Tuesday, September 30, 2008

Perbedaan Umum Karyawan Pria dan Karyawan Wanita

Oleh : Angelina Kusuma

Memilih karyawan hampir sama dengan memilih pasangan hidup. Perlu proses penyeleksian secara seksama terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan akhirnya. Meskipun isu gender tak lagi menjadi penghalang mutlak dalam hal berkarir, tetapi peranannya tetap memberikan warna tersendiri dalam perilaku setiap karyawan secara umum.

Pernahkah anda mendengar kalimat-kalimat seperti ini: "Why men lie and women cry", "Why men don't have a clue and women always need more shoes", "Why men can only do one thing at a time and woman never stop talking", atau juga "Why men don't listen and women can't read maps"?

Kalimat-kalimat diatas menunjukkan perbedaan pandangan dan perilaku pria dan wanita secara garis besar. Tak terkecuali dalam hal pekerjaan, karakter dasar pria dan wanita juga menentukan touch yang dihasilkan. Mengenali kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh karyawan tentunya menguntungkan bagi para management. Tak hanya membantu dalam mencari karyawan yang sesuai dengan kebutuhan tetapi juga bisa menjadi acuan untuk mengatasi kendala di tempat kerja nantinya.

Saya pernah berganti-ganti karyawan sebanyak 4 kali selama 2,5 tahun mengelola unit usaha berupa warung internet. Sebenarnya berganti karyawan berkali-kali bukanlah keinginan saya, melainkan karena saya memang belum menemukan yang pas sejak pertama menerima karyawan bekerja di tempat kerja ini. Karyawan saya yang pertama hingga yang ketiga berjenis kelamin pria dan baru karyawan saya yang ke empat berjenis kelamin wanita.

Awalnya saya menetapkan gender pria sebagai salah satu kriteria calon karyawan karena mengingat yang saya perlukan adalah seseorang yang sanggup bekerja shift 8 jam sehari selama seminggu, jujur, dan mampu belajar dengan cepat. Tentang kemampuan mengoperasikan komputer dan internet, saya selalu membekali setiap karyawan saya dengan training khusus, jadi tidak pernah bermasalah tentang skill dasarnya.

Dari ke empat karyawan saya itu, saya belajar banyak hal dari pola tingkah laku me-manage mereka. Karakter dasar yang dibawa mereka sebagai pria dan wanita ternyata berpengaruh pada perbedaan penanganannya secara umum sehari-hari di tempat kerja.

Karyawan saya yang pria rata-rata lebih cepat tanggap saat diajari tentang cara mengoperasikan komputer, internet, cara mengatasi masalah dengan listrik, dan lain-lain. Tetapi kelemahan mereka hampir semuanya di soal ketelitian kerja dan kerajinan. Saya sering mendapati lantai kotor, asbak rokok yang tidak dibuang, sampah menumpuk di tempat sampah tanpa dibuang ke pembuangan sampah di luar warnet, dan juga perhitungan uang yang tidak cocok antara catatan pemasukan baik dari billing server maupun dari pemasukan tambahan seperti print, soft drink, voucher pulsa HP, dan juga hasil ketikan yang kurang memuaskan customers.

Meski saya sudah memberitahukan standar kerja di tempat kerja yang saya inginkan, tetap saja keteledoran-keteledoran tersebut dilakukan oleh karyawan-karyawan pria saya. Salah satu karyawan pria saya justru memanfaatkan kepercayaan yang sudah saya berikan dengan memberinya password setiap komputer client untuk digunakan saat memperbaiki kerusakan yang ada, untuk kepentingan pribadinya seusai jam kerja selesai dan tidak sedang saya awasi. Ketika saya mengetahui kebohongan ini, tentu saja saya langsung mengambil keputusan untuk tidak memakainya lagi dalam management saya.

Karyawan saya yang ke empat dan yang sampai sekarang masih aktif bekerja kepada saya adalah wanita. Sebenarnya, dulu saya agak khawatir ketika memutuskan untuk memakai karyawan wanita. Di samping karena agak trauma dengan ulah karyawan-karyawan saya sebelumnya yang kurang sesuai dengan permintaan saya, ditambah lagi ketakutan saya jika memakai wanita sebagai operator warnet berarti mengurangi kelihaiannya dalam mengatasi kerusakan komputer dan listrik.

Mengajari wanita untuk mengoperasikan komputer, internet, pengetahuan tentang kelistrikan, dan penanganan kerusakan ringan komputer memang lebih lama dibandingkan dengan karyawan-karyawan pria saya sebelumnya. Karyawan wanita saya ini kadang masih suka lupa akan teori-teori yang sudah saya berikan meski sudah 3 bulan lamanya bekerja kepada saya dan setiap hari bersentuhan dengan pengoperasian komputer. Kelebihannya, untuk urusan kedisiplinan kerja, kebersihan tempat kerja, cara penangan kepada customers, hasil ketikan, dan juga ketelitian penghitungan keuangan dari billing server dan sumber pemasukan warnet yang lainnya tidak perlu saya ragukan ketepatannya.

Setiap jenis kelamin pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jika pria lebih peka kepada hal-hal yang obyektif, maka wanita lebih dekat dengan hal-hal yang subyektif. Tidak ada yang lebih istimewa dari karyawan pria maupun karyawan wanita. Keduanya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing secara umum. Sebagai management, kita mempunyai tanggung jawab untuk mengenali dan memahami perbedaan karakter dasar tersebut, kemudian menjadikannya acuan untuk mengoptimalkannya bagi unit usaha yang kita kelola.

Berdasarkan pengalaman saya pribadi, memiliki karyawan wanita lebih mudah dikenali kekurangan-kekurangannya dan diambil langkah-langkah mengatasinya daripada karyawan pria. Bisa dibilang, saya lebih menyukai hasil kerja dari karyawan wanita saya saat ini karena ia lebih teliti dalam hal keuangan, lebih bagus hasil ketikannya, dan tidak terlalu banyak berdalih untuk mengerjakan hal-hal di luar job desc-nya yang utama sebagai operator warnet tanpa saya awasi seperti membersihkan lantai, membuang abu rokok, dan membuang sampah, meskipun ia lebih lambat menyerap ilmu komputer, internet, dan penanganan masalah kelistrikan yang saya ajarkan kepadanya.

Jika anda ingin mengoptimalkan daya guna para karyawan-karyawan di tempat kerja anda, kenali dulu kelebihan dan kekurangan serta kebutuhan anda mempekerjakan mereka. Pahami bahwa pria pada umumnya lebih cepat belajar mengenai hal-hal yang berbau teknis dan wanita lebih cepat belajar mengenai hal-hal non teknis seperti keuangan dan keindahan, pria lebih fleksibel bekerja sepanjang waktu dan wanita lebih fleksibel membangun relasi hasil akhir yang baik kepada customers, pria lebih mudah diajari dengan petunjuk sederhana dan wanita lebih mudah diajari dengan mempraktekannya secara nyata, pria kurang bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan yang berbeda-beda dalam satu waktu dan wanita kurang bisa menjaga keefektifan kerjanya di saat-saat tertentu seperti saat ia sedang bermasalah di luar tempat kerja, sedang sakit, atau sedang menstruasi, pria bergerak dengan otak dan otot dan wanita bergerak dengan perasaan.

Perbedaan umum yang dipunyai oleh pria dan wanita tentunya mempengaruhi management saat mengatur dan menempatkan mereka dalam posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Pilih karyawan yang mendekati kebutuhan paling utama dari standar kerja di tempat kerja anda. Gender bukanlah masalah besar jika anda sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan umum yang dimiliki oleh keduanya dan mengetahui trik-trik untuk mengatasinya (nj@coe).

Monday, September 29, 2008

Menulis Buat Tuhan Yukk

Oleh : Angelina Kusuma

Menulis adalah pekerjaan yang terlihat mudah. Ratusan kata-kata yang hanya didengar dengan telinga bisa hilang selang beberapa waktu, tetapi sederet kalimat tertulis lebih lama usianya. Seorang murid memerlukan buku-buku catatan untuk membantunya mengingat berbagai macam ilmu yang diterimanya dari guru. Seorang pengusaha memerlukan catatan laporan-laporan keuangan untuk membantunya mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang dikelolanya secara berkala. Seorang peneliti memerlukan catatan-catatan disertasi guna mendukung penelitian yang sedang diembannya. Dan seorang anak Tuhan juga memerlukan catatan-catatan kotbah, catatan renungan saat teduh, dan catatan pokok-pokok doa pergumulan, untuk membantunya mendalami Firman Tuhan.

Dulu, saya juga termasuk orang yang malas untuk menulis Firman Tuhan yang saya dapat. Jangankan menulis Firman Tuhan hasil dari saat teduh harian, menulis isi kotbah mingguan saja tidak pernah. Saya mulai membiasakan diri untuk merubah pola kerohanian saya yang pasif menjadi lebih aktif setelah saya menyadari betapa pentingnya kegiatan tulis-menulis ini.

Di gereja lokal saya sedang menggalakkan semboyan 4M dalam setiap ibadah kami baik di Ibadah Raya maupun komsel dan persekutuan-persekutuan lainnya sejak tahun lalu. 4M merupakan kumpulan dari 4 tindakan aktif sebagai respon umat terhadap Firman Tuhan, yaitu Menerima, Merenungkan, Melakukan, dan Membagikan. Setiap kali komsel, Firman Tuhan yang dibagikan merupakan pembahasan lebih dalam dari Firman Tuhan yang disampaikan di Ibadah Raya hari Minggu sebelumnya. Suatu ketika saya pernah teledor tidak menulis isi kotbah hari Minggu karena tidak membawa alat tulis. Hasilnya, saat di komsel saya benar-benar tidak bisa mengingat kotbah Minggu lalu dengan sempurna.

Pengalaman kurang baik saya itu akhirnya memacu saya untuk selalu mempersiapkan alat-alat tulis sebelum mengikuti ibadah di gereja selain membawa Alkitab tentunya. Malas menulis Firman Tuhan berarti tidak mau bertumbuh secara luar biasa bagi Kristus. Menulis tak hanya membantu pikiran kita terpusat kepada yang kita dengar tetapi juga menunjukkan antusias hati saat menerima Firman Tuhan itu. Pikiran yang tertuang melalui jari-jari kita membantu setiap saraf otak untuk mengingat lebih banyak tentang apa yang telah masuk ke telinga kita. Hasil pencatatan juga bisa kita buka dan kita pelajari lagi setiap saat untuk me-refresh memori otak.

- Musa mencatat
Bilangan 3:16, Lalu Musa mencatat mereka sesuai dengan titah TUHAN, seperti yang diperintahkan kepadanya.

- Yohanes menulis
1 Yohanes 2:14, Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.

- Paulus menulis
2 Korintus 2:4 , Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.

- Tuhanpun menulis!
Keluaran 31:18, Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.
Keluaran 32:16, Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu.

Menurut website Gotquestions, berikut ini adalah nama-nama kitab beserta penulis dan perkiraan waktu penulisannya:

  • Kejadian, Keluaran, imamat, Bilangan, Ulangan = Musa – 1400 S.M.
  • Yosua = Yosua – 1350 S.M.
  • Hakim-Hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel = Samuel/Natan/Gad – 1000-900 S.M.
  • 1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja = Yeremia – 600 S.M.
  • 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia = Ezra – 450 S.M.
  • Ester = Mordekhai – 400 S.M.
  • Ayub = Musa – 1400 S.M.
  • Mazmur = beberapa penulis yang berbeda, kebanyakan oleh Daud – 1000 – 400 S.M.
  • Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung = Salomo – 900 S.M.
  • Yesaya = Yesaya – 700 S.M.
  • Yeremia, Ratapan = Yeremia – 600 S.M.
  • Yehezkiel = Yehezkiel – 550 S.M.
  • Daniel = Daniel – 550 S.M.
  • Hosea = Hosea – 750 S.M.
  • Yoel = Yoel – 850 S.M.
  • Amos = Amos – 750 S.M.
  • Obaja = Obaja – 600 S.M.
  • Yunus = Yunus – 700 S.M.
  • Mikha = Mikha – 700 S.M.
  • Habakuk = Habakuk – 600 S.M.
  • Zefanya = Zefanya – 650 S.M.
  • Hagai = Hagai – 520 S.M.
  • Zakharia = Zakharia – 500 S.M.
  • Maleakhi = Maleakhi – 430 S.M.
  • Matius = Matius - 55 A.D.
  • Markus = Yohanes Markus – 50 A.D.
  • Lukas = Lukas – 60 A.D.
  • Yohanes = Yohanes 90 A.D.
  • Kisah Rasul = Lukas – 65 A.D.
  • Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon = Paulus – 50-70 A.D.
  • Ibrani = tidak diketahui, diduga Paulus, Lukas, Barnabas, atau Apolos – 65 A.D.
  • Yakobus = Yakobus – 45 A.D.
  • 1 Petrus, 2 Petrus = Petrus – 60 A.D.
  • 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes = Yohanes – 90 A.D.
  • Yudas = Yudas – 60 A.D.
  • Wahyu = Yohanes – 90 A.D.

Bayangkan jika para rasul, nabi, dan murid-murid Yesus tidak mau menuliskan kesaksian mereka tentang karya-karya Tuhan yang telah mereka alami dan penebusan Kristus diatas kayu salib bagi dosa-dosa manusia. Akankah anda dan saya bisa mendengar berita sukacita itu dan bisa menikmati keselamatan?

Kita memperoleh hidup yang kekal salah satunya adalah hasil dari penulisan dan pembukuan yang dilakukan oleh para pendahulu kita yang taat dan rindu agar berita keselamatan itu bisa menjangkau banyak generasi-generasi selanjutnya.

Belajarlah menuliskan setiap Firman Tuhan yang anda dapat setiap hari meski dengan kalimat-kalimat sederhana anda. Tulisan bisa membangun anda lebih kuat di dalam menyelidiki isi Firman Tuhan dari waktu ke waktu dan juga bisa membantu saudara-saudara lain yang membaca tulisan anda untuk mengenal lebih dalam mengenai Kristus. Jadi, kenapa anda tidak mulai menulis dan menyaksikan tentang karya keselamatan-Nya kepada dunia hari ini? (nj@coe).



Sunday, September 28, 2008

Mencobai Tuhan

Oleh : Angelina Kusuma

Saya tidak terlalu menyukai perjalanan di malam hari. Bukan saja karena kegelapan yang membuat mata sulit melihat fokus, tetapi juga karena suasana sepi dan kerawanan tindak kejahatan yang sering terjadi saat malam tiba, mendorong saya untuk sesegera mungkin sampai di tujuan akhir dan tidak ingin berlama-lama di jalanan.

Sabtu kemarin, saya hampir celaka saat berkendara malam hari di jalan raya. Menjelang Hari Raya Idul Fitri seperti ini, keadaan jalan-jalan raya di kota saya bertambah padat dan kacau. Banyaknya penghuni pendatang yang pulang dari mudik, membuat ruas-ruas jalan tidak seperti hari-hari biasanya. Untuk mencapai rute rumah saya ke tempat berkomsel malam itu membutuhkan waktu lebih lama karena harus ekstra hati-hati dengan para pengendara sepeda motor maupun mobil yang berlomba-lomba menguasai jalan raya. Ditambah lagi karena malam itu juga malam Minggu dan ada gelaran Pasar Malam di Aloon-aloon kota, semakin membuat banyak orang ingin berbondong-bondong ke pusat kota menikmati suasana yang hanya setahun sekali diadakan itu.

Sepulang dari berkomsel, jam menunjukkan hampir pukul 10 malam. Saya memacu sepeda motor yang saya kendarai kembali ke rumah. Saya terbiasa memacu kecepatan sepeda motor diatas 60 km/jam saat malam hari seperti itu. Setelah melewati sebuah jembatan, saya melajukan sepeda motor hendak menyalip dua sepeda motor yang ada di depan saya. Alih-alih usaha saya itu terlaksana, yang terjadi justru saya harus menekan rem kuat-kuat dengan tiba-tiba karena dua sepeda motor yang hendak saya salip ternyata tidak mau mengalah. Sebuah mobil dari arah yang berlawanan hampir saja menyerempet saya dengan cepat dengan bunyi klakson keras dan ban yang terdengar berdecit-decit.

"Darah Yesus!"

Well, hanya kalimat itu yang sempat saya ucapkan ketika peristiwa kecelakaan lalu lintas karena para pemakai jalan raya yang tidak mau saling mengalah itu hampir saja terjadi. Setelah terlewat dari maut, akhirnya saya mengurangi kecepatan sepeda motor saya sambil berkendara di tepi jalan raya dan berhati-hati. Saya tidak berminat mengulangi kesalahan seperti diatas kedua kalinya yang bisa saja mengantarkan saya ke rumah sakit malam itu juga.

"Tuhan, tindakanku tadi termasuk 'mencobai' Engkau tidak ya?" Sepanjang perjalanan, kalimat ini mengusik hati saya. Apa yang saya perbuat dengan 'Darah Yesus' untuk menolak maut yang hendak menjemput saya memang tindakan benar. Tetapi kalau dipikir lebih jauh, bukankah saya juga salah? Salah karena saya tetap memacu kendaraan dengan cepat di tengah hiruk-pikuk jalan raya, tidak mau antri berlama-lama dari dua pengendara sepeda motor di depan saya, dan kurang memperhatikan pengemudi mobil dari arah berlawanan yang juga terlihat terburu-buru menuju pusat kota. Plat nomor mobil yang hendak menyerempet saya itu berasal dari luar kota dan mungkin ia adalah salah satu pemudik dari arah Jawa Tengah yang hendak pulang ke rumahnya.

Saat kita melakukan tindakan yang jelas-jelas bisa mencelakakan diri sendiri, bukankah itu sama artinya dengan mencobai Tuhan? Mungkin bukan hanya saya yang suka melakukan tindakan mencobai Tuhan ini. Bisa jadi anda dan banyak orang lain diluar sana juga sedang berbuat demikian saat ini.

Seorang teman pernah bersaksi kepada saya seperti ini:

A: "Kemarin gw masuk angin. Trus pas minta Tuhan buat nyembuhin gw kok ga sembuh-sembuh ya?"
Enjie: "Emang kamu ngapain aja kok bisa kena masuk angin gitu?"
A: "Gara-gara ga makan siang trus sorenya tidur di depan pintu."
Enjie: "Yah, itu mah salah loe sendiri, bukan karena Tuhan yang nyobai loe pake sakit penyakit dong. Kali aja pas loe minta Dia nyembuhin sakit loe, justru Dia gunain masuk angin itu biar loe tau rasa. Udah tau ga makan siang, ngapain juga pake nantang tidur di depan pintu sgala. Kan bener-bener salah loe tuh?"
A: "Hehehe, iya juga ya ... Bener kata loe."

Yap, sebetulnya kita memang sering kali bertindak bodoh telah mencobai Tuhan kita. Saya juga merasa telah mencobai Dia Sabtu malam kemarin. Andai saya lebih sabar dan berhati-hati dalam berkendara, pasti saya tidak perlu mengalami hal yang hampir saja membuat saya celaka. Untung saya tidak perlu masuk ke rumah sakit akibat keteledoran itu. Kalau Tuhan benar-benar melepaskan tangan-Nya dari saya saat saya mencobai-Nya itu bagaimana? Mungkin anda jadi tidak bisa membaca posting-an journal ini juga karenanya hehehe.

Keluaran 17:1-7
17:1. Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu.
17:2 Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: "Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum." Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?"
17:3 Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?"
17:4 Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: "Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!"
17:5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah.
17:6 Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.
17:7 Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

Akibat mencobai Tuhan, bangsa Israel harus membayar harga yang mahal untuk tindakan mereka. Generasi pertama yang dibawa-Nya keluar dari bangsa Mesir, dimusnahkan-Nya di padang gurun dan hanya generasi muda yang terlahir berikutnya yang berhak masuk ke Tanah Kanaan. Padahal, generasi bangsa Israel yang mulanya dibawa Tuhan keluar dari bangsa Mesir telah bersusah payah menempuh perjalanan di padang gurun selama 40 tahun! - mungkin jika bangsa Israel tidak banyak mengeluh, tidak bersungut-sungut, dan tidak mencobai Tuhan berulang kali saat di padang gurun, mereka hanya butuh 40 hari saja untuk mencapai Tanah Kanaan yang telah dijanjikan oleh Tuhan untuk mereka diami.

Bilangan 14:22-23
14:22 Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku,
14:23 pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.

Tindakan mencobai Tuhan kadang tidak mau kita sadari. Ketika kita disetir oleh kedagingan, banyak tindakan kita yang tidak berada di koridor-Nya. Jika anda sudah tahu bahwa ngebut itu bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas, ya jangan ngebut. Jika anda sudah tahu bahwa dengan makan secara tidak teratur bisa menyebabkan sakit bagi tubuh, ya atur pola makan. Jika anda sudah tahu bahwa begadang semalam suntuk bisa menyebabkan anda kehilangan konsentrasi dan menimbulkan penyakit parah suatu saat nanti, ya berhentilah begadangan. Jika anda sudah tahu bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, ya jangan mencoba untuk menghisapnya. Jika anda sudah tahu bahwa tayangan porno itu bisa menyebabkan anda terikat dalam dosa perzinahan dan percabulan, ya jangan pernah melihatnya!

Upah dosa adalah maut. Mencobai Tuhan sama saja dengan meremehkan-Nya dan karenanya kita telah berdosa. Menggunakan 'Darah Yesus' atau 'Nama Yesus' untuk mengeluarkan kita dari cengkraman maut akibat dosa kita sendiri tidak akan membuat-Nya turun tangan menyelamatkan kita. Kalau kita memang salah, kenapa juga Ia harus ikut bertanggung-jawab karenanya? (nj@coe).

Saturday, September 27, 2008

Hijau Rumput dan Ilalang

Oleh : Angelina Kusuma

Biji-biji cabai merah yang saya semai di pekarangan rumah seminggu yang lalu, kini mulai tumbuh. Saya memang berniat untuk berkebun di rumah dan karenanya akhir-akhir ini saya rajin mengumpulkan benih-benih sayuran dan tanaman hias lainnya. Saya banyak memperoleh benih-benih tersebut dari teman-teman yang mempunyai hobby bercocok tanam dan juga dari sisa-sisa pembuangan dapur. Biji-biji cabai merah yang tidak ikut dimasak dan sisa-sisa potongan batang kangkung adalah dua jenis sayuran yang saya semai hasil dari pemanfaatan limbah dapur.

Saat biji cabai merah mulai bertunas, ternyata di sekeliling tanah tempat itu juga tumbuh rumput. Karena ukurannya yang masih kecil, agak sulit membedakan mana yang tunas cabai merah dan mana yang rumput. Ditambah lagi, diantara semaian biji-biji cabai merah itu juga ada semaian biji-biji rosela. Membedakan antara gulma dan tanaman yang dikehendaki dalam satu media semai tentu harus berhati-hati. Jika kita gegabah asal menyiangi tanaman, jangan-jangan yang kita cabut justru tunas tanaman yang kita inginkan, bukan rumput atau jenis gulma lainnya.

Meskipun keadaan tunas setiap tanaman hampir mirip, setelah agak besar tentu berbeda hasilnya. Padi dan ilalang dalam satu sawah juga menghasilkan perbedaan setelah keduanya melewati fase tunas. Para petani akan lihai membedakan mana yang padi dewasa dan mana yang ilalang. Padi, semakin tua akan semakin merunduk dengan bulir-bulirnya, tetapi ilalang semakin tua akan semakin menjulang keatas tanpa hasil apapun.

Setelah tunas cabai merah agak dewasa, saya bisa membedakannya dengan rumput-rumput yang juga ikut tumbuh di tanah yang lembab di sekitarnya. Rumput-rumput yang tidak berguna itu selanjutnya saya cabut agar tidak mengganggu pertumbuhan cabai merah yang saya kehendaki. Sama seperti para petani yang pasti akan segera mengambil garu atau sabitnya untuk memisahkan tanaman padi yang ditanamnya dari rumput dan ilalang yang menyertainya.

Rumput dan ilalang adalah jenis musuh yang selalu dihindari oleh petani dan orang-orang yang gemar bercocok tanam. Mereka sama seperti manusia yang punya tabiat menjadi pengganggu dan perusak tatanan di masyarakat. Baik gulma maupun manusia yang hanya bisa menimbulkan pertumbuhan tak sehat bagi dunia sekelilingnya haruslah dibasmi dan dimusnahkan.

Cara pertumbuhan gulma sangatlah cerdik. Mereka lebih kuat mengambil asupan nutrisi yang ada didalam tanah bagi diri sendiri sampai tanaman yang ada disekitarnya kekurangan sumber makanan. Itulah yang menyebabkan rumput dan ilalang terlihat lebih subur dari tanaman lainnya dan selalu lebih hijau. Kehidupan manusia yang suka menggangu kehidupan masyarakat bisa jadi juga terlihat lebih enak daripada yang lainnya. Kehidupan para koruptor, tukang tipu, penggosip, lintah darat, dan lain-lainnya, bisa jadi lebih kaya daripada masyarakat sekitarnya, lebih banyak di kelilingi oleh orang-orang yang siap melayaninya dengan baik, dan lebih terlihat membahagiakan diluar.

Gulma tetaplah pengganggu pertumbuhan tanaman yang harus dibasmi meskipun ia terlihat lebih subur daripada tanaman penghasil buah yang berguna bagi kehidupan manusia. Para koruptor, tukang tipu, penggosip, lintah darat, dan lain-lainnya juga oknum-oknum perusak tatanan masyarakat yang tidak boleh dibiarkan terus berkembang biak.

Hidup haruslah berkualitas tak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi masyarakat. Hijaunya rumput dan ilalang hanyalah sementara. Jika proses penyiangan dan pemisahan antara tanaman bermutu dan tanaman tidak bermutu tiba, mereka adalah hal utama yang akan dicabut dan disingkirkan keluar terlebih dulu. Hidup dengan jalan pintas mungkin terlihat wah dan menggiurkan sesaat untuk diraih dengan mudah. Tetapi imbas dari penyakit masyarakat tidak akan pernah luput dari penghakiman dunia dan penghakiman kekal nantinya. So, be careful with your life (nj@coe).

Matius 6:30, ... jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu ...

Efesus 5:15-17, Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.



Tuesday, September 23, 2008

Hidup Ala Es Teh manis

Oleh : Angelina Kusuma

Pernahkah anda merasai segelas es teh manis? Yup, namanya saja es teh manis. Pastinya berasal dari campuran tiga hal utama yaitu es, teh, dan gula. Rasanya? Pasti juga campuran antara manisnya gula, aroma teh yang khas, dan dinginnya es yang menyegarkan bagi tubuh kita. Es teh manis sangat nikmat, apalagi jika kita meminum minuman tersebut pada saat siang hari yang terik. Hmm ...

Tetapi bagaimana rasanya es, teh, dan gula jika anda harus menikmatinya sendiri-sendiri tanpa dicampur? Rasa es, teh, dan gula tentu berbeda dengan rasa es teh manis. Ketiga komponen pembangun es teh manis ketika berdiri sendiri-sendiri bisa jadi terasa hambar di lidah kita, pahit, atau juga bisa menimbulkan eneg karena satu rasa yang berlebihan.

Hidup kita juga sama seperti es teh manis. Sebelum kehidupan kita sampai pada tujuan akhirnya, mungkin kita akan melalui bagian-bagian hidup yang berliku-liku dan penuh warna, seperti ketika es, teh, dan gula berdiri sendiri-sendiri. Suatu saat kita pasti akan merasai kehambaran hidup seperti rasa es tawar, atau kepahitan dan penderitaan hidup seperti rasa teh, dan juga kebahagiaan hidup seperti manisnya rasa gula. Tetapi semuanya itu masing-masing bukanlah akhir dari tujuan hidup kita.

Es, teh, dan gula harus dicampur dulu agar menghasilkan sajian berupa es teh manis yang nikmat bagi indra pengecap manusia. Demikian juga segala hal yang ada dalam hidup kita tidak bisa berdiri sendiri-sendiri untuk mencapai tujuan akhirnya nanti. Segala hal dari kehidupan kita yang terasa hambar, pahit, dan manis adalah proses untuk dicampur menjadi satu agar kita bisa memenuhi panggilan hidup kita diciptakan di dunia ini.

Mengingini kehidupan yang selalu manis dan bahagia, tidak akan membuat kita sampai kepada tujuan hidup yang sebenarnya. Keadaan saat kita merasa sendiri, ditinggalkan, menderita, dan kepahitan hidup, juga merupakan proses perjalanan yang normal dirasai oleh semua manusia agar menyadari bahwa ia masih hidup di dunia, belum sampai ke tempat yang seharusnya ia berada yaitu di Surga kekal.

Es teh manis berasal dari campuran tiga hal utama, es, teh, dan gula. Ketika ketiganya berdiri sendiri-sendiri, sajian es teh manis tidak akan pernah terwujud. Begitu juga anda! Anda tidak bisa berdiri di sisi kehidupan anda yang manis terus-menerus dan mengingininya terjadi berulang-ulang selamanya. Anda perlu mencampurkan hal-hal baik dan hal-hal yang tidak baik dalam hidup anda agar menghasilkan karakter hidup yang berkualitas di masa depan(nj@coe).

Ayub 2:10b, Tetapi jawab Ayub kepadanya: "... Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"

Yeremia 29:11, Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Monday, September 22, 2008

Friendship is More Than a Relationship

Oleh : Angelina Kusuma

Jalinan persahabatan lebih dari sekedar sebuah hubungan. Setiap hubungan akan bermakna jika ada take and give antar para pelaku dalam hubungan tersebut. Persahabatan tidak akan mempunyai arti lebih jika didalamnya tidak pernah terjadi persinggungan antar pribadi kearah yang saling membangun. Seseorang yang menyebut bahwa orang lain adalah sahabatnya tetapi ia tidak tahu segala sesuatu mengenai dirinya, tidak menandakan sebagai seorang sahabat yang baik bagi orang itu.

Amsal 17:17, Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Hubungan yang sehat menuntut lebih dari sekedar kata-kata atau ucapan bibir saja. Harus ada tindakan nyata untuk membuat hubungannya hidup dan menghidupi pelaku-pelaku didalamnya. Dulu, saya termasuk orang yang sulit bergaul. Saya agak pemalu dan kurang percaya diri untuk memulai pembicaraan atau menjalin persahabatan dengan orang lain. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya saya mengerti bahwa persahabatan itu bukan bagaimana cara kita menemukannya, tetapi bagaimana cara kita memulainya.

Salah satu prinsip indah yang diajarkan oleh Yesus terdapat di Lukas 6:38a, Berilah dan kamu akan diberi. Prinsip ini juga bisa diterapkan dalam persahabatan. Jika kita ingin diperhatikan oleh orang lain, maka perhatikan dia lebih dalu. Jika kita ingin didengar oleh orang lain, maka dengarkanlah dia lebih dulu. Dan jika kita ingin dianggap sebagai sahabat oleh orang lain, maka anggaplah dia sebagai sahabat lebih dulu. Memberi lebih baik daripada menerima. Persahabatan tidak hanya ditunggu tetapi harus dimulai.

Kepiawaian seseorang memulai persabahatan dengan orang lain lebih mengarah pada kemauan yang ada pada dirinya, bukan karena pengaruh karakter pribadi yang dimiliki. Orang yang pemalu dan tidak pandai berbicarapun bisa menjadi sahabat yang baik bagi semua orang jika ia mau membuka hatinya untuk setiap orang yang ditemuinya.

Persahabatan saya dan Ce Yuli, sesama anggota komsel pemuda di gereja tidak berjalan lancar pada mulanya. Saya mengenalnya sudah setahun yang lalu tetapi baru akrab dengannya tiga bulan belakangan ini. Dulu, saya tidak pernah mengetahui pergumulan-pergumulan pribadinya, tidak pernah tahu pengalaman-pengalaman masa lalunya, tidak pernah mengerti hobby-nya, keadaan keluarganya, dan lain sebagainya. Padahal saya sering bertemu dengan Ce Yuli di komsel, di pelayanan gereja dan juga di tempat kerja karena ia bekerja di tempat yang sama dengan saya.

Bisa dibilang persahabatan kami selama setahun lalu hanyalah sebuah hubungan. Meskipun kami sudah berjalan beriringan beberapa waktu tetapi tetap asing satu sama lain. Hubungan kami hanya sebatas rekan kerja dan rekan sepelayanan di gereja, no more.

Semua berubah ketika saya mengambil komitmen untuk lebih dalam mengenalnya. Saya tak ingin menjadi orang yang jago berteori mengenai penginjilan, pemuridan, dan pelayanan kepada Yesus Kristus, tetapi mempunyai pribadi yang cuek dan acuh tak acuh dengan dunia sekeliling saya. Saya ingin menjadi orang yang selalu dekat dengan semua orang yang saya kenal dan berpengaruh positif kepada kehidupan mereka.

Persahabatan adalah seni memulai dan memberi

Karena pada dasarnya saya bukan orang yang pandai bergaul dan cenderung egosentris, memulai persahabatan dengan Ce Yuli membuat saya kikuk di awal-awal usaha untuk menjalinnya. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk memulai pembicaraan seputar pekerjaan ketika di tempat kerja dan memberikan diri baginya, seperti berbagi sebagian dari makanan yang saya dapat kepadanya. Pemberian saya memang tidak ternilai oleh uang. Apalah arti pemberian sebutir buah jeruk, atau lima biji buah sawo, sebungkus keripik pisang oleh-oleh dari saudara atau tetangga saya baginya? Pemberian-pemberian kecil tersebut terlalu murah untuk di nilai dengan uang. Tetapi hati yang mau memberi tidak bisa diukur hanya dengan uang sebagai harganya.

Dari pemberian-pemberian kecil itu, kami bertambah dekat. Tak hanya di tempat kerja, sayapun mulai bertandang ke rumahnya ketika mempunyai kesempatan. Kebetulan saya mempunyai hobby yang sama dengan Mama Ce Yuli yaitu menanam bunga. Dari pembicaraan ringan saya dengan Beliaupun akhirnya membuat saya tak hanya dekat dengan pribadi Ce Yuli, tetapi juga dengan keluarganya. Dari hari ke hari, persahabatan saya dan Ce Yuli bertambah erat melalui hal-hal kecil yang saling kami lakukan satu sama lain. Ketika saya mendapat berkat berupa makanan atau mempunyai makanam lebih dari yang saya masak bersama keluarga di rumah, saya tak pernah lupa untuk menyisihkan sebagian untuk dibawa ke tempat kerja dan berbagi dengan Ce Yuli. Demikian juga dari Ce Yuli dan Mamanya, saya sering mendapatkan kiriman benih tanaman secara gratis.

Persahabatan tak hanya dari hal-hal besar

Bermula dari hal-hal kecil yang kami lakukan untuk sahabat masing-masing, akhirnya membuka pintu sharing kearah rohani bagi saya dan Ce Yuli. Di tempat kerjapun, kami biasa berbagi cerita mengenai kehidupan kami masing-masing, tentang keluarga, tentang masa lalu, tentang cara berkebun, hobby, masak-memasak, pengalaman-pengalaman pelayanan, sampai pergumulan hidup sehari-hari - terutama masalah pasangan hidup huehehe.

Saya menemukan atmosfir pembangun iman baru tak hanya di komsel dan di gereja karenanya. Persahabatan saya dengan Ce Yuli juga merupakan hubungan membangun kearah yang positif bagi iman saya. Meskipun kami berbeda karakter, tetapi kami bisa saling melengkapi satu sama lain. Hubungan antar pribadi seperti saya dan Ce Yuli adalah dasar dari kekokohan sebuah komsel. Dan komsel-komsel yang ada adalah dasar dari kehidupan bergereja. Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Gereja yang besar juga dimulai dari hubungan-hubungan yang manis dan saling mendukung antar jemaatnya.

Tak hanya dengan Ce Yuli, saya juga membuka diri saya kepada anggota komsel pemuda gereja lainnya. Semua dimulai dari hal-hal kecil seperti saling menyapa ketika bertemu dimanapun, saling menanyakan kabar, sms, membangun komunitas di jejaring dunia maya - meskipun kami berasal dari gereja di sebuah kota kecil, bukan berarti kami gaptek lho, mengucapkan selamat ulang tahun kepada mereka yang sedang merayakan, dan lain-lain.

Tidak ada hal sepele yang sia-sia untuk memulai persahabatan. Yesus memberi contoh nyata bagaimana cara Ia memulai pembicaraan dan hubungan yang lebih intim dengan seorang wanita Samaria ketika bertemu di pinggir sumur. Yesus tidak langsung berbicara mengenai Kerajaan Surga yang sudah dekat dan hal-hal yang berbau rohani lainnya meskipun Ia tahu bahwa wanita yang dihadapinya melakukan perbuatan dosa. Ia memulai dengan pembicaraan ringan tentang air minum, sesuai dengan keadaan yang dijumpai-Nya saat bertemu dengan wanita yang hendak mengambil air itu - Yohanes 4:4-26.

Penginjilan, pemuridan, dan pelayanan tidak hanya terjadi saat KKR atau misi PI gereja, tetapi juga melalui persahabatan. Saya, Ce Yuli, dan anggota komsel pemuda gereja kami lainnya membangun pelayanan tak hanya sebatas gedung gereja. Pelayanan kami berlanjut melalui persahabatan dan tindakan sehari-hari di tempat kerja, di lingkungan sekolah, di jalan, di rumah, di dunia maya, dan lain sebagainya.

Menjadi sahabat yang baik bagi semua orang adalah keputusan untuk bertindak demikian, bukan menunggu untuk diperlakukan seperti itu. Tidak ada yang lebih berharga daripada menemukan saudara-saudara seiman yang bisa menjadi cermin bagi yang lainnya. Mulailah memberi diri anda sebagai sahabat bagi orang-orang di sekeliling anda dan lihatlah bahwa pelayanan anda bagi Tuhan Yesus juga akan turut meluas dan berdampak lebih karenanya (nj@coe).



Sunday, September 21, 2008

Back Home

Oleh : Angelina Kusuma

Hari Sabtu kemarin, komsel dewasa muda gereja diadakan di rumah saya. Sejak kepindahan saya ke rumah yang baru ini, satupun dari jemaat gereja belum pernah ada yang datang berkunjung. Oleh karena itu ketika tiba giliran saya ditunjuk untuk menerima anggota berkomsel, saya mengajak mereka untuk datang ke rumah saya yang baru.

Rumah baru saya ini letaknya agak jauh dari pusat kota tempat saya tinggal dan bergereja. Untuk mencapainya diperlukan sekitar 20-30 menit perjalanan menggunakan sepeda motor atau mobil. Dengan ber-15, anggota komsel saya yang terdiri dari para dewasa muda itu mengendarai mobil gereja ke rumah saya. Berhubung ini adalah kali pertama mereka hendak bertandang, sempat terjadi beberapa kali insiden kebingungan mencari alamat rumah sebelum sampai di depan teras saya.

Seorang ibu yang ikut datang, menggeleng-gelengkan kepalanya begitu beliau berdiri di pintu rumah saya dan saya persilahkan untuk masuk, "Angellll, rumahmu yang ini benar-benar jauh! Jalannya banyak yang gelap gulita, sinyal HP sulit lagi, ckckck ... gitu kok kamu berani pulang pergi sendirian dari rumah ke kota tiap hari, malam-malam lagi. Apa kamu nggak takut?"

Ibu ini tahu letak tempat kerja saya dan sedikit banyak memahami setiap kegiatan saya sehari-hari. Tempat kerja saya tak jauh dari gereja dimana saya berjemaat dan jadwal kerja saya biasanya dari pukul 3 sore sampai pukul 11 hingga pukul 12 malam. Sebagai seorang wanita, pulang ke rumah larut malam ditambah puluhan kilometer yang harus saya tempuh tentu saja membuat banyak orang heran karenanya. Belum lagi jadwal kegiatan saya yang super padat saat weekend. Setiap Sabtu, jadwal kerja saya pindah ke pagi hari mulai pukul 7 sampai dengan pukul 3 sore karena ada komsel di malam harinya. Saya harus bolak-balik dari tempat kerja ke rumah sehabis kerja untuk berkomsel - rumah anggota komsel lain banyak yang berada dipusat kota, kemudian kembali lagi ke rumah diatas pukul 10 malam, dan besok paginya saya harus bersiap mengikuti Ibadah Pagi di gereja pukul 7 pagi - jika saya harus melayani di Ibadah Pagi berarti saya harus sudah stand by di gereja pukul 6.30 pagi.

Capek? Pasti! Weekend memang menjadi hari-hari yang cukup melelahkan bagi saya saat ini. Meskipun saya termasuk orang yang mempunyai jadwal super sibuk, sedapat mungkin saya selalu berkomitmen untuk menjaga eksistensi saya dengan membagi waktu sebaik mungkin antara pekerjaan, pelayanan gereja, keluarga, dan kegemaran pribadi saya. Saya sudah mendisiplinkan diri saya sejak kecil untuk meraih keseimbangan diantara semua itu. Memang ada banyak kendalanya, tapi saya tidak pernah menganggapnya sebagai benar-benar batu sandungan untuk terus berjalan maju.

"Ah enggak juga Tante. Saya tidak pernah merasa terbeban untuk pulang pergi dari rumah ini kemana-mana selama ini. Ya memang jauh dan melelahkan dibandingkan rumah yang dulu, tapi kalau sudah berada di rumah juga hilang sendiri kok capeknya."

Saat saya beraktifitas diluar rumah atau diluar kota, semalam apapun itu, jika masih memungkin saya akan tetap menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer untuk kembali lagi ke rumah. Tidak perduli apakah keadaan jalan-jalan yang saya lalui gelap gulita dan adanya kemungkinan menjumpai tindak kejahatan disepanjang jalannya, saya akan selalu pulang! Rumah tak hanya sebagai tempat berlindung bagi saya. Keberadaan orang-orang yang saya kasihi didalamnya lebih menarik saya untuk selalu kembali kesana setelah puas atau penat mengembara beberapa lama di dunia luar.

"Karena aku tahu rumah itu adalah rumah orang tuaku, maka sejauh kakiku melangkah aku akan tetap kembali nantinya."

Tidak ada yang bisa memutuskan tali kekeluargaan. Pepatah dunia berkata, 'ada mantan teman, ada mantan pacar, ada mantan suami/istri, ada mantan tetangga, tetapi tidak pernah ada sebutan mantan anak!'

Lukas 15:20, Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Perumpamaan tentang anak hilang yang diucapkan oleh Yesus dalam Lukas 15:11-32 juga mengisyaratkan tentang kecenderungan seorang anak untuk kembali ke rumah orang tuanya setelah ia lelah menghadapi penderitaan yang dialaminya ketika keluar dari rumahnya. Anda dan saya juga pasti akan kembali ke 'rumah' Bapa kita yang sebenarnya nanti di kekekalan.

Apapun yang kita alami di dunia ini hanyalah sementara waktu. Rumah kita yang sesungguhnya tidak terbuat dari beton atau sebatas bangunan gedung secara jasmani tetapi terletak pada kekekalan. Yesus yang adalah Tuhan kita telah kembali ke Surga untuk mempersiapkan rumah-rumah bagi kita disana.

Yohanes 14:2-3, Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

Jika kita menyadari bahwa rumah kita yang sebenarnya bukanlah di bumi ini dan setiap kita pasti akan menuju kesana, seharusnya kita tidak perlu banyak mengeluh dan bersungut-sungut saat menjalani hidup di dunia. Saya rela menempuh perjalanan disetiap malam yang larut hanya untuk kembali ke rumah orang tua saya, si bungsu juga rela meninggalkan kehidupan lamanya untuk kembali ke rumah ayahnya, demikianlah kiranya sikap kita menghadapi kehidupan masing-masing sebelum kembali ke alam keabadian.

Kita semua harus bersiap untuk kembali ke rumah Bapa setiap waktu. Yesus sudah menjadi yang sulung untuk mempersiapkan rumah-rumah sorgawi kita disana. Semua penderitaan dan cobaan hidup yang kita alami saat ini tidak sebanding dengan apa yang akan kita peroleh di rumah kekekalan. Jika kita antusias melihat ke depan, memandang ke rumah Bapa kita yang kekal di Surga, semua halangan seberat apapun itu akan terasa ringan bagi kita.

Jalani hidup dengan penuh sukacita, karena kita semua pasti akan kembali ke rumah Bapa yang kekal. Dan karena kita sudah mempunyai jaminan atau surat kepemilikan Surga yang sah, tidak ada alasan untuk undur diri menghadapi segala problema hidup (nj@coe).

Monday, September 15, 2008

Kena Tilang Deh!

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa Minggu belakangan ini, Tuhan sepertinya sedang mengajari saya melalui banyak hal-hal yang salah dan tidak semestinya. This one again ...

Hari Minggu tanggal 7 September 2008 seusai mengikuti kebaktian Ibadah Raya Pagi di gereja, saya pulang mengendarai sepeda motor dengan santai. Sepanjang jalan saya bersenandung riuh menyanyikan lagu-lagu pujian yang paginya saya lantunkan bersama tim choir gereja untuk ibadah. Laju sepeda motor saya agak tersendat saat melewati kerumunan pasar induk Somoroto. Di bulan puasa menjelang hari raya Idul Fitri seperti ini, suasana pasar induk selalu ramai di hari pasaran - tradisi orang Jawa biasanya menetapkan hari-hari tertentu untuk melakukan transaksi jual beli di pasar yang disebut hari pasaran. Ketika saya berhasil melewati pasar induk dan menyeberangi sebuah jembatan, tiba-tiba motor saya diberhentikan oleh mobil pratoli polisi yang parkir di sisi jalan raya.

"Maaf mbak, bisa lihat SIM dan STNK-nya?" Mendengar permintaan polisi ini, saya langsung membuka tas saya, mengeluarkan dompet, mengambil SIM C dan menyerahkannya kepada polisi yang berdiri di dekat saya, kemudian ... oooomaigatttt ... Saya mengeluarkan seluruh isi tas saya dengan terburu-buru. Alkitab, dompet, jubah choir ... kemudian mengobrak-abrik semuanya.

"STNK saya tidak ada pak."
"Silahkan ke mobil untuk menerima surat tilang."

Duar, baru kali ini saya terkena tilang polisi! Selama ini saya adalah pengendara sepeda motor yang baik. Belum pernah melanggar peraturan lalu lintas sekalipun - kecuali kadang menerobos trafict light kalau sedang tidak ada polisi yang berjaga hehehe. Dengan bersedih hati saya terpaksa mengeluarkan uang Rp. 20.000,00 untuk menebus SIM C saya yang hendak ditahan karena melanggar peraturan tidak membawa surat-surat kendaraan bermotor dengan lengkap - dilarang meniru adegan ini at home! wkwkwk, gw males ikutan sidang soalnya.

Saya dongkol dengan kejadian Minggu pagi itu. Bagi saya, mengeluarkan Rp. 20.000,00 hanya karena lupa tidak mambawa STNK sungguh keteledoran besar. Semuanya dipicu hanya karena saya salah memasukkan STNK di malam hari sebelumnya ke tas yang berbeda dengan yang saya bawa untuk ke gereja paginya. Gara-gara kejadian ini juga, saya harus mendapat kopi pahit special pakai cabe pedas dari Papi dan Mami saya sesampainya di rumah.

Hari Minggu kemarin tanggal 14 September 2008 seusai mengikuti kebaktian Ibadah Raya Pagi di gereja, saya kembali pulang mengendarai sepeda motor dengan santai. Pagi ini tak disangka-sangka memiliki alur yang hampir mirip dengan hari Minggu sebelumnya. Sama-sama merupakan hari pasaran di pasar induk Somoroto, dan ketika saya menyeberangi jembatan seperti Minggu kemarin ... ada mobil pratoli polisi yang juga berhenti di sisi jalan, siap memberhentikan saya dan pengendara sepeda motor yang lain disana.

Deg! Seketika itu juga saya terhenyak menyaksikan dejavu kejadian dua Minggu beruturut-turut ini. Di hari yang sama dan di jam yang sama pula, saya diberhentikan oleh polisi untuk dimintai memperlihatkan SIM C dan STNK sepeda motor saya.

Kali ini dengan tenang saya membuka tas saya, mengeluarkan dompet saya, mengambil SIM C dan STNK saya kemudian memberikannya kepada polisi. Yeah, saya sudah belajar dari kesalahan saya di hari Minggu sebelumnya. Saya tidak mau melakukan kesalahan yang sama terus-menerus di masa-masa yang akan datang. Setiap kali keluar dari rumah membawa sepeda motor, saya sudah memeriksa dengan seksama keberadaan SIM C dan STNK di dompet saya. Hasilnya, kali ini saya lolos pemeriksaan!

"Yeeeeee ...", hati saya bersorak ketika polisi yang memeriksa surat-surat saya kembali menyerahkan SIM C dan STNK saya sambil berterima kasih. Seorang polisi yang seingat saya menjatuhkan surat tilang kepada saya Minggu kemarin menunjuk-nunjuk saya dengan jari telunjukkan ketika saya melewatinya.

"Maaf pak, kali ini saya lolos pemeriksaan. Sudah bawa SIM C dan STNK lengkap! Hahaha." Saya melajukan sepeda motor saya melewati para polisi yang tengah memeriksa dan menilang para pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas itu sambil 'nyengir kuda'. Puas rasanya kali ini lolos tilangan polisi hehehe. Sepertinya Tuhan menjadikan hari Minggu kemarin untuk memperbaiki kesalahan saya di hari Minggu sebelumnya!

Kesalahan adalah tempat berharga untuk belajar. Tuhan mengizinkan kesalahan terjadi dalam hidup kita agar berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang lebih fatal di hari-hari berikutnya. Ketika kita tidak melakukan tindakan yang sesuai Firman Tuhan, itu juga kesalahan dan kita berdosa kepada-Nya. Tetapi Ia tidak akan pernah membiarkan kita seterusnya berkubang dalam kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita perbuat itu. Ia akan memberikan hari-hari dan kesempatan-kesempatan lain untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita di masa lalu setelah belajar bertindak lebih baik darinya.

Setiap hari adalah pemberian dari Tuhan. Setiap waktu adalah kesempatan untuk melakukan hal-hal untuk kemuliaan-Nya. Kesalahan bukannya tidak bisa diperbaiki lagi. Tetapi kesalahan adalah cara agar kita selalu waspada untuk memperbaiki diri dari hari ke hari dan menjadi lebih baik dari detik yang bergulir. Jika Tuhan menilang anda karena kesalahan yang anda perbuat sendiri, segera bayar konsekuensi karena kesalahan anda dan belajar agar esok tidak mengulang kesalahan yang sama lagi!



Sunday, September 14, 2008

Jangan Mati Dulu

Oleh : Angelina Kusuma

Keadaan lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi karakter seseorang. Jika lingkungan tempat tinggalnya buruk, tentu bisa meninggalkan pengaruh kurang baik baginya, demikian juga sebaliknya.

Awal bulan September ini jadwal ber-komsel saya di gereja berubah. Sesuai range usia, seharusnya saya masih ada di komsel pemuda. Tetapi berhubung rekan sekerja saya sekarang berasal dari gereja dan komsel yang sama, mau tak mau harus ada reschedule antara kami berdua agar terjadi keseimbangan antara jadwal kerja, jadwal pelayanan, dan jadwal ber-komsel di gereja. Dengan berbagai pertimbangan pula, akhirnya saya memilih menyerahkan hari Kamis malam sebagai jadwal ber-komsel untuk rekan sekerja saya, sedangkan saya memilih hari Sabtu malam sebagai jadwal ber-komsel saya meskipun agak dipaksakan. Kali ini saya masuk di komsel dewasa muda yang rata-rata usianya sudah 30 tahun keatas dan sudah berkeluarga.

Saya tidak pernah mempermasalahkan dimana saya harus ber-komsel selama ini. Bagi saya, komsel adalah ajang untuk berbagi lebih dalam dengan jemaat gereja lainnya tempat saya bertumbuh dan mengenal Firman Tuhan lebih jauh daripada sekedar menangkapnya di hari Minggu saja. Saya menganggap komsel itu juga penting diikuti oleh anak-anak Tuhan selain mengikuti ibadah gereja di hari Minggu. Cakupan komsel yang lebih kecil daripada jemaat Mingguan membuat setiap pribadi lebih bisa terfokus mendalami Firman Tuhan.

Meskipun selama ini saya tidak pernah mempermasalahkan dimana saya harus ber-komsel, nyatanya keikutsertaan saya di komsel dewasa muda gereja Sabtu malam kemarin sempat membuat saya merasa 'salah alamat' seminggu berikutnya. Saya adalah anggota termuda di komsel dewasa muda itu sekaligus yang belum menikah sendiri - hahaha, namanya juga salah masuk range. Awalnya saya cukup enjoy dengan suasana komsel yang menerima alasan saya ikut bergabung dengan mereka karena harus berbagi jadwal dengan rekan sekerja saya dan 'daripada nggak ikut komsel to?'. Tetapi begitu masuk ke share kehidupan pribadi masing-masing, saya tercengang!

Seorang Ibu bersaksi tentang kepergian suaminya akibat tergoda oleh wanita lain dan karenanya sekarang ia harus menghidupi anak-anaknya sendirian sebagai single parent. Saya garuk-garuk kepala saat mendengar kesaksian Ibu ini. Ini bukan kali pertama saya mendengar kisah seperti ini sebenarnya. Di forum Kristen online tempat saya biasa berbagi kisah dan masalah seputar ke-Kristenan di dunia maya, saya sering ikut menjawab kisah-kisah yang mirip seperti kisah Ibu ini dari member yang ada. Kalau di internet saya bisa santai menanggapinya, ternyata begitu berhadapan dengan orang asli yang mengalami hal seperti ini secara nyata membuat saya 'keder' juga.

Seminggu sejak kejadian di komsel dewasa muda perdana yang saya datangi, saya selalu bertanya-tanya kepada Tuhan. "Wah, beneran ni salah masuk Tuhan. Aku mau balik ke komsel pemuda lagi aja. Dewasa muda belum masaku ... Mereka terlalu dewasa, aku masih anak-anak."

Saat saya menceritakan kasus saya yang salah masuk komsel ini ke seorang teman, ia pun tertawa menaggapinya.

A: "Kayaknya bukan loe banget deh kalau ngrasa nggak bisa beradaptasi dengan cepat di sebuah lingkungan baru. Bukannya loe biasa dengan keadaan out of control yang kebalik-balik selama ini?"
Enjie: "Yee, ini beda bu. Gw aja merit belum, ni udah ngadepin cerita seorang Ibu ditinggal suaminya pergi sama wanita lain. Wuekk, berat amat kasusnya ... Nggak sanggup gw kalo ndengerin kisah gini atau sejenisnya tentang rumah tangga terus-menerus."
A: "Ambil positifnya aja kali. Dengan begitu kan loe tahu kalo pernikahan itu nggak main-main dan kasus-kasus negatif seperti yang loe baca di internet, koran, atau tv itu ada dan loe harus hati-hati agar nggak jatuh dilubang yang sama dengan mereka saat membina rumah tangga nanti."
Enjie: "Iya sie, tapi tetep aja gw belum bisa terima cerita gitu dengan iklas sekarang. Belum waktunya ..."
A: "Iyalah, kan loe belum merit bo'. Kalo loe terima kesaksian Ibu itu mentah-mentah jangan-jangan loe mutusin bakal nggak merit seumur hidup abis ini wkwkwk."
Enjie: "Nggak lah. Jangan sampek gw terimpartasi yang negatifnya dan dalam nama Yesus nggak bakal gw kena masalah kayak gitu!"
A: "Ya udah. Loe kan udah tahu kalo di dewasa muda ya pasti yang dibahas soal keluarga masing-masing nggak seperti di pemuda yang rata-rata masing single atau pacaran. Tinggal loe cover diri aja. Ambil yang baik dari mereka, buang yang buruk dan ambil pembelajaran darinya."

Mendengar kata-kata teman saya ini, akhirnya mengingatkan satu bab dari buku The Purpose Driven Life-nya Rick Warren yang pernah saya baca. Ketika kita sedang menghadapi masalah, jangan bertanya, "Mengapa ini terjadi padaku Tuhan?" tapi katakanlah, "Apa yang ingin Engkau mau aku pelajari dari sini?"

"Yeah, aku emang nggak boleh nyerah dengan situasi yang kurang mendukung ini. Kalo cuma masalah gini gw nyerah nggak mau ke komsel berarti aku pengecut ah." Makanan yang disodorkan ke mulut saya kali ini memang lebih keras dari yang seharusnya saya makan. Memuntahkannya kembali dan menolak memakannya tidak akan pernah membuat saya bertumbuh lebih dewasa. Perbedaan usia, perbedaan generasi, dan perbedaan latar belakang tidak boleh membuat saya berhenti ber-komsel, ini adalah keputusan terakhir yang saya ambil setelah perjuangan dengan doa selama seminggu sesudahnya.

Sabtu malam kemarin saya kembali melenggang masuk ke komsel dewasa muda. Kali ini saya lebih ringan bebannya setelah memantapkan diri dengan berdoa minta kekuatan dari Tuhan. Sebuah ice breaker yang dilakukan diawal komsel, juga memberi saya celah untuk mengetahui seberapa jarak yang harus saya kejar dari keberadaan saya di komsel ini. Ice breaker ini dilakukan oleh masing-masing berpasangan dua orang. Secara bersamaan, satu orang membuat pertanyaan dan lainnya membuat jawabannya tanpa ada interaksi sebelumnya. Kali ini saya berpasangan dengan seorang Bapak-bapak yang anak pertamanya seusia saya.

"Wah, beda generasi nie. Pasti aneh hasilnya." Setelah dicocoknya antara pertanyaan yang dibuat oleh si Bapak dan jawaban saya, ternyata memang memperlihatkan gap yang cukup lebar. Beliau mengajukan pertanyaan seputar kondisi kerohanian sesuai dengan kapasitas Beliau, tetapi saya memberikan jawaban sesuai dengan tingkah laku saya sehari-hari - namanya juga anak muda, pake gaul lagi hehehe.

Kelompok saya adalah kelompok paling 'joko sembung naik vw' alias 'enggak nyambung weee' dibandingkan dengan kelompon-kelompok lain. Semua pertanyaan dan jawaban yang ada sama sekali tidak ada kesinambungannya. Dan itu membuat saya mengerti bahwa saya harus banyak belajar dari senior-senior saya di komsel dewasa muda ini yang jelas jauh lebih lama hidup daripada saya, jauh lebih berpengalaman di dunia Kristen daripada saya, dan jauh lebih banyak makan asam dan garam kehidupan daripada saya.

Jika di lingkungan pemuda saya bisa bertingkah dan berfikir seperti pemuda lainnya, di lingkungan dewasa muda ini saya dituntut untuk menyesuaikan diri juga dengan lingkungan. Tentu tidak sopan jika saya mengeluarkan bahasa gaul seperti, "So what gitu loh?", "Kok loe gitu sie?", "Cape' degh", "Sumpeh loe?", "Ya iyalah, masa iya dong", dan lain-lain di depan para Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang rata-rata usianya sama seperti Papi, Mami, dan kakak-kakak saya. Lingkungan baru ini membuat saya belajar untuk lebih bersikap dewasa dan bertindak semakin bijaksana.

Kali kedua keberadaan saya di komsel dewasa muda mulai menjurus kearah lebih serius lagi yang jarang saya dapatkan di komsel-komsel pemuda sebelumnya. Apa itu? Wuah, soal kesaksian metode penginjilan, peneguhan karunia-karunia pelayanan dan talenta masing-masing pribadi, sampai kesaksian mengenai karunia penyembuhan dan kuasa iman. Saya mendapatkan banyak hal dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang ada itu untuk memantapkan kerohanian saya ke level yang benar-benar dewasa. Kesaksian seorang Bapak yang saat ini sedang menginjili rekan sekerja yang belum pernah kenal Yesus dengan kuasa kesembuhan yang ada padanya membuat saya tak urung gigit jari.

"Iiihhh, pingin bisa kayak Bapak itu ..." Selama ini pelayanan saya masih lebih mengarah pada memuridkan orang lain, belum seutuhnya mem-PI orang yang tidak pernah bersentuhan dengan Kristus sama sekali - pernah beberapa kali ikut mem-PI orang yang belum mengenal Kristus semasa kuliah dulu, tapi belum ada yang berhasil percaya Kristus sampai sekarang. Berada diantara orang-orang yang sudah mempraktekkan Injil 'keluar kandang' ini tak urung membuat saya kembali diingatkan akan orang-orang yang belum mengenal Kristus di sekeliling saya. Kembali meneguhkan bahwa satu nyawa itu sangat berharga bagi Tuhan dan menanamkan satu prinsip baru dalam hidup saya, 'Jangan mati dulu sebelum membawa minimal satu jiwa bagi Kristus'.

Sekarang saya merasa beruntung dengan keadaan yang saya dapat ini. Ada dua dunia yang agak berbeda menjadi tempat saya bertumbuh. Dunia pemuda dengan semangat dan semaraknya dan dunia dewasa muda dengan makanan-makanan rohani serba kerasnya. Semuanya adalah pendewasaan iman bagi saya. Meskipun diawalnya saya kurang nyaman dengan kesalahan tempat yang memaksa saya untuk bertindak lebih jauh dari yang seharusnya, saya mengimani bahwa baik atau buruk, keadaan yang tepat atau tidak tepat, bisa dipakai-Nya untuk membangun saya menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Manusia dewasa bisa menelan semua jenis makanan yang disodorkan ke mulutnya dan merespon cepat terhadapnya. Jangan tolak didikan Tuhan meski Ia membawakanmu sepotong tongkat untuk memukulmu dengan keras.

Amin?

Ini waktunya untuk menjadi penuai-penuai akhir zaman yang tak pernah lelah membawa jiwa-jiwa bagi kemuliaan Yesus!

Tuesday, September 09, 2008

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Hal

Oleh : Angelina Kusuma

Hari Sabtu tanggal 6 September 2008 kemarin adalah weekend terheboh yang saya alami dalam beberapa bulan terakhir ini. Saya adalah seorang wiraswasta yang mempunyai sebuah unit usaha kecil berupa warung internet di kota Ponorogo. Selama hampir tiga tahun warnet saya berdiri, baru kali ini terjadi masalah kunci hilang di tempat saya.

Saya hanya mempunyai satu rekan kerja yang membantu saya mengawasi kinerja di warnet ini - warnet beroperasi sekitar 16 jam setiap hari dengan jam kerja rata-rata 8 jam sehari per orang. Sabtu pagi kemarin saya yang bertugas jaga warnet karena malamnya saya harus ikut komsel Dewasa Muda di gereja. Saya dan Ce Yuli - nama rekan sekerja saya di warnet - berasal dari gereja yang sama, usia kami seumuran, dan rekan sepelayanan saya di tim choir gereja. Untuk mengatasi bentrokan jadwal kerja dan pelayanan di gereja, kami berdua selalu mengatur jadwal setiap hari. Hari Kamis malam Ce Yuli ikut komsel Pemuda di gereja, sedangkan saya ikut komsel Dewasa Muda di hari Sabtu malamnya. Jika saya masuk pagi maka Ce Yuli masuk sore dan juga sebaliknya. Saling bertukar jam kerja untuk mengatasi jadwal pelayanan, komsel, dan kegiatan sehari-hari adalah hal yang biasa untuk kami berdua.

Komsel Dewasa Muda yang saya ikuti hari Sabtu kali ini sampai pukul 10 malam lebih. Warnet saya biasa tutup pukul 11 malam setiap hari. Jarak warnet dan gereja hanya sekitar 500 meter. Biasanya setiap kali pulang dari gereja, saya menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan warnet. Siapa tahu, Ce Yuli butuh pertolongan disana atau sekedar melihat keadaan warnet sedang baik atau tidak. Tetapi malam itu karena saya sudah kecapaian akhirnya hanya lewat didepan warnet saja tanpa berhenti kemudian pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motor.

Sampai di rumah, saya juga langsung masuk ke kamar tidur untuk beristirahat, mempersiapkan diri di esok hari Minggu karena ada jadwal pelayanan bersama tim choir gereja di Ibadah Raya Pagi. Baru sekitar 40 menit saya terlelap, tiba-tiba handphone saya berdering. Ce Yuli mengabari saya sebuah berita buruk, 'kunci warnet yang dipegangnya hilang!' Waktu menunjukkan pukul 23.40 WIB ketika kabar itu sampai di telinga saya.

Menerima kabar bahwa kunci warnet hilang ditengah malam itu terang mambuat saya panik. "Aset puluhan jutaku, hasil kerja kerasku selama hampir tiga tahun ... terancam", ini yang ada di otak saya pertama kali ketika mendengar kabar buruk ini. Mana jarak rumah saya dan warnet - setelah kepindahan saya 2 bulan yang lalu dari rumah lama di pusat kota - bisa dibilang sangat jauh. Rumah saya yang sekarang di pinggiran kota Ponorogo, agak masuk ke desa. Jaraknya jika ditempuh dengan sepeda motor dari rumah ke warnet antara 25 sampai 30 menit.

Konflikpun terjadi. Saya tidak mungkin keluar rumah jam 12 malam seperti itu seorang diri. Papi dan Mami saya juga bukannya membantu menyelesaikan masalah tapi justru berkata-kata pedas. Wah, serumah panas semua - hehehe. Tidak ada yang mau pergi ke warnet untuk memberikan kunci duplikat yang masih tersisa kesana - saya dan Ce Yuli masing-masing pegang satu kunci.

Berhubung tidak ada orang rumah yang mau mengantarkan kunci ke warnet, akhirnya dengan berat hati saya hanya bisa berkata, "Ce, mau nggak mau kamu harus tidur di warnet malam ini. Besok pagi-pagi sekali aku baru bisa jemput kamu ..." Rasanya ingin menangis waktu saya mengucapkan kata-kata itu. Antara bingung memikirkan aset warnet yang bisa saja dijebol orang yang menemukan kunci warnet - yang hilang adalah kunci pintu utamanya - dan tidak tega membiarkan Ce Yuli yang juga wanita tidur di warnet seorang diri.

Malam itu juga acara tidur saya menjadi terganggu. Saya terjaga lebih dari jam 1 pagi hanya memikirkan soal warnet dan Ce Yuli.

"Tuhannn, warnetku piye? Itu aset terbesarku ... kalau kebobolan maling habis sudah ..." Pikiran saya penuh dengan ketakutan kehilangan aset warnet. Warnet ini memang saya dirikan setelah melalui perjuangan yang keras selama tahun-tahun sebelumnya. Tiga tahun saya harus mengumpulkan keberanian untuk melepas pekerjaan-pekerjaan saya sebelumnya dan memantapkan diri untuk menggapai impian saya sebagai wirausahawan. Tiga tahun berikutnya, saya juga bekerja keras untuk memajukan warnet kecil ini dengan tenaga saya sendiri tanpa ada campur tangan dari orang lain. Jika saya over protective terhadap warnet yang sudah dengan susah payah saya dirikan ini, mungkin semua orang juga akan menganggukkan kepala setuju.

"Tapi Angel ... warnet itu sebenarnya bukan milikmu!"

Deg!!! Saat saya mendengar bisikan ini di hati, seketika itu juga saya terbangun dari tidur. Tuhan mengingatkan saya bahwa Dialah Pemilik warnet saya yang sah! Saya hanyalah pengelolanya di bumi ini yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Dia. Akhirnya hari itu saya tutup dengan doa penyerahan total ke tangan Tuhan. Melalui peristiwa ini saya diingatkan bahwa secanggih apapun saya mengelola unit-unit usaha saya, jika Tuhan tidak berkehendak maka semua akan diambil lagi oleh-Nya. Semua yang kita punyai adalah milik-Nya dan kita hanyalah pengelola-pengelola-Nya sementara waktu selama mengembara di dunia. Ketika kita dipanggil kembali ke kekekalan nanti, kita tidak akan membawa apa-apa meskipun kita mempunyai aset bernilai milyaran juta Rupiah.

Pukul 5 pagi di hari Minggu, saya sudah keluar dari rumah menuju warnet. Sampai di warnet, saya bernafas lega mendapati Ce Yuli masih sehat disana. Saya mengantarnya ke rumah, menunggunya mandi, dan berganti pakaian kemudian bersama-sama pergi ke gereja. Hari itu kami berdua sama-sama di satu tim choir Ibadah Raya Pagi, jadi harus sudah siap di gereja 30 menit sebelum ibadah dimulai untuk mengikuti doa pelayan mimbar terlebih dahulu.

Sebelum doa pelayan mimbar dimulai, saya terpanggil untuk membereskan hati saya yang sempat kacau balau gara-gara tengah malam kemarin. Saya ingat disatu ayat, bahwa sebelum kita mempersembahkan persembahan kita dihadapan Tuhan, kita harus mendamaikan diri terlebih dahulu jika sedang bermasalah dengan salah seorang saudara kita. Dan saya sadar betul, kejadian malam sebelumnya juga membuat hubungan saya dan Ce Yuli sedikit tegang karenanya yang pasti akan terimbas pada pelayanan kami jika tidak dibereskan segera.

"Tuhan ampuni aku. Aku hendak melayani pekerjaan-Mu didepan mimbar gereja, layakkan aku sebelum aku naik keatas sana dan damaikan aku dengan Ce Yuli sekarang."

Selesai berdoa pribadi dan ikut doa pelayan mimbar, akhirnya saya bisa tersenyum lepas kearah Ce Yuli - hahaha. Yah, apapun yang terjadi, semua adalah kehendak Bapa di Surga. Tidak ada yang salah dalam hal kunci warnet yang telah hilang. Ce Yuli sudah menebusnya dengan menjagai warnet semalam dengan tidur didalamnya dan itu sudah cukup sebagai tanda pertanggungan-jawabnya kepada saya.

Ini juga hebatnya orang Kristen. Kita mempunyai karunia untuk mengampuni kesalahan orang lain dengan segera ketika kita mau melibatkan Tuhan didalamnya. Pagi itu saya bisa melayani bersama tim choir dengan antusias seperti biasanya seperti tanpa beban. Yesus sudah mengubah hati saya yang gerah selama 8 jam sebelumnya menjadi damai, sedamai-damainya. Selesai mengikuti Ibadah Raya Pagi, saya dan Ce Yuli pun bisa kembali ke warnet sambil bernyanyi bersama-sama sepanjang perjalanan.

"Aku percaya bahwa Allahku
Selalu turut bekerja bagiku
Tuk mendatangkan kebaikan bagiku
Yang mengasihi-Mu Tuhan
Aku percaya"

Sama seperti lirik lagu 'Allahku S'lalu Turut Bekerja'-nya Jonathan Prawira, itulah sebenarnya kisah yang tengah saya alami bersama Ce Yuli kali ini. Saya percaya satu hal bahwa hal buruk yang kami alami kali ini adalah sebuah pembelajaran bagi kami berdua agar semakin dekat dengan Yesus dan satu sama lain. Setelah membereskan peralatan tidur yang digunakan Ce Yuli semalam, kami juga bersama-sama membuka warnet dan menyambut user-user kami yang pertama.

"Coba cari kuncinya dideretan pedagang kaki lima depan SMP 1, Ngel. Paling kuncinya kemarin lupa tak tinggal disana waktu reparasi jam", kata Ce Yuli ketika saya hendak pergi menggandakan kunci warnet.

Saya mendatangi alamat yang diberikan oleh Ce Yuli sebelum melaksanakan niat saya ke ahli duplikat kunci. Meskipun hanya mengira-ngira dan tidak yakin 100% bahwa kunci yang hilang itu bisa kembali lagi, akhirnya saya belok juga ke sebuah pedagang kaki lima yang mangkal didepan SMP 1 Ponorogo seperti petunjuk Ce Yuli sebelumnya.

"Pak nyuwun sewu nderek tanglet, dek wingi nopo wonten kunci ketinggalan teng mriki nggih."
(Pak maaf numpang tanya, kemarin apa ada kunci tertinggal disini?).

"Kunci ... o nggih wonten ..."
(Kunci ... o ya ada ...)


Wuah, plong rasanya ketika si Bapak pedagang kaki lima itu berkata demikian. Istrinya yang ada disampingnya kemudian menyerahkan sebuah kunci kepada saya. Setelah mengucapkan terima kasih, sayapun kembali ke warnet sambil bersukacita.

"Lihat, Aku bisa mengembalikan apa yang Ku kehendaki tetap ada padamu dengan cara apapun!"

Yes!, Tuhan memang lebih berkuasa! Dia berhak mengambil apa yang dimaui-Nya dan bisa memberikan apa yang ingin Ia berikan kepada kita dalam hitungan detik jika sudah berkehendak. Saya belajar banyak hal dari peristiwa Sabtu tengah malam itu. Dari sana, Ia kembali mengingatkan saya bahwa meskipun saya mampu mengelola aset puluhan juta yang ada di warnet saya dengan baik, saya tetap bukan pemiliknya yang sah. Saya hanya pengelola yang telah dipercayai oleh Tuhan untuk mengelola aset tersebut. Peristiwa ini juga memberi pelajaran pengendalian emosi dalam diri saya dan mengedepankan kasih dalam segala hal, mendekat saya dengan Ce Yuli bukan hanya sebagai rekan sekerja dan rekan sepelayanan di gereja tetapi juga sebagai sahabat dan saudara.

Setiap hari adalah tertandingan iman bagi kita. Setiap masalah yang terjadi mengandung arti pembentukan karakter kita hingga seperti Kristus. Ketika masalah datang, jangan bertanya "Mengapa ini terjadi ...", tapi tanyalah kepada Tuhan "Apa yang Engkau mau aku pelajari dari sini?"

Mulai hari Minggu hingga hari ini, Tuhan membuka perbendaharaan kas-Nya untuk warnet saya lebih dari yang saya targetnya setiap hari. Tiga hari ini hampir sepanjang jam rata-rata kependudukan user di warnet dibuat penuh oleh-Nya, sampai ada waiting list user yang rela meluangkan waktu beberapa saat untuk sekedar menunggu user lain selesai menggunakan rent computer-nya - padahal warnet-warnet sudah menjamur di kota ini. Saya yakin hal ini tidak akan terjadi kepada warnet saya jika saya melawan didikan Tuhan kemarin. Didalam Dia, masalah-masalah yang buruk bisa diubah-Nya menjadi berkat-berkat jasmani dan rohani yang tak akan pernah habis kita nikmati.

Amin!

Matius 5:23-24, Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Roma 8:28, Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.