Tuesday, March 31, 2009

Talk Less, Do More!

Oleh : Angelina Kusuma

Mungkin, kita sudah sering mendengar kalimat ini, "Talk less, do more!" Kalimat sederhana namun mempunyai makna dalam ini menjadi slogan yang dibesut sebuah iklan yang sering ditayangkan dan dikumandangkan akhir-akhir ini melalui media-media elektronik dan cetak di negeri ini. Meski kita sudah sering mendengar kalimat ini berulang kali, seberapa sering sie kita sudah mengaplikasikannya dalam kehidupan di dunia nyata?

Minggu kemarin, seorang sahabat yang ada di list social networking saya mengirimkan pesan di inbox. Ia bertanya, "Bagaimana caranya menjadi seorang penulis seperti anda?" Well, sebenarnya saya belum merasa menjadi seorang penulis yang baik sampai saat ini. Kemampuan menulis saya baru sebatas artikel-artikel renungan pendek di blog saja yang masih jauh daripada sempurna. Saya juga belum pernah menerbitkan buku sendiri yang merupakan tanda bahwa seseorang itu sudah pantas disebut sebagai penulis yang bisa diakui karya-karyanya oleh orang lain secara legal. Sebuah kehormatan tentunya jika ada orang yang menganggap saya sudah seperti penulis betulan atau penulis profesional hehehe :D.

Jika saya menoleh ke belakang beberapa saat, saya tidak pernah merasa telah melakukan hal-hal yang istimewa dalam tindakan saya sehari-hari agar menjadi penulis seperti sekarang. Saya tidak pernah belajar menulis dari orang lain atau mengikuti seminar/workshop tentang cara menulis yang banyak juga diadakan oleh LSM-LSM di luar sana. Yang saya lakukan hanyalah keep write and writing! Ketika saya rajin menulis, ide-ide baru untuk menulis dan juga ciri khas saya dalam tulisan terbentuk dengan sendirinya.

Nasehat yang sama juga pernah saya dengar dari sahabat-sahabat saya yang jago di bidang fotografi dan basket. Ketika saya bertanya apa resep menjadi seorang fotografer handal dan pemain basket profesional, jawaban mereka hanya satu, "Just do it! And you will understand how to be it!"

Kunci dari segala keberhasilan dalam sebuah bidang bisa kita raih ketika kita melakukan hal itu dengan giat dan pantang menyerah. Talk less, do more! Jika kamu ingin menjadi penulis yang baik, ya sering-seringlah menulis. Jika kamu ingin menjadi pelukis yang kreatif, ya sering-seringlah melukis. Jika kamu ingin menjadi fotografer handal, ya sering-seringlah mengeksplorasi dunia sekitar dengan kameramu. Jika kamu ingin menjadi atlet, ya sering-seringlah berlatih dan menjaga pola hidup sehat. Jika kamu ingin menjadi koki yang hebat, ya sering-seringlah memasak...

Your style will find when you try to live in what you do. When you do something, it build your habit. Your habits build your character. Your character will be your charisma and it's you!

Sunday, March 29, 2009

Kembang








Date: 26 March 2009
Location: Telaga Sarangan Magetan
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS


Friday, March 27, 2009

Air Terjun Tirtosari Sarangan Magetan
















Date: 26 March 2009
Location: Telaga Sarangan Magetan
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS

Telaga Sarangan Magetan














Date: 26 March 2009
Location: Magetan
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS


Wednesday, March 25, 2009

Komunitas Tempat Bertumbuh

Oleh : Angelina Kusuma

Keikut-sertaan saya di sebuah photography social networking Indonesia 3 minggu lalu, ternyata membawa dampak positif bagi kemajuan saya di bidang photography. Saya yang selama ini merasa masih cupu alias amatiran di bidang seni memotret, lama-kelamaan terpacu untuk belajar menjadi yang terbaik juga ketika bersentuhan dengan para pecinta photography lainnya di komunitas ini.

Saya belum memiliki kamera jenis SLR/DSLR yang biasa dipakai oleh para fotografer profesional. Makanya, saya cukup surprise ketika beberapa foto-foto hasil jepretan dari kamera pocket yang saya miliki dan yang sengaja saya pasang di account profil saya, mendapat beberapa pujian dari fotografer profesional yang sudah terbiasa menggunakan kamera jenis SLR/DSLR mereka.

Dukungan positif juga datang dari komunitas photography di blog group yang saya ikuti. Setidaknya ada tiga photography blog group yang setiap sepuluh hari sekali memberikan challenge berbeda-beda kepada member-nya sehingga memacu kreatifitas dan ide-ide baru dari member-member-nya tersebut untuk terus belajar memotret dan menggali potensi dirinya.

1 Korintus 15:33, Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

Pentingnya memperhatikan lingkungan tempat bergaul juga diperintahkan di Bible. Jika saya dibangun melalui komunitas-komunitas pecinta photography online yang saya ikuti, tidak berarti semua komunitas yang pernah saya temui selama hidup saya selalu memberikan dampak yang membangun. Ada juga beberapa komunitas baik online maupun offline yang sengaja saya jauhi karena mereka memberikan dampak kurang baik bagi kehidupan saya.

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan e-mail dari seorang wanita yang begitu gembira karena menemukan blog dan e-mail saya. Katanya, "Ternyata kamu itu lebih tua setahun dari aku ya. Selama ini aku suka baca tulisan-tulisan blog-mu utamanya tentang singleness dan kesepian. Boleh aku kenalan lebih lanjut denganmu?"

Hehehe, ketika membaca e-mail dari saudari ini saya agak tertawa geli dibuatnya. Saya memang sering membuat artikel dengan topik tentang singleness, tapi saya sama sekali tidak pernah membuat artikel mengenai kesepian. Konsep saya mengenai singleness jauh daripada arti kesepian karena tidak mempunyai pasangan hidup, melainkan lebih mengarah pada arti keutuhan (single) sebagai pribadi di hadapan Tuhan dan manusia lainnya meski ia tidak mempunya someone special untuk berbagi yang disebut pacar/tunangan/suami/istri.

Dan benar saja, pembicaraan kami selanjutnya via e-mail lebih membuat saya geleng-geleng kepala dibuatnya. Ia menuliskan rentetan cerita sepanjang kereta api tentang bagaimana perasaan kesepian dan perasaan tidak istimewanya terhadap dirinya selama 26 tahun ini (ia lebih muda dari saya setahun), karena selama ia hidup, belum ada pria satupun yang menyatakan cinta kepadanya! Yang lebih menyedihkan lagi, setelah saya memberinya pengertian bahwa dasar kehidupan yang benar bukan hanya sekedar obsesi terhadap pernikahan dan seharusnya ia lebih mengejar keutuhannya sebagai pribadi bukan mengejar pria untuk dijadikannya pasangan hidup, ia tidak lagi mengirimkan e-mail bernada simpatik kepada saya. E-mail terakhir yang ia kirimkan kepada saya berkata bahwa sebenarnya ia menulis e-mail kepada saya untuk mencari tip-tip agar ia bisa segera memperoleh pujaan hatinya, bukan menikmati ke-single-an yang sudah puas ia kecap selama 26 tahun.

Tuh kan membingungkan? hihihi. Saya memang bukan pakar dalam hal cinta-cintaan men...:D. Jadi salah besar jika saya akan memberikan tip-tip cara menggaet pria atau wanita untuk dibawa ke pernikahan seperti tugas para mak comblang dalam ajang kontak jodoh hahaha. Komunitas single yang saya miliki adalah single yang utuh di hadapan Tuhan. Kami tidak akan mengasihani diri kami dengan status single kami dan merasa kurang karenanya. Yes, we are single but we are happy and have a lot of things to do to make a change in this world. We have a normally life like everyone that have a relationship or their marriage. We just different in obligation with them :).

Bukan berarti bahwa para single yang struggle di dalam Tuhan ini kemudian menjadi anti pati terhadap pernikahan dan berniat men-jomblo seumur hidup :D. Kami tetap ingin dan akan menikah suatu saat nanti, tapi kami tidak terobsesi dengan pernikahan itu dan karenanya terburu-buru memilih pasangan hidup seadanya. Pandangan kami tidak tertuju kepada hal yang tidak abadi, tapi kepada kekekalan yang ada di tangan Tuhan. Single yang takut akan Tuhan pasti akan lebih siap menjalani pernikahan nantinya daripada mereka yang hanya terobsesi menikah karena desakan orang tua, adat istiadat, atau umur, right? Makanya, saya tidak akan mengasihani mereka yang single atau baru saja putus dengan pacarnya kemudian ikut meneteskan air mata atau menangis tersedu-sedu karena kondisi tersebut.

"Hei, guys...taruh harapanmu saat single hanya kepada Yesus, bukan kepada pria/wanita! Jika Ia sudah acc, pria seganteng Christian Bautista pun bisa dibawa-Nya kepadamu. Tapi kalo kamu tetap memaksa menikah atau ber-relationship padahal kamu sendiri belum siap dan utuh sebagai pribadi, hanya 'status' yang akan kamu raih nantinya, bukan kehidupan yang indah dan penuh makna dalam relationship atau marriage itu sendiri."

Komunitas-komunitas lain tempat kita bertumbuh juga harus kita perhatikan. Siapa saja yang menjadi rekan kerja/teman sekolah kita, siapa saja yang menjadi rekan sepelayanan kita, siapa saja yang menjadi teman-teman hang out kita sehari-hari, dll. Sahabat-sahabat saya yang dulu takut akan Tuhan saat masih di bangku kuliah, banyak yang tak lagi beribadah ke gereja sekarang karena pengaruh pergaulan yang kurang baik di dunia kerjanya. Manusia bisa berubah karena pengaruh komunitas kurang membangun yang ada di sekitarnya. Berhati-hatilah memilih sahabat dan lingkungan bersosialisasi, karena kita sebenarnya adalah cermin dari mereka juga. Happy friendship...^_^

Tuesday, March 24, 2009

Guardian Angels Around You

Oleh : Angelina Kusuma

Seberapa sering anda menyadari peranan orang-orang yang ada di sekitar anda selama hidup anda? Mungkin anda tidak melihat atau mendengarnya secara langsung bahwa seseorang atau beberapa orang itu telah melakukan hal-hal baik kepada anda selama ini. Tapi siapa tahu, orang-orang yang tidak anda sadari tersebut justru telah berjuang banyak demi kehidupan anda sampai saat ini melalui cara yang tak terlihat, tak terdengar, dan tak teraba oleh indra-indra yang ada pada anggota tubuh anda.

Waktu saya kuliah dulu, saya mempunyai seorang kakak rohani wanita dari gereja tempat saya berjemaat. Hubungan saya dengan kakak rohani ini cukup dekat. Ia rutin menelepon saya seminggu sekali hanya untuk menanyakan kabar dan tidak pernah lupa mengingatkan saya agar rajin ber-saat teduh dan datang ke acara kelompok sel kami. Suatu kali, saya tidak bisa datang ke acara kelompok sel yang diadakan di rumahnya karena flu berat yang saya derita.

Keesokan harinya ketika ia menelepon untuk menanyakan keadaan saya, saya tidak menceritakan kepadanya bahwa sebenarnya penyakit flu yang saya derita itu juga membuat pendengaran saya agak berkurang. Saya tidak tahu persis apa yang terjadi dengan telinga saya. Yang jelas, seperti ada cairan yang menyumbat gendang telinga kiri saya yang membuat saya menjadi kurang jelas menangkap kata-kata ucapan orang lain dan ditambah lagi kepala saya yang terasa pusing setiap kali digunakan untuk berjalan atau melakukan aktivitas selain tiduran di ranjang.

Malam harinya setelah menerima telepon dari kakak rohani saya itu, demam di tubuh saya meningkat. Selama kuliah, saya tinggal di kos-kosan yang jauh dari orang tua sehingga tidak ada yang mengontrol kesehatan saya dengan baik dan mengantarkan saya ke dokter jika mendadak jatuh sakit. Malam itu saya merasakan gendang telinga sebelah kiri saya sangat sakit yang memaksa saya harus berkali-kali terjaga dari tidur. Saya hanya bisa melawan rasa sakit yang kian bertambah itu sambil terus berdoa semoga pagi segera menjelang dan saya bisa meminta tolong sahabat-sahabat kampus saya untuk mengantarkan ke dokter.

Puncak dari kesakitan saya makin terasa ketika ada percikan darah segar keluar dari gendang telinga saya sampai menetes ke bantal. Tapi anehnya, kesakitan di telinga saya itu tiba-tiba berangsur-angsur lenyap sekitar pukul 11 malam hari. Gumpalan cairan yang saya rasakan menyumbat dan membuat pendengaran saya berkurang sebelumnya, seperti pecah di dalam telinga dan membuat saya kembali bisa mendengar dengan jelas. Darah memang masih menetes dari telinga kiri saya dan harus disumbat dengan kapas agar tidak mengotori sarung bantal. Meski demikian, pendengaran saya jauh lebih tajam dari sebelumnya.

Malam itu saya menyimpan semua kejadian ajaib tersebut hanya di dalam hati sambil kembali meneruskan tidur, menunggu fajar menyinsing. Paginya, ketika saya terbangun dari tidur, darah yang keluar dari telinga kiri saya sudah mengering total, pendengaran saya pulih seperti sedia kala, dan flu berat yang saya rasakan di hari-hari kemarin juga sudah reda.

Tak tahan dengan keanehan yang saya terima di satu malam itu, saya menelepon kakak rohani saya dan menceritakan semua kejadiannya dari awal sampai akhir. Dan betapa terkejutnya saya, ketika ia bilang bahwa di jam yang sama ketika saya mengalami kesakitan yang luar biasa di telinga kiri saya yang mengeluarkan darah, saat itu ia sedang berdoa untuk kesembuhan saya di rumahnya!

Mungkin anda sudah pernah atau akan mengalami kejadian ajaib seperti yang sudah saya alami 7 tahun yang lalu itu. Ketika anda merasa sendirian dan tengah mengalami badai pencobaan, orang-orang yang anda sayangi dan menyayangi anda, mungkin ada di sekitar anda dengan cara yang tak bisa anda lihat dan tak bisa anda dengar secara langsung. Bisa jadi, mereka sedang mengelilingi anda dengan doa-doa mereka, dengan pujian dan penyembahan mereka, atau dengan puasa-puasa mereka khusus untuk anda.

Jangan mengeraskan hati dan menolak perhatian dari orang-orang yang perduli dengan keadaan anda hari ini. Anda tidak bisa hidup tanpa kasih sayang orang lain. Ibu, bapak, saudara, sahabat-sahabat, gembala sidang, penatua gereja, kakak rohani, pendoa syafaat, atau pasangan anda, mungkin sedang berdoa untuk kesehatan anda, untuk pekerjaan anda, untuk kedewasaan rohani anda, sampai untuk kembalinya anda kepada kasih sayang mereka seperti sebelum anda menjadi tawar terhadap perhatian mereka. Jika anda merasa tidak mempunyai sanak saudara maupun sahabat-sahabat yang bisa mendukung anda dengan doa setiap saatpun, masih ada Roh Kudus di hati anda yang selalu berdoa untuk kelemahan-kelemahan anda.

Roma 8:26,27, Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

So, belajarlah peka terhadap orang lain. Terhadap mereka yang tak pernah meninggalkan anda, kepada mereka yang selalu datang menanyakan kabar tentang anda, dan kepada Roh Kudus yang tak pernah meninggalkan tahta-Nya di hati anda sejak anda percaya kepada Yesus. Mereka adalah malaikat-malaikat yang diutus-Nya dan Diri-Nya sendiri untuk menjagai anda agar tidak terhilang!


Tak pernah aku temukan
Cinta seperti cinta yang kau berikan
Tak akan aku sesali
Semua kisahku bersamamu

Tak bisa aku bayangkan
Hidup ini tanpa sentuhan kasihmu
Selembut mentari pagi
S'lalu kau hangatkan jiwa ini

Aku hilang tanpa ada cintamu, kasihmu
Aku rapuh tak berdaya, hampaku, tanpamu

(Lagu 'Hilang Tanpamu' - Oneway)



Sawah












Date: 23 March 2009
Location: Ponorogo
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS

Monday, March 23, 2009

Embun












Date: 23 March 2009
Location: Ponorogo
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS


Orange




Date: 23 March 2009
Location: Ponorogo
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS

Sunday, March 22, 2009

Tanda-tanda PH dan Kesepadanan

Oleh : Angelina Kusuma

Dua orang Kristen yang baik, belum tentu menjamin bahwa keduanya bisa menjadi pasangan hidup yang sepadan selamanya. Begitu pula hubungan lawan jenis yang terlihat begitu cocok, belum tentu akan menjadikan keduanya sebagai pasangan yang serasi di masa depan.

Siang itu Rie bercerita kepada saya mengenai hubungannya dengan seorang pria Kristen yang disukainya. "Saya berkenalan dengannya di Persekutuan Doa kampus saat masih sama-sama kuliah di universitas. Mulanya saya tidak begitu respek dengan keberadaannya karena memang ia bukanlah tipe pria idaman saya. Lambat laun dengan berjalannya hubungan pertemanan kami yang bertambah erat dari hari ke hari, akhirnya saya menyadari bahwa saya mulai tertarik dengannya. Hal ini juga didukung oleh adanya tiga tanda yang saya minta dari Tuhan untuk meneguhkan bahwa ia adalah calon pasangan hidup saya yang benar. Tanda pertama saya dapat ketika saya berdoa kepada Tuhan untuk melihat calon pasangan hidup saya di acara perayaan Natal Persekutuan Doa kampus. Saat itu, tiba-tiba ia terlihat berjalan mengarah ke kursi di belakang saya dan membuat hati saya berbisik, "He is the answer for your prayed." Tanda pertama ini membuat saya sedikit bimbang dan bertanya-tanya dalam hati, "Apakah benar dia orangnya?"

Kurang puas dengan tanda pertama, keesokan harinya saya kembali berdoa meminta tanda kedua di gereja mengenai keberadaan pria ini sebagai calon pasangan hidup saya. Kalau memang benar ia adalah orangnya, saya meminta Tuhan mempertemukan kami di gereja tersebut. Ajaib, tanda kedua juga terpenuhi. Ketika saya berjalan pulang ke kos-kosan bersama teman, saya melihatnya juga keluar dari gereja yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan dan kami pulang dengan menggunakan mobil angkutan yang sama. Saat itu, hati saya mulai risau. Betapa tidak? Saya tahu betul bahwa pria ini sebenarnya tidak bergereja di aliran gereja yang kami datangi pagi itu. Lagi pula, selama setahun bergereja disana saya sama sekali tidak pernah melihatnya di antara jemaat yang ada. Setelah tanda pertama dan kedua berhasil diwujudkan oleh pria ini, saya pun meminta tanda yang ketiga. Tanda ini benar-benar saya minta khusus untuk dia dengan segala kemustahilan yang ada di otak saya. Saat itu saya berada di sebuah KKR di Persekutuan Doa kampus di mana saya berperan sebagai salah satu konselor. Pria tersebut sudah lulus dari kampus dan di wisuda beberapa minggu sebelumnya. Meminta Tuhan menghadirkannya dalam acara KKR ini saya rasa adalah sebuah tanda yang mustahil terwujud. Tetapi herannya, kembali saya mendapati pria tersebut hadir di acara KKR dan akhirnya kami juga bertemu. Ketiga tanda yang saya terima itu hampir membuat saya yakin bahwa memang pria inilah yang ditetapkan Tuhan sebagai pasangan hidup saya.

Setelah itu, meski ia bekerja di luar kota dan saya masih kuliah di kampus yang dulu, ia rutin menghubungi saya dengan berbagai alasan. Dan sebuah moment dimana ia menelepon saya menjelang ujian skripsi waktu ia ada di luar negeri, benar-benar membuat saya sudah merasa bahwa kami pasti diciptakan untuk hidup bersama suatu saat nanti meski ia belum pernah sekalipun berkata bahwa ia mencintai saya. Segalanya berubah ketika saya bekerja di kota yang sama dengannya. Hubungan kami yang manis dan bayangan kesempatan untuk hidup bersamanya tiba-tiba hancur berkeping-keping. Kami tidak bisa bertemu meski berada dalam satu kota yang hanya terpisah beberapa kilometer. Komunikasi kami melalui HP dan e-mail mulai melontarkan kata-kata ketus yang saling menyakiti dan memaksa hubungan kami merenggang dengan sendirinya. Sampai akhirnya ketegangan kami itu berakhir dengan sebuah sakit di hati saya. Saya selalu bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa Ia memberikan saya tanda-tanda yang bisa diadakan oleh pria itu dan kemudian memisahkan kami sebelum bersatu?"

Hal senada dengan Rie juga pernah diceritakan oleh Tia kepada saya mengenai hubungannya dengan seorang pria Kristen yang pada awalnya juga disertai tanda-tanda ajaib yang dimintanya dari Tuhan. "Kami satu angkatan di kampus dan bertemu lagi setelah lulus di sebuah perusahaan yang sama. Ketika di kantor yang sama, kami sering bekerja dalam satu tim. Karena saya bekerja lebih dulu daripada dia di kantor tersebut, akhirnya sayalah yang mengajarinya mengenai segala sesuatu tentang tugas-tugas kantor. Dari seringnya kami berinteraksi melalui pekerjaan, lama kelamaan kedekatan kami mulai terjalin lebih intim. Saya mulai tertarik kepadanya sebagai seorang wanita kepada pria, bukan lagi kepada sekedar sahabat biasa. Didukung dengan pendapat beberapa teman di kampus yang juga melihat bahwa ia bisa menjadi pasangan yang ideal untuk saya, saya pun mulai membawa hubungan kami kepada Tuhan.

Tidak ada lagi rahasia di antara kami berdua. Ia share kepada saya mengenai kehidupannya tanpa terkecuali. Hingga suatu saat, ketika saya ditugaskan ke luar negeri hubungan kami mulai merenggang. Saya merasa bahwa ia mulai berubah. Saya tidak tahu apa yang dialaminya selama kami lost contact beberapa waktu. Ia seperti menghindari saya. Ketika saya kembali ke Indonesia dan bekerja di kantor yang sama dengannya, barulah saya tahu bahwa ia hendak resign dari kantor kami. Sebuah kejadian yang membuat saya bersedih, bukan saja karena ia istimewa buat saya tetapi karena saya tahu cerita tersebut dari teman sekerja kami yang lainnya.

Tidak tenang dengan hubungan kami yang semakin memburuk, akhirnya saya berdoa meminta tanda kepada Tuhan, "Jika memang ia calon pasangan hidup saya, saya minta ia menghubungi saya malam ini juga. Saya tidak akan tenang jika tidak tahu duduk persoalan kenapa ia harus pindah dari kantor sebelum ia yang menjelaskannya sendiri." Beberapa menit setelah saya menutup doa, sebuah telepon masuk dari pria tersebut. Saat itu saya pikir tanda tersebut akan membuat hubungan kami membaik. Tetapi ternyata kami tetap menjadi dua orang 'seperti' asing yang saling ketus, cek cok disana-sini, dan yang jelas hati saya juga sakit. Akhirnya, ia tetap keluar dari kantor kami dan bekerja di perusahaan lain, sedangkan saya kembali menerima tugas kerja ke luar negeri seperti sebelumnya. Hubungan kami...sampai sekarang masih dingin..."

Agak berbeda dengan Rie dan Tia, dua orang yang berhasil menjalin relationship sesuai dengan tanda-tanda dari Tuhan tetapi berakhir sebelum ke pelaminan juga dialami oleh Lusi dan Vee.

Kisah Lusi, "Ketika bergumul tentang pasangan hidup, tante saya diberikan sebuah penglihatan terlebih dulu oleh Tuhan mengenai seorang pria yang akan menjadi calon pacar saya. Tante menceritakan penglihatannya itu kepada Ibu saya, bahwa ia melihat pria yang bermain alat musik drum di gereja dimana kami sedang mengikuti ibadah saat itu akan menjadi pacar saya nantinya. Mulanya, Ibu saya tidak percaya akan penglihatan tante saya. Tetapi yang terjadi memang demikian halnya. Akhirnya saya berkenalan dengan pria tersebut, saling jatuh cinta, dan kemudian kami berpacaran tepat seperti penglihatan yang diterima oleh tante saya sebelumnya.

Saat berpacaran saya tidak mempunyai firasat bahwa kami akan berpisah sebelum menikah suatu saat nanti. Saya yakin bahwa kami akan selamanya berpasangan karena bagi saya sebuah penglihatan dari Tuhan yang ditaruh atas tante saya bukanlah sebuah tanda yang main-main. Saya dan pacar saya memang sempat hampir melewati batas-batas berpacaran meskipun tidak sampai terjadi ML. Sejak saat itu tiba-tiba hubungan kami pun memburuk. Ada banyak hal yang membuat saya dan pacar saya bentrok dan akhirnya kami memutuskan berpisah secara baik-baik.

Saya tidak pernah menceritakan kesalahan saya dan pacar saya saat berpacaran kepada siapapun. Tetapi setelah berpisah dengannya, kembali tante saya bilang bahwa ia sempat mendapat penglihatan apa saja yang sudah saya lakukan bersama pacar saya dan karena itulah Tuhan memisahkan kami. Saya sangat terpukul dengan retaknya hubungan relationship yang pernah saya bina itu. Tetapi setelah menyadari bahwa satu-satunya alasan kenapa kami berpisah juga karena kehendak Tuhan yang tidak ingin masa depan kami lebih hancur dari sekarang, akhirnya berangsur-angsur saya bisa memulihkan diri."

Kisah Vee, "Sejak pertama kali bertemu dengannya saya sudah merasa cocok. Ia seorang pria yang takut akan Tuhan, menyukai seni seperti saya, dan kami bisa nyambung saat berbicara. Selama setahun ia rutin menghubungi saya, baik via chatting online maupun telpon. Lama-kelamaan kedekatan kami mulai mengarah serius. Dari kakak rohani dan teman-teman rohani yang saya curhati mengenai hubungan kami, semuanya setuju jika kami menjalin relationship. Bahkan kedua orang tua saya dan orang tuanya juga begitu antusias ketika akhirnya kami benar-benar berpacaran.

Sign from God? Tidak perlu ditanya lagi berapa banyak yang sudah saya dapat. Setiap kali berdoa kepada Tuhan untuk pria ini, jawaban yang saya terima selalu penuh dengan damai sejahtera. Merasa bahwa tidak ada tanda bahaya dari pihak manapun, kami akhirnya menjalani relationship dengan iman. Tetapi menjelang tahun kedua hubungan kami, mulai terasa gangguan-gangguan didalamnya. Perselisihan demi perselisihan sering terjadi dan saya merasakan bahwa kami tidak lagi sejalan dalam hal prinsip dan rohani yang sama hingga akhirnya kamipun memutuskan untuk menjalani kembali hidup masing-masing tanpa pacaran."

Rie, Tia, Lusi, dan Vee adalah contoh dari beberapa wanita yang harus mengalami keretakan relationship sebelum berhasil melenggang ke pernikahan. Kisah relationship mereka bukannya melanggar kekudusan dari Tuhan pada awalnya. Tanda-tanda dan penglihatan khusus yang menyatakan bahwa pria yang mereka sukai adalah calon pasangan mereka begitu nyata seolah-olah Tuhan akan berkehendak 100% atas hubungan mereka nantinya. Tetapi kenapa akhirnya hubungan yang 'diperkenan' Tuhan dengan disertai berbagai tanda ajaib tersebut akhirnya juga dipisahkan oleh-Nya sebelum menjadi lebih abadi dalam biduk rumah tangga. Apakah Tuhan telah salah memberikan tanda-tanda kepada mereka?

Meminta tanda dari Tuhan untuk sebuah hubungan sebenarnya tidak salah. Hanya saja, kita harus sadar bahwa saat kita sedang jatuh cinta, keinginan diri kita bisa menggeser posisi dan kekuasaan Tuhan yang seharusnya menjadi yang terutama. Tanda-tanda sekecil atau sesederhana apapun, bisa menjadi penuntun seseorang bertemu dengan calon pasangan hidupnya jika ia menggunakan hikmat (tidak asal meminta tanda).

Kisah Ishak dan Ribka sering dijadikan teladan bagi para single Kristen yang ingin mencari calon pasangan hidupnya. Dalam kisah mereka, hamba Abraham yang diutus mencari calon istri bagi Ishak oleh Abraham meminta beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh wanita yang akan dimintanya sebagai calon istri bagi putra tuannya itu.

Kejadian 24:12-14
24:12  Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham.
24:13 Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air.
24:14 Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu."

Hamba Abraham tidak sembarangan meminta tanda saat berdoa kepada Tuhan. Ia meminta tanda dengan penuh hikmat. "...anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air", bisa diartikan bahwa anak-anak perempuan yang mau keluar menimba air adalah seorang wanita bertipe pekerja keras. "...anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah...", bisa diartikan bahwa wanita yang mau memberikan minum kepada orang asing seperti hamba Abraham saat itu pastilah wanita yang penuh kasih sayang dan baik hati. "...dan unta-untamu juga akan kuberi minum...", artinya wanita yang juga bersedia bersusah payah memberi minum kepada unta-unta milik orang asing pasti seorang wanita yang rajin dan ringan tangan.

Banyak orang Kristen terjebak dalam tanda atau nubuatan calon pasangan hidup yang merasa telah ia terima karena salah tangkap! Tidak semua tanda dan nubuatan yang kita minta kepada-Nya itu benar-benar murni hasil dari pikiran kita yang berhikmat. Sering kali yang terjadi, tanda dan nubuatan yang kita terima itu hanya berasal dari keinginan daging kita yang sudah terkontaminasi keinginan untuk memiliki seorang pria atau wanita yang menarik bagi kita.

Hubungan pria, wanita, dan Tuhan dalam relationship maupun pernikahan seperti sebuah segitiga sama kaki. Tuhan sebagai pemrakarsa hubungan tersebut berada di puncak segitiga, sedangkan kaki-kaki sisi kanan dan kiri diduduki oleh pria dan wanita. Semakin sepadan dan seimbang kedudukan pria dan wanita di dalam segitiga tersebut, menandakan bahwa hubungan masing-masing individu ke Tuhan semakin baik. Ketika salah satu kaki segitiga tak lagi sepadan dengan kaki segitiga yang lainnya, kesenjangan hubungan di antara ketiganya mulai terbentuk. Entah yang terjadi adalah bermasalahnya hubungan pria dengan Tuhannya atau hubungan wanita dengan Tuhannya.  

Kasus Rie, Tia, Lusi, dan Vee, pada mulanya tentu dikehendaki terjadi oleh Tuhan karena kesepadanan mereka dengan calon pasangan mereka ada. Tetapi ketika hubungan segitiga yang terjadi kemudian mulai membuat sudut yang tak lagi sama, maka Tuhan bisa bertindak untuk menceraikan mereka sebelum terlanjur naik ke pernikahan kudus untuk menyelamatkan pribadi-pribadi yang dikasihi-Nya sebelum tersakiti lebih jauh.

Jika anda merasa menerima tanda-tanda atau nubuatan saat dalam masa penjajakan dengan seorang pria atau wanita, ujilah semuanya itu dengan hikmat. Yang bisa kita klaim sebagai pasangan hidup yang benar bukanlah pacar atau tunangan kita sekalipun. Pasangan hidup hanya bisa kita sematkan kepada dia yang sudah menjadi suami atau istri kita dalam pernikahan kudus! Hubungan pacaran dan pertunangan bisa diceraikan oleh Tuhan jika keduanya menjadi tidak sepadan satu sama lain, tetapi untuk pernikahan kudus Kristiani tidak akan bisa diceraikan oleh siapapun kecuali oleh kematian karena Tuhan kita yang disebut Yesus, tidak pernah menghendaki perceraian pada pernikahan umat-Nya (nj@coe).



Saturday, March 21, 2009

Hospital








Date: 21 March 2009
Location: Ponorogo
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS

Friday, March 20, 2009

God Vision in Your Life

Oleh : Angelina Kusuma

"Apa visi yang Tuhan taruh dalam hidupmu?", satu pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing kelompok sel saya kemarin malam ini, mampu membuat seluruh anggota kelompok sel lainnya terdiam. Bukan saja mereka yang masih berusia sekitar 15 tahun yang kebingungan menjawab, tapi mereka yang sudah berusia diatas 25 tahun pun ada yang kesulitan saat menjawab.

Well, ada apa dengan pertanyaan ini sehingga membuat banyak orang terdiam atau kebingungan menebak-nebak?

Kata visi berasal dari kata vision dari Bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan sebagai pandangan jauh ke depan atau bisa juga diartikan sebagai cita-cita yang ingin diwujudkan oleh seseorang/sesuatu yang mempunyai visi tersebut. Jika visinya berasal dari Tuhan, jelas menunjukkan apa yang Tuhan ingin wujudkan dalam hidup kita masing-masing.

Setiap manusia tidak mungkin diciptakan tanpa visi. Semua yang terlahir ke dunia ini mengemban visi khusus dari Tuhan dan memegang satu peranan penting dalam kehidupan. Hanya saja, tidak semua orang akan mengetahuinya. Hanya orang-orang tertentu yang akan menyadari visi dari Tuhan untuk hidupnya, yaitu orang-orang yang benar-benar dekat dan mempunyai hubungan intim dengan-Nya.

Saya mempunyai banyak sahabat yang sampai menjelang usia ke 30 tahun, mereka tetap tidak mengerti untuk apa sebenarnya mereka hidup di dunia ini. Bagi mereka, hidup ya sekedar hidup yang harus dijalani tanpa tahu akan kemana arah kehidupannya nanti. Banyak juga orang-orang yang berprinsip hidup sangat monoton: lahir menjadi bayi, bertumbuh menjadi remaja, sekolah, kemudian menjadi dewasa, menikah, punya anak, punya cucu, menjadi tua, dan berakhir pada kematian.

1 Yoh. 1:1, Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.

Ayat di 1 Yoh. 1:1 ini adalah peneguhan visi hidup saya dari Tuhan. Proses pergumulan saya mendapatkan visi hidup yang jelas ini cukup panjang. Berawal di tahun 2001 ketika saya masih berjemaat di sebuah gereja di Surabaya, saya pernah mendapatkan nubuatan dari hamba Tuhan setempat bahwa saya adalah 'tangan dan kaki'-Nya Kristus. Tangan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Dia dan kaki untuk merintis/membuka jalan-jalan yang sulit ke arah jiwa-jiwa. Saat mendapat nubuatan dari hamba Tuhan di Surabaya itu, saya belum sepenuhnya sadar akan pentingnya visi hidup meski saya sudah Kristen.

Sekitar tahun 2006 saya kembali mendapatkan peneguhan visi dari Tuhan setelah menonton tayangan sebuah VCD kotbah yang dikirim oleh sahabat saya dari Batam. Peneguhan itu ada di Mazmur 2:8 yang menyatakan bahwa saya akan membawa banyak bangsa-bangsa kepada-Nya.

Mazmur 2:8, Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.

Setelah peneguhan demi peneguhan saya terima, saya mulai serius mencari visi Tuhan dalam hidup saya. Melalui buku Purpose Driven Life yang dikirimkan oleh sahabat saya dari Jakarta, juga semakin membuat saya sadar bahwa saya ada di dunia ini memang tidak secara kebetulan saja dan ada satu tujuan khusus kenapa saya diciptakan oleh-Nya. Saya semakin rajin bertanya kepada Tuhan mengenai panggilan hidup saya sejak saat itu. Saya berdoa sungguh-sungguh agar Dia menunjukkan visi yang jelas dan membuat saya berjalan dengan teguh ke arah sana.

Sebelum mendapat peneguhan di Mazmur 2:8 melalui VCD kotbah dan sebelum membaca buku Purpose Driven Life yang dikirim oleh sahabat saya itu, sebenarnya saya mulai menemukan gaya hidup baru. Saya tidak mempunyai kemampuan menulis yang baik sejak kecil. Meski saat SMU saya pernah menjadi penulis beberapa cerpen di majalah sekuler, saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat nanti talenta itu akan membawa saya kepada visinya Tuhan. Sejak masuk bangku kuliah dan dunia kerja, saya tidak lagi menjadi penulis di majalah sekuler. Jangankan menulis cerpen, semangat menulis saja seakan hilang karena dunia yang saya hadapi saat itu adalah dunia teknik yang lebih berhubungan dengan angka-angka, bukan kata-kata.

Setelah kembali ke kota kelahiran dan membuka usaha sendiri tahun 2005, saya mulai kembali menulis di blog. Awalnya saya menulis hanya untuk membuang kebosanan. Tapi berawal dari hal-hal sepele itu, Tuhan membawa saya untuk menulis buat Dia dengan case yang lebih serius berdasarkan latar belakang pengalaman saya sendiri. Talenta menulis untuk Tuhan pun akhirnya diberikan-Nya. Sesuatu yang benar-benar baru dan sama sekali belum saya sentuh di kehidupan saya masa lalu. Peneguhan bahwa visi hidup saya akan menjadi penulis buat Tuhan, yang akan membawa jiwa-jiwa untuk-Nya, yang akan merintis jalan-jalan menuju pembaruan jiwa-jiwa bagi-Nya, yang akan memberitakan keselamatan dari Yesus melalui tulisan-tulisan, akhirnya saya dapatkan ketika membaca 1 Yoh. 1:1 itu di tahun 2008 kemarin.

Hari ini jika ada yang bertanya, "Apa visi yang Tuhan taruh dalam hidupmu?", maka dengan antusias saya akan menjawab, "Penulis bagi Tuhan!". Saya percaya Tuhan sudah bekerja secara luar biasa dalam hidup saya selama ini untuk memperlengkapi saya sebagai penulis bagi-Nya. Beberapa tulisan saya sudah termuat di warta-warta jemaat berbagai aliran gereja, tersebar di mailing-mailing list, blog, dan juga ada yang sudah terbit di majalah rohani Indonesia. Semua terjadi bukan karena kuat dan gagah saya, tapi Tuhanlah yang telah mengangkat saya menjadi salah satu penulis bagi-Nya.

So, sudahkah anda mengetahui visi Tuhan dalam hidup anda hari ini seperti saya? Jika belum, bertanyalah kepada-Nya. Ia akan menunjukkan jalan-jalan-Nya kepada orang-orang yang intim dengan-Nya, yang mengerami Firman-Nya, yang mencari wajah-Nya dengan sungguh-sungguh, dan yang setia melayani Dia baik di perkara kecil maupun besar. Miliki visi Tuhan dalam hidupmu dan hidupmu akan lebih berkualitas karenanya (nj@coe).



Tuesday, March 17, 2009

The Kids :)






























Date: 15 March 2009
Location: Taman bermain dan sekitar Danau Ngebel Ponorogo
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS

They are so cute, so funny, and so colourful :D

Sunday, March 15, 2009

Human


















Date: 15 March 2009
Location: Danau Ngebel Ponorogo
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS

Sisi kehidupan lain dari orang-orang yang tak pernah berdasi, berseragam, dan berkantor di ruangan ber-AC :)