer is mean an introvert person?"

Hah, siapa bilang? Itu yang akan saya teriakkan untuk orang-orang yang beranggapan bahwa seorang penulis atau writer haruslah dari golongan orang-orang yang mempunyai karakter introvert alias si pendiam yang romantis, penuh wibawa ketenangan. Beuh, saya jauh dari pada karakter si manis yang pendiam ituh tuh! Saya adalah si ramai yang mempesona (hahaha, berlebihannnnnn :D). Tetapi, saya penulis juga loh...penulis di blog maksutnya hehehe.

Banyak orang yang tidak percaya bahwa saya bisa menulis. Bahkan ada orang yang terang-terang berkata seperti ini, "Anak model seperti itu bisa nulis? Emang otaknya encer ya?"

Waks!!! Busyet dah...

Yah, tidak perlu disalahkan. Pepatah kuno ada yang mengatakan demikian, "Tong kosong, nyaring bunyinya." Katanya nie, orang-orang yang banyak bicara seperti saya, it's mean, otaknya agak kurang berjalan dengan sempurna juga. Ehm, sebetulnya ada benarnya isi pepatah itu, meski tidak 100% seutuhnya benar. Banyak orang menutupi kekurangannya dalam berfikir dengan jalan mengeluarkan banyak kata-kata dari mulutnya. Tetapi saya (dan orang-orang seperti saya tentunya) berbeda! Saya tidak akan banyak bicara jika saya tidak tahu. Saya tidak akan mengeluarkan sepatah katapun jika saya tidak berada di lingkungan yang saya kuasai. Makanya, selama ini setiap hari saya selalu menantang diri saya untuk banyak belajar, banyak menggali potensi diri, dan banyak bertanya agar saya bisa 'banyak berkata-kata' nantinya hehehe. Jadi, meski saya 'nyaring bunyinya', saya ingin membuktikan juga bahwa 'isi' saya penuh! wkwkwk.

Karakter dasar yang kita miliki, tidak berpengaruh banyak dalam penentuan kualitas kehidupan kita. Kehidupan kita ditentukan oleh pilihan, bukan karakter. Entah itu kita introvert atau extrovert; sanguinis, koleris, melankolis, atau plegmatis, itu tidak lantas menentukan bahwa kita pasti available di bidang tertentu dan kemudian not available di bidang lain. Kita bisa kok available di segala bidang jika kita mau...

Misal, saya adalah orang bertipe extrovert, sanguinis murni (pasang muka senyum mode on ^_^), artinya saya pasti bisa mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan banyak orang dan bersosialisasi tetapi bukan seorang yang baik ketika dibiarkan sendirian dan menghadapi hal-hal yang membutuhkan ketelitian tinggi? Ah, hukum itu tidak berlaku di dunia saya! Buktinya saya tetap bisa comfort baik bekerja sendirian ataupun dalam tim dan saya juga mempunyai kemampuan menulis dan ketelitian yang cukup diatas rata-rata kebanyakan orang sanguinis yang katanya selebor dan tidak bisa rapi itu!

Nah loe...ada yang salah? Iya, yang salah persepsi umum dunianya itu hehehe.

Apapun yang ada di dunia ini bisa dipelajari, tidak ada nilai mutlaknya. Saya memahami kekurangan diri saya dan berusaha meminimalisnya agar kelemahan-kelemahan saya itu tidak mengganggu kehidupan saya dan orang lain. Saya tahu, saya itu cerewet, makanya saya belajar mengerem diri agar kata-kata yang keluar dari mulut saya berisi berkat, bukan kutuk. Saya tahu, saya bukanlah seorang pengingat detail yang baik, makanya saya mempunyai catatan-catatan 'dosa-dosa kelupaan' saya dan catatan mengenai janji-janji yang harus saya tepati dengan baik (kalo rekor 'dosa lupa' saya sudah tinggi, biasanya saya mengambil waktu untuk diam dan introspeksi diri beberapa saat). Saya tahu, saya itu cenderung moody, makanya saya belajar mendisiplinkan diri sendiri dengan jadwal harian yang saya buat setiap hari sejak SMP hingga sekarang. Sahabat-sahabat kuliah saya dulu sering tertawa melihat isi buku 'loose leaf' saya  bagian depan yang ada jadwal kegiatan harian saya...jam 4.30 WIB, waktunya bangun tidur; jam 4.30-5.00 WIB waktunya sate; jam 5.00-6.00 WIB, waktunya bersih-bersih kamar + cuci baju + mandi; jam 6.00-6.30 WIB waktunya cari makan; jam 6.30 WIB, waktunya berangkat kuliah; dll...Hahaha, jadwal harian yang saya buat per jam itu adalah salah satu cara saya untuk belajar disiplin lho. Kelihatannya norak, tetapi itu berhasil membentuk saya yang selebor ini menjadi agak disiplin huehehe.

Menjadi orang yang sabar tak perlu harus mempunyai karakter introvert lebih dulu. Sabar bisa dibangun jika kita mau tunduk kepada Pencipta kita dan bergaul akrab dengan-Nya, Sang Maha Penyabar. Menjadi orang yang mudah bergaul dengan orang lain tak perlu harus mempunyai karakter extrovert juga. Mudah bergaul adalah seni bagaimana kita membuka diri sebagai pemberi dan penolong sahabat-sahabat kita lebih dulu, bukan hanya menunggu dihampiri uluran persahabatan dari orang lain. Kesalahan, jika ada orang beranggapan bahwa hidupnya kurang baik karena ia terlahir dengan karakter A, B, C, atau D.

Ada beberapa orang yang pernah berkata kepada saya seperti ini:
"Aku kan nggak bisa bergaul sama banyak orang. Aku orangnya introvert, jadi jangan suruh aku memulai pembicaraan dengan orang asing."
"Jangan aku ah, yang di depan. Aku introvert...cari bidang kerja yang di belakang layar aja deh..."

Ah! Mau amat jadi orang yang terbatas oleh kekurangan ya?

Saya mempunyai banyak hal yang berbanding terbalik di kehidupan saya. Saya tidak pernah menuntut ilmu secara resmi soal komputer. Tapi nyatanya, saya bisa meng-handle beberapa kerusakan komputer yang terjadi di tempat kerja saya tanpa mendatangkan tukang reparasi komputer. Saya bukan lulusan sastra, tapi sahabat-sahabat saya yang kuliah di sastra berkata bahwa beberapa tulisan saya hampir sebanding dengan mereka yang jebolan sastra asli. Saya bisa bukan karena sejak awal saya terlahir demikian. Saya bisa karena...ya, belajar dong...

Saya tidak pernah mau dibatasi oleh tembok keterbatasan. Itulah kenapa saya justru menantang segala hal menarik yang perlu dipelajari di dunia ini dengan antusias. Tidak perlu banyak berdalih atau was-was jika saya tidak bisa menghasilkan yang terbaik. Yang penting dicoba dulu, mengenai hasilnya baik atau kurang baik, itu terserah Tuhan nanti.

Saat saya SMU, ibu saya juga pernah meragukan kemampuan menulis saya. Saat cerpen pertama saya dimuat di sebuah majalah, Beliau tidak percaya bahwa itu adalah hasil karya anaknya ini (^o^). Sampai-sampai saya harus menyakinkannya beberapa kali.

Enjie: "Beneran lho Mi, itu cerpen buatanku. Keren kan?"
Mami Enjie: "Moso sie..."
Enjie: "Kok nggak percaya sie. Tunggu deh, ntar kalo wesel pos honor-nya nyampek...tak buktiin kalo itu tulisanku..."

Wah, ternyata pendapat orang-orang mengenai saya benar-benar belum berubah hingga kini! (hiks hiks) Mami saya pun, dulu juga tidak percaya jika tulisan saya cukup layak dimuat di sebuah majalah. Makanya saya tak heran jika sampai sekarang masih ada beberapa orang yang juga meragukan kemampuan menulis saya hahaha. Mungkin, penampilan luar saya yang terkesan jauh dari elegan dan megah ini membuat orang-orang segan berfikir bahwa saya mempunyai kualitas besar dalam satu tubuh wkwkwk.

Saya hanya segelintir orang yang ingin membuktikan diri bahwa kita bisa menerobos keluar jalur jika kita punya nyali untuk melakukannya. Tidak ada karakter yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Karakter extrovert tidak lebih baik dari pada introvert (begitu juga sebaliknya). Antara sanguinis, koleris, melankolis, dan plegmatis juga tidak ada bedanya. Semua mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bisa kita kendalikan jika kita mau melakukannya. Kenali diri sendiri setiap hari dan mulai mengeliminasi satu per satu hal-hal yang kurang baik dari sifat-sifat asli kita. Perubahan akan terjadi ketika kita bertindak, bukan berpangku tangan sambil bengong...Hit the wall! (nj@coe).



Tuesday, January 13, 2009

Orang yang Disertai Tuhan

Oleh: Angelina Kusuma

Peng: "Njie, loe dapet link itu dari mana?"
Enjie: "Dari Google."
Peng: "Kok bisa nemu? Gw nyari udah lama, rasanya udah gw ubek-ubek tuh Google sampek butek, tapi nggak nemu-nemu juga kemarin."
Enjie: "Gw orang yang disertai Tuhan Peng, loe kagak...wkwkwk."

Sering kali akan terjadi hal demikian, ketika kita mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh tetapi hasilnya nihil. Sebaliknya, orang lain yang mungkin tidak terlalu terlihat antusias mengejar apa yang kita impi-impikan tersebut tiba-tiba mendapatkannya dengan mudah.

Pernah mengalami kejadian seperti ini? Yeah, sahabat saya mengalaminya kemarin malam. Ia sudah menghabiskan waktu berhari-hari untuk searching satu item di internet, yang ternyata bisa saya dapatkan hanya dalam beberapa menit saja melotot di depan PC. Jika dibandingkan dengan dia, sebenarnya saya belum terlalu familiar di dunia internet. Life time sahabat saya itu jauh lebih lama dari pada saya di dunia maya. Nyatanya, saya bisa lebih cepat dibandingkan dengan dia menemukan apa yang dicarinya berhari-hari sebelumnya itu.

Beberapa hari ini, renungan harian saya sedang mengupas kisah tentang Yusuf (Kejadian 37-50). Yusuf disertai TUHAN, maka segala pekerjaannya berhasil. Saya membaca kalimat "Yusuf disertai TUHAN" ini beberapa kali di ayat-ayat Kejadian 39:3, 5, 21, 23; dan Kejadian 41:38-39.

Satu kalimat itu merupakan kalimat yang ajaib bagi saya. Karena embel-embel 'disertai TUHAN', Yusuf bisa menjelma menjadi seseorang yang selalu berhasil dalam segala hal yang dikerjakannya. Wow!

Apa sie yang membuat Yusuf disertai TUHAN?

Let's roll back the scene...

Seorang pemuda dengan mimpi besar dan jubah indah pemberian ayahnya berjalan di ladang. Muncul saudara-saudaranya yang iri kepadanya kemudian...hap...si pemuda ditangkap, dimasukkan ke sumur, kemudian dijual sebagai budak ke Mesir. Di Mesir ia menjadi tangan kanan Potifar karena ia disertai TUHAN. Sepertinya cerita akan segera selesai dengan happy ending, tapi tiba-tiba...muncullah wanita cantik menggoda si pemuda tersebut...

***Cut!! Camera roll off...

Aha, ini bagian paling penting dari rangkaian cerita Yusuf. Bukan adegan tante Potifar yang dengan genit merayu Yusuf untuk tidur dengannya yang menarik, tapi bagaimana Yusuf menyikapinya...

***Lanjutin scene-nya ah...Camera action! (cih, sekali-kalinya terkabul jadi sutradara di blog doang neh wkwkwk).

Si pemuda menolak ajakan istri tuannya yang mengajaknya berbuat zinah. Ia sampai meninggalkan bajunya yang dipegangi si wanita itu kemudian lariiiiiiiii...

***Cut!! Camera roll off lagi...

Apa dan siapa yang menjadi 'tante Potifar' di hidup kita? 'Tante Potifar' ini saya ibaratkan sebagai segala sesuatu yang sering mengganggu atau menggodai kita untuk lepas dari jalurnya Tuhan. Bukan saja godaan dari pria atau wanita dalam hal berzinah, tetapi pekerjaan kita, kesibukan kita, pergaulan kita, kebiasaan-kebiasaan buruk kita, study kita...juga bisa menjadi 'tante-tante Potifar' yang membuat kita tidak seperti Yusuf yang disertai TUHAN.

Minggu-minggu awal di bulan Januari 2009 ini, saya juga dikejutkan oleh banyak pekerjaan baru yang harus saya selesaikan dengan segera. Ada seorang rekanan yang menawari saya ladang usaha baru di luar kota dan beberapa item pekerjaan yang harus saya handle seorang diri setiap hari (karena belum bisa dipercayakan kepada orang lain). Seorang sahabat sampai mengingatkan saya karena jadwal kerja harian yang padat mengharuskan saya berada di luar rumah terus seminggu penuh, no holiday. Kata sahabat saya, "Jangan lupa bersenang-senang ya, Njie."

Bersenang-senang! Wah, bagian itu sering kali kita lepaskan ketika kita sedang konsentrasi penuh terhadap sesuatu. Sebagai tangan kanan Potifar, Yusuf juga pasti sibuk bekerja mengurus keperluan tuannya. Tapi Yusuf tidak terbutakan oleh kesibukannya itu. Ketika tawaran untuk 'bersenang-senang' datang kepadanya, ia masih sempat berfikir dengan bijak. Ia mengambil tindakan melarikan diri dari ajakan 'bersenang-senang' yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhannya (godaan tante Potifar). Sikapnya, radikal bo'!

Apakah kita masih bisa seperti Yusuf saat dalam keadaan kurang bersenang-senang dan tengah disibukkan oleh sesuatu? Cinta akan uang bisa menjadi 'tante Potifar' bagi kita. Cinta akan diri sendiri yang mengarah kepada mengasihani diri, juga merupakan 'tante Potifar' yang hanya akan membuat kita berfikir untuk kita, kita, dan kita saja (egois euy...). Godaan yang berakar dari mata dan telinga jasmani kita, bisa merampas jam-jam khusus yang seharusnya untuk ber-fellowship dengan Tuhan.

Saya bersyukur saat sibuk di awal-awal tahun 2009 ini, saya mendapatkan tokoh Yusuf sebagai renungan harian dalam saat teduh saya. Yusuf mengingatkan saya bahwa untuk menyandang predikat sebagai orang yang 'disertai TUHAN' haruslah tahu bagaimana berlari mengindar ketika kesenangan semu itu datang menggoda. Movitasi Yusuf yang dijaganya tetap benar di hadapan Tuhan, membuat kisahnya berakhir happy meski ia harus membayarnya dengan harga yang mahal di awal.

Karena kecewa si pemuda menolak dirinya, tante Potifar membuat cerita palsu mengenai dirinya hingga ia dijebloskan ke penjara. Di dalam penjara, si pemuda menjadi kepercayaan kepala penjara kemudian karena ia disertai TUHAN...lagi-lagi...nasif membawanya ke istana Firaun untuk mengartikan mimpinya. Hasilnya, si pemuda itu akhirnya menjadi tangan kanan Firaun, orang kepercayaan yang mempunyai kedudukan tertinggi setelah Firaun di Mesir dan berhasil menyelamatkan bangsanya beserta seluruh keluarganya dari bencana kelaparan. Sampai ia meninggal, ia hidup damai di Mesir

***The end!!

Embel-embel gelar 'disertai TUHAN' yang menempel pada Yusuf tidak datang dengan otomatis. Gelar itu ada karena ia memutuskan untuk tetap takut akan Tuhannya melebihi pekerjaan dan kesenangan-kesenangan pribadinya. Jika Yusuf mampu lari dari tante Potifar, seharusnya kita juga bisa melepaskan diri dari 'tante-tante Potifar' yang mengelilingi kita. Jangan biarkan pikiran kita menikmati kesenangan semu di tengah-tengah kesibukan kita dan mencuri kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan. Bagian kita dan bagian Tuhan harus tetap seimbang kualitasnya setiap hari!

Sibuk boleh, tapi jangan lupain Tuhan...
Belajar terus boleh, tapi jangan mundur dari pelayanan di ladang Tuhan dong...
Pacaran boleh, tapi Tuhan tetep nomor satu...
Main-main boleh, tapi jangan keasyikan sampai lupa daratan...

Kerja mulu boleh, tapi jangan lupa bagi-bagi duitnya sama aku yah...^o^ V


Yeah...Jieayo...Jieayo...Jieayo...(maaf, bukan sengaja memlesetkan bahasa China dari Ciayo, tapi Jieayo adalah kependekan dari "Jie, ayo kerja lagi!"***halah, garing...^_^)

Sunday, January 04, 2009

To Be Radical In Waiting

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa orang menggeleng-gelengkan kepala atas beberapa hal yang sedang saya lakukan dan ingin saya lakukan dalam waktu dekat ini. Ada yang berkata, "You're radical", ada yang berkata, "Are you serious? How old are you now? It's time to think about yourself (marriage), not playing anymore", dan ada juga yang berkata, "Are you run from something (relationships or marriage compulsion)?"

Wow, ternyata harapan seorang wanita single berusia 27 tahun untuk mengejar mimpinya melanjutkan study, mengembangkan pelayanannya bagi para youth ke luar kota tempat tinggalnya, dan melakukan rencana traveling ke berbagai kota dan belahan dunia lainnya, harus menghadapi tembok tebal dari tuntutan pernikahan sesuai dengan tradisi dunia pada umumnya.

Saya tidak pernah menampik keinginan untuk mengikuti tradisi dunia tersebut dalam waktu yang sesegera mungkin (seandainya bisa). Tetapi jika memang belum tiba masa saya untuk menerima anugerah itu, apakah saya lantas harus menyibukkan diri mencari dan menjerat para pria yang kemudian harus dinikahi oleh salah satunya secepatnya?

Oh tidak! Saya bukanlah tipe wanita yang seperti itu. Saya memandang usia saya yang sekarangpun tetap berharga untuk dilewati seperti saat usia saya 5 atau 10 tahun yang lalu. Tidak pernah ada kata terlambat untuk mengejar gelar sarjana, doktor, profesor meski saya sudah menginjak 27 tahun. I still feel young :D. Saya tidak ingin memikirkan pernikahan dengan begitu rumit sehingga membuat saya terhambat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan di hidup saya karenanya.

Melanjutkan study, mengembangkan pelayanannya bagi para youth ke luar kota tempat tinggal, dan melakukan rencana traveling ke berbagai kota dan belahan dunia lainnya mungkin terdengar sedikit radikal atau nyleneh bagi beberapa orang yang berorientasi kepada anggapan bahwa di usia 27 tahun bagi seorang wanita seharusnya sudah bersuami dan menggendong anak pertama atau bahkan anak keduanya.

Seorang bapak yang saya anggap lebih senior rohaninya di gereja lokal saya, juga menanggapi status single saya ini dengan dahi sedikit berkerut. Beliau dengan segera menyebutkan beberapa nama orang pria berpotensial yang ingin dikenalkannya kepada saya di bulan ini juga. Hahaha, sepertinya anggapan dunia normal mengenai seorang wanita single di usia 27 tahun benar-benar sebuah 'pantangan' yang layak dihindari :).

Keadaan single saya bukanlah dengan sengaja saya rencanakan. Wanita mana sie yang tidak ingin segera melenggang ke pelaminan dengan seorang pangeran mempesona yang dikasihinya? Bukan saja wanita-wanita di luar sana yang ingin, saya juga ingin segera mewujudkan hal itu jika memungkinkan hehehe. Tetapi kenyataannya jalan hidup saya berkata lain. Tuhan masih menyimpan saya sebagai salah satu kandidat high quality single-Nya yang akan terus diperbarui oleh-Nya untuk seorang pria terbaik-Nya di luar sana (ciee, it's sound so romantic rite? :D).

Saya tidak ingin membuang-buang waktu berharga saya demi impian pernikahan saja. Saya hidup dengan tujuan yang jauh lebih berharga daripada sekedar dinikahi oleh seorang pria yang banyak diimpi-impikan oleh para wanita lain. Pernikahan saya nantinya adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada saya, bukan atas rencana saya sendiri.

Saya menjalani kehidupan saya dengan sukacita tanpa kekurangan suatu apapun juga sekarang, meski saya masih berstatus single. Anggapan bahwa status single itu tidak utuh atau kurang lengkap hanyalah omong kosong yang digunakan iblis untuk menipu dunia ini. Saya juga tidak sibuk merencanakan kencan-kencan romantis dengan pria-pria yang berpotensial dalam kehidupan saya. Saya memilih duduk diam di bawah kaki Bapa yang tahu akan segala jalan hidup dan kebutuhan saya sambil mempersiapkan diri menjadi seorang calon istri dan calon ibu yang terbaik nantinya.

Banyak orang memberi saya pendapat, "Kalo tidak berusaha kapan dapetnya dong?" Yeah, saya setuju dengan pendapat tersebut. Tetapi bentuk usahanya seperti apa yang menurut dunia benar dan yang diperkenan oleh Tuhan? Sibuk mencari teman berkencan, sibuk berkenalan dengan pria-pria di sekeliling, sibuk menghadiri pertemuan-pertemuan atau pesta-pesta tempat pria-pria bersinar ada, sibuk membaca peluang pedekate ke pria, atau sibuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik dan menikmati hidup? Toh, saya juga tidak menutup pintu hati saya rapat-rapat untuk berkenalan dengan pria model apapun di dunia ini dan saya juga tidak lantas ingin mengikuti jejak Rasul Paulus sampai ajal menjemput nanti :D. I'm a normal woman. I still wanna be a wife and mother someday. I just don't want 'busy'...

Jalan yang saya pilih adalah menyiapkan diri menjadi wanita berkarakter seperti Kristus sambil membuka diri untuk semua jenis persahabatan. Ini adalah usaha saya menanti calon pasangan hidup yang benar. Dunia boleh beranggapan bahwa saya kurang giat berusaha mencari calon pasangan hidup atau pasif (makanya saya tidak segera dipinang pria hihihi), tetapi Bapa saya yang namanya disebut Yesus Kristus, tahu apa yang saya lakukan ini benar di jalan-Nya.

Saya memperkenankan Dia mengambil alih rencana pernikahan saya dan memberi-Nya kuasa untuk merencanakan pertemuan tak terduga saya dengan pria yang nantinya akan menikahi saya. Itulah kenapa saya tidak perlu sibuk merencanakan kencan romantis saya dengan pria manapun hahaha. Yesus saja sudah cukup untuk meng-handle kegiatan yang satu itu untuk saya!

Saya tidak akan mengikuti arus dunia sekeliling. Saya tidak akan pernah desperate dengan status single saya sampai kapanpun. I'm proud to be a single in Christ. Saya menikmati saat-saat dimana saya berjalan berduaan dengan Tuhan tanpa ada seorangpun yang mengganggu fellowship kami :). Saya menikmati saat-saat dimana Ia memeluk saya dalam kesendirian dan memenuhi saya dengan kasih-Nya yang sempurna. Ada atau tiadanya pasangan hidup di sisi saya, tidak pernah membuat saya merasa kurang berbahagia. Saya selalu bahagia! Dan meski nantinya saya kembali kepada kekekalan dengan status tetap single, saya akan berkata kepada Bapa saya, "I'm always happy because YOU!"

Orang lain boleh menyayangkan keputusan saya meninggalkan zona kenyamanan ini, tidak memilih memikirkan keperluan saya untuk bertemu dengan pria-pria yang sudah siap dikenalkan kepada saya dan menikah. Saya lebih memilih untuk menikmati hidup saya dan melayani Dia dengan sungguh-sungguh karena saya tahu iman percaya saya kepada Batu Penjuru Terpilih itu tidak akan membuat saya dipermalukan :).

Tuhan Yesus menjagai hati saya dalam masa penantian. Di tangan-Nya terletak kuncinya, dan hanya orang yang dipilih-Nya yang bisa masuk ke dalam hidup saya. Yes, let's me to be a radical woman in waiting (nj@coe).



Saturday, January 03, 2009

Being 'Crazy'!

Oleh : Angelina Kusuma

Seberapa sering anda 'digila-gilai' oleh orang lain?

Huhuhu, tak perlu menjadi artis terkenal atau selebritis tingkat yahud, untuk membuat saya 'digilai-gilai' oleh mereka (orang lain, red :D).

Mau bukti?

Contohnya kemarin, seorang sahabat saya berkata, "Enjie, selamat tahun baru 2009 ya. Semoga tahun ini loe tambah 'goookkiillllllllllll'!" ^_^

Beberapa waktu sebelumnya, seorang sahabat yang ada di list blog saya juga menyampaikan isi hati terdalamnya kepada saya, "Gue penasaran pengen ketemu sama loe. Dibaca dari tulisan-tulisan 'nyleneh' loe, kayaknya loe orangnya 'gokil' abis..." Wkwkwk, padahal saya aslinya 'pendiem' loh...sumpah...suer...nggak usah pake disamber gledek dah...(kalo lagi tidur tapinya hihihi :D).

Tuh kan, sudah banyak bukti yang menyatakan dan memperkuat dugaan bahwa ternyata saya 'digila-gilai' oleh banyak orang (huehehe, orangnya 'gila' beneran kalo ini mah :D).

Eniwei...baitewei...baswei...(nggak afdol kalo nggak dipanjangin biar saingan sama kereta api :D) tak jarang juga ada sahabat-sahabat saya yang iri (ih, sok de gue) dengan hidup saya. Katanya, "Jadi loe kayaknya enak ya? Nggak pernah sedih. Kemana-mana ketawa-ketiwi...happy-happy...nothing to loose...Hidup kayaknya ringan-ringan aja buat loe."

Eits...!!!

Wah, bangga juga rasanya menjadi obyek yang diminati banyak orang :p. Saat senyum menjadi sangat mahal, orang-orang seperti saya bisa cepat menanjak populer dengan sendirinya hehehe (lihat aja reputasi Aming, Jeng Kelin, Tukul, Olga,...orang-orang 'gila' lebih gampang terkenal loh sekarang :D).

Tetapi...benarkah hidup orang-orang yang nampak 'berbahagia' seperti saya ini benar mudah adanya? Apakah saya dan orang-orang seperti saya adalah orang-orang yang memang terlahir ke dunia dengan sejuta kebahagiaan tanpa kesedihan sedikitpun?

Coba saja orang yang berkata bahwa hidup saya itu nampaknya enak, menggantikan posisi saya dalam tubuh ini dan dunia saya beberapa saat saja. Mungkin, hanya hitungan detik orang itu bisa berteriak, "Aku nggak mau jadi Enjie!"

Sebaliknya, saya pribadi belum tentu akan sanggup menjadi orang lain juga. Saya pasti tidak akan bisa menanggung beban hidup si A, si B, si C, dan seterusnya.

Setiap manusia, diciptakan unik dan satu-satunya. Jalan hidup saya dan hidup anda berbeda. Tidak ada yang lebih istimewa atau lebih mudah dari yang lainnya. Semuanya sama, semuanya mempunyai kemudahan dan kesulitan masing-masing yang dirancang khusus untuk 'bisa' kita lewati.

Anda boleh iri dengan kehidupan orang lain yang terlihat 'enak dan mudah' bagi anda. Tetapi bagaimanapun juga yang terlihat 'enak dan mudah' itupun pasti mempunyai kekurangan di sana-sini yang mungkin tidak bisa anda lihat dengan mata jasmani.

Hidup bahagia dalam setiap keadaan merupakan keputusan dan tanggung jawab pribadi yang bersangkutan. Dulu saya juga pernah iri dengan kehidupan sahabat-sahabat saya yang lebih kaya, yang lebih pandai, yang lebih cantik, yang mempunyai hubungan-hubungan istimewa yang tidak pernah saya miliki selama ini. Hidup dalam kedengkian atas keberhasilan orang lain, tidak membuat saya menjadi dirinya. Justru membuat hidup saya semakin berantakan dan tak nyaman. Tetapi ketika saya memutuskan untuk mencintai hidup saya dengan segala keadaannya, saya mendapati diri saya jauh di atas kehidupan orang-orang yang sebelumnya pernah terlintas dalam pikiran saya untuk memiliki hidupnya itu.

Dunia ini tidak sempurna. Seenak-enaknya kehidupan seseorang (yang terlihat mata), ia pasti pernah merasai beban hidup yang memaksanya mengangkat tangan menyerah atau menangis pedih. Kesalahan, jika kita mengingini jalan hidup orang lain dan ingin memiliki apa yang tidak kita dapati di hidup kita dari hidupnya.

Ketika rumput tetangga saya mulai terlihat menghijau di mata, dengan segera saya menghardiknya dengan satu kalimat, "I'm made by God, for God, and I'm so precious for HIM, whatever I'm now." Tidak ada alasan buat kita untuk tidak bersyukur atas hidup kita. Tuhan memberikan cobaan yang tidak akan pernah melebihi kekuatan kita. Yang kita perlukan hanyalah 'menghidupi' hidup itu sendiri dengan sukacita.

I love my job. I love my family. I love my friends. I love my home. I love my country. I love my study. I love my soul. I love my talents. I love my spirit...

I love my life!

I feel comfort in my living because it is not always bring happiness. But, I love the whole my world. I love any trouble in my time too. I love the sadness that He give to me, I love my disaster life, I love my broken heart, I love my loneliness, I love my bad news...No reason to refuse rejoice in my life although I keep into darkness.

I decide to love my life! To live my living. Drive my life just for one thing, 'Draw a smile in my face' whatever was happened and will happen.

How about you? Are you still jealous to another living?

Being 'crazy'! (nj@coe).

Thursday, January 01, 2009

Bila Aku Jatuh Cinta...

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa minggu ini saya sibuk, sampai tak ada waktu lagi buat nge-blog hehehe...

Alasannya sederhana...karena saya...sedang ja-tuh cin-ta ^_^

Cinta memang bisa merubah segalanya. Yang kurang baik bisa menjadi baik, yang kurang istimewa bisa menjadi sangat istimewa, yang minus bisa menjadi plus, atau juga sebaliknya. Bicara soal cinta, tak akan pernah ada habisnya. Sejak lahir sampai kepada kematian manusia dan kesudahan dunia ini, cinta tidak akan musnah.

Kasus jatuh cinta saya kali ini juga merubah sedikit dari dunia saya. Kebiasaan saya yang sanggup menyimpan berjam-jam hanya untuk menulis journal blog, kali ini sedikit berkurang karena saya sedang jatuh cinta. Saya yang biasanya kurang rajin bangun pagi-pagi (ops, buka rahasia hehehe ***blushing), beberapa minggu ini mendadak juga rajin terjaga di pagi hari. Ya, kasus jatuh cinta saya ini membuat saya sibuk memperhatikan satu hal yang saya 'jatuh cintai' itu hahaha.

Beberapa bulan yang lalu, seorang adik rohani saya juga bercerita bahwa ia sedang jatuh cinta. Katanya, "Kak, aku jadian sama si itu..."

Duh, senangnya ketika mendengar kabar seperti itu terlontar dari mulutnya (eh, dari jari kali ya...kan dikasih taunya lewat chatting online hihihi). Sebagai seorang kakak rohani yang sering dicurhati tentang pergumulan si adik-adik rohani saat mereka sedang melakukan 'pedekate' kepada sahabat lawan jenisnya, tentunya anda juga akan merasakan sukacita seperti yang saya rasakan ketika akhirnya adik-adik anda itu menuju relationships yang sehat sesuai dengan Firman Tuhan dan menjalin komitmen yang benar dengan lawan jenis yang di-pedekate-innya.

Belum genap sebulan adik rohani saya itu bercerita mengenai proses jadiannya dengan seorang pria yang baik, eh...minggu lalu dia kembali laporan, "Kak, aku suebel. Masa dia tuh sibuk terus sama kerjaannya, nggak ada waktu buat aku..."

Wawawa, sebagai seseorang yang juga sedang merasakan jatuh cinta, saya mengerti perasaan si adik ini. Ketika kita jatuh cinta, rasanya dunia milik berdua (yang lain ngontrak hehehe). Maunya berduaan terus. Ketemu terus. Tiada kata berpisah (halah, kok jadi sok sinetron sie). Romantisme diri kita dengan orang yang kita cintai membuat kita enggan beranjak dari sisinya meski hanya satu menit atau satu centimeter.

Dalam sebuah hubungan, kita harus memahami betul siapakah gerangan orang yang sedang menjalin hubungan dengan kita. Tak hanya melihatnya dari sisi-sisi kelebihannya saja, tetapi juga sisi-sisi kekurangannya. Setiap pribadi ataupun obyek yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna. Ketika kita memahami hal ini, seharusnya kita bisa lebih bijak ketika menghadapi perbedaan atau kelemahan dari orang-orang yang bersinggungan dengan kita. Kita tidak bisa dan tidak boleh menuntut orang-orang di sekeliling kita nampak sempurna sesuai dengan keinginan kita tentunya. Tetapi kita bisa menjadi pelengkap di bagian lemah mereka, begitu juga sebaliknya.

Saya juga mengenali dengan baik, hal yang membuat saya jatuh cinta setengah mati kali ini. Saya tak hanya mengenali sisi-sisi kelebihannya saja. Tetapi juga memahami sisi-sisi kekurangannya dengan sadar.

Dia itu...agak gendut (padahal saya suka yang slim :p)
Dia juga itemmm (padahal saya suka yang putih :D)
Dia kurang bisa menangkap sesuatu yang bergerak atau aktif (padahal saya maunya dia cukup cerdas membingkai apapun yang suka bergerak-gerak)
Dia hanya bisa dibesarkan sampai 8 px (padahal saya maunya dia bisa diatas itu)

Aha...tapi kalau saya terus-menerus terpaku pada kelemahan-kelemahannya saja, kapan dong belajar photography dengannya?

Hei hei hei...

Pada penasaran dengan hal yang membuat saya jatuh cinta kali ini ya? ^_^

Hihihi, kali ini saya jatuh cinta bukan kepada seorang pangeran berkuda putih. Tetapi dengan...tada...dia adalah A590!

Proses jatuh cintanya melalui first sign lho. Hanya perlu pedekate seminggu langsung kupinang dia jadi milikku :D.

Meski saya kurang suka dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh A590 saya, saya berusaha memahami keadaannya. Dia memang bukan sekelas kamera profesional. Jadi jangan mimpi bisa menghasilkan shoot yang sempurna pada benda-benda yang bergerak. Awalnya, ketika pertama kali menggunakannya saya sempat kecewa begitu hasil foto-foto saya banyak yang blur. Hari-hari berikutnya, saya membiasakan diri dengannya. Mempelajari kelebihan-kelebihan dan kelemahannya. Mencari data-data baik dari internet maupun bertanya kepada sahabat-sahabat saya yang lebih lama menekuni dunia photography untuk mencari cara mengoptimalkan kelebihannya dan meminimalis kekurangan-kekurangannya.

Hasilnya?

Sekarang hasil foto-foto saya jauh lebih cute, meski di tempat gelap sekalipun! hehehe.

Ketika kita sedang jatuh cinta dengan lawan jenis, juga demikian. Pandang dia sama seperti saya memandang A590 saya. Bukan saja kelebihannya yang kita puja, tetapi kekurangan dia pun harus kita pahami dengan baik (dalam batas yang benar tentunya).

Pacar terlalu sibuk, di-ambek-i. Pacar nggak bisa sering-sering ditelpon, dicemburui. Pacar kerja terus, disangka nggak perduli.

Ha? Belum menikah sudah posesif. Bisa-bisa sewa detektif begitu statusnya berubah menjadi suami atau istri nanti hihihi. Setiap hubungan perlu kualitas, bukan kuantitas. Jika saya memandang kekurangan A590 yang saya punyai terus, mungkin sampai sekarang tidak akan pernah ada peningkatan dari kualitas foto-foto hasil jepretan saya. Dalam hal ini, saya berusaha menutupi kekurangan yang dimiliki oleh A590 dengan memaksimalkan kelebihan yang sudah dimilikinya.

Jatuh cinta boleh, tapi jangan sampai terhuyung-huyung apalagi tergeletak. Melihat segala sesuatu harus dari kedua belah sisi, baik dan kurang baik. Jika kelebihan yang ada bisa menutupi kekurangan yang ada, kepada terus menatapnya seolah dunia hendak kiamat karena dia tidak bisa ini dan itu? (nj@coe).