Tuesday, August 23, 2016

Hal-hal yang wajib dikerjakan sebelum dewasa (30-35 tahun)

Oleh: Angelina Kusuma


Anak-anak muda zaman sekarang banyak yang hidupnya kurang maksimal karena gagal fokus. Masih usia SMP saja sudah banyak yang sibuk cari pacar, hidup hura-hura, hidup terlalu santai tanpa perencanaan masa depan yang matang...sehingga saat masa dewasanya tiba, mereka tidak siap dengan beban hidup yang berat.

Beranilah tampil beda diantara teman-temanmu. Beranilah mengambil keputusan untuk menggunakan masa mudamu untuk hal-hal yang positif, mengesampingkan sejenak gejolak darah mudamu, sehingga kamu menjadi manusia diatas rata-rata saat memasuki usia 30-35 tahun nanti.

Beberapa hal dibawah ini wajib kamu kerjakan sebelum memasuki usia dewasa (30-35 tahun):

1. Baca buku sebanyak-banyaknya

Buku adalah jendela dunia. Banyak ilmu yang terkandung didalam satu buah buku. Saat memasuki jenjang sekolah SMP-SMU, saya adalah kutu buku. Hampir ratusan buku telah saya lahap di usia muda saya dan itu menjadi bekal yang kuat dalam kehidupan saya sampai sekarang. Ambillah komitmen untuk membaca 1 buku dalam 1 minggu/1 bulan. Kamu bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan sekolah/daerah dan mulailah menggali ilmu dari buku-buku yang membangun.

2. Kuasai minimal Bahasa Inggris

Mau tak mau, Bahasa Inggris-mu harus sampai level 'aktif', bukan sekedar jago mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris secara tulisan/pasif. Menguasai Bahasa Inggris aktif dan pasif bisa membawamu ke bangsa-bangsa nantinya, karena setiap bangsa di dunia ini pasti menggunakan Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasionalnya.

3. Belajar menabung

Kebiasaan menabung tidak serta merta lahir dalam satu atau dua hari. Kebiasaan ini lahir dari kebiasaan yang kita lakukan bertahun-tahun. Maka dari itu, mulailah mengumpulkan beberapa ribu Rupiah untuk ditabung sehingga itu menjadi kebiasaan yang baik sampai usiamu dewasa nantinya. Jangan belanjakan semua uang saku dari orang tuamu untuk hal-hal yang kurang perlu. Ingat, masa depanmu masih panjang. Jadi mulailah berhemat dan menabung.

4. Aktif di kegiatan organisasi

Manfaatkan usia mudamu untuk berorganisasi. Dari situ kamu bisa belajar management, team work, kedisiplinan sampai memperluas area pertemananmu. Tapi meski kamu sibuk berorganisasi, jangan pernah tinggalkan kewajiban sekolahmu. Keduanya bisa berjalan beriringan jika kamu bisa mengatur waktu. Saat sekolah dulu, saya aktif di OSIS, KIR, Pramuka, HIMA sampai PALA. Dan semuanya membawa dampak positif bagi perkembangan karakter saya hingga sekarang.

5. Jangan mempunyai keinginan untuk menjadi karyawan, tapi punyailah jiwa entrepreneur/menciptakan lapangan pekerjaan

Ini penting! Jika kamu menjadi karyawan, kamu akan terikat pada pekerjaanmu dan waktumu terbatas. Tapi jika kamu bisa menjadi entrepreneur, kamu bisa mengatur waktu dengan sesukamu dan kamu bebas berekspresi. Makanya, bercita-citalah untuk menjadi seorang pengusaha sejak muda dan berlarilah meraihnya!

6. Kembangkan hobi-hobi yang positif

Perlu bagi kamu untuk menguasai beberapa hal dan mengembangkannya secara serius. Banyak orang menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pribadinya bermula dari sekedar hobi. Banyak hobi yang positif yang pantas kamu coba, seperti menulis, menggambar, fotografi, olah raga, berdagang, membuat kerajinan tangan, memasak, menyanyi, menari, bermain musik, dll. Saat ini saya bekerja di dunia SEO dan itu sesuai dengan hobi saya sejak SMU, yaitu menulis. Saya menikmati pekerjaan saya karena itu adalah bidang yang sudah saya kuasai sejak muda. Makanya, selagi muda...segera temukan passion-mu dan mulailah mengembangkannya. Sukur-sukur hobimu nanti bisa menjadi sumber penghasilan.

7. Buatlah paspor dan lakukan solo traveling di Indonesia sampai ke seluruh dunia

Traveling sudah menjadi salah satu gaya hidup untuk saat ini. Kegiatan ini sebenarnya banyak manfaatnya jika kita bijaksana dalam melakukannya. Kita bisa belajar segala sesuatu dari dunia disekitar kita, belajar membuat rencana perjalanan yang matang, belajar merencanakan keuangan, belajar berinteraksi dengan dunia luar, dll. Buatlah paspor, jelajahi satu negara yang tidak berbahasa Melayu 'sendirian' dan rasakan bedanya! Kamu akan tumbuh lebih kuat dan mandiri setelah pulang dari solo traveling-mu. Trust me, it work! Traveling sendirian bukan berarti kamu kesepian lho. Justru dengan berjalan sendirian kamu akan mengenal dirimu sendiri lebih dalam dan mengenal orang-orang disekitarmu lebih dekat. Saya sering melakukan solo traveling di beberapa kota di Indonesia dan juga ke Jepang dan Singapura. Rasanya benar-benar menantang. Sesekali, kamu harus coba!

8. Buat target-target untuk masa depan

Hidup akan bermakna jika kita punya tujuan. Buatlah target-target yang bisa memotivasi kamu dalam mewujudkan cita-citamu. Misal: selesai kuliah di usia 21 tahun, punya rumah di usia 28 tahun, punya usaha sendiri di usia 30 tahun, mulai menabung dan berinvestasi di usia 33 tahun, pergi ke New Zealand di usia 35 tahun, dll. Target-target yang kamu buat itu akan menjadi 'pagar' agar kamu tetap konsisten dalam menjalani hidupmu dan mewujudkan mimpi-mimpimu.

9. Jadilah volunteer

Pernah dengar kata volunteer/sukarelawan? Sukarelawan adalah orang-orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan). Kamu bisa menjadi 'pahlawan' untuk orang lain yang membutuhkan pertolonganmu dengan cara-cara yang sederhana. Misal: ikut membersihkan sampah-sampah plastik di gunung, sungai, laut, dll, menjadi donatur untuk pantai asuhan, menanam pohon, dan seterusnya. Dengan menjadi sukarelawan artinya kita menjadi saluran berkat untuk orang lain.

10. Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang berdampak positif

Lingkungan pergaulanmu bisa berdampak pada perkembangan karaktermu. Sering-seringlah bergaul dengan orang-orang sukses agar kamu juga terinspirasi dengan kesuksesannya. Saat kegagalan/kesedihan/kekecewaan/kegalauan melandamu...cari tempat curhat yang benar. Kita memang perlu teman-teman untuk hidup dan bersosialisasi. Selagi muda, carilah orang-orang yang bisa diajak berjalan maju bersama. Jika yang satu mulai kendor, bisa saling mengingatkan. Orang-orang positif disekitarmu akan memberimu semangat untuk terus bergerak dan pantang menyerah.


Untuk menjadi pribadi luar biasa, harus rela dibentuk dengan cara-cara yang tak biasa. Dan KAMU, pasti bisa menjadi salah satu generasi yang membawa perbedaan di negeri ini!

Salam kemenangan!

Thursday, August 18, 2016

Kisah dari Gunung Rinjani





Oleh: Angelina Kusuma


Gunung Rinjani, akhirnya saya berhasil menapakkan kaki disana. Gunung yang satu ini memang benar-benar cantik. Hampir sepanjang jalan mata saya dimanjakan oleh berbagai pemandangan indah yang tak pernah sama. Meskipun saya dan tim harus mendaki berjam-jam setiap hari, rasanya semua pegal dan rasa capek di tubuh terbayar lunas!

Kami mengawali pendakian Gunung Rinjani dengan rute Sembalun - Plawangan - Segara Anak - Senaru dengan estimasi waktu 4H3M. Semua berjalan lancar, hampir tidak ada kendala yang berarti...sampai pada akhirnya kami tiba di Senaru.

Saat di Sembalun, Plawangan (Sembalun) dan Segara Anak, kami sering bertemu dengan pendaki-pendaki dari berbagai daerah di Indonesia. Perbandingan antara pendaki lokal dan internasional 60:40. Tapi saat kami mulai mendaki Senaru untuk pulang, terlihat lebih banyak turis-turis internasional yang berani melewati rute ini.

Dari Segara Anak ke Plawangan Senaru, kami harus menempuh jalanan mendaki yang terjal penuh dengan batu-batu besar. Dari Plawangan Senaru ke Pos 3 Senaru, jalanan menurun dengan pasir licin yang membuat kami beberapa kali harus jatuh bangun terpeleset. Jalur Senaru memang lebih berat dibandingkan Sembalun. Mungkin karena alasan ini kenapa jalur Senaru lebih banyak disukai turis internasional daripada pendaki-pendaki lokal.

Ketika kami turun dari Plawangan Sembalun ke Segara Anak, kami bertemu dengan seorang pendaki dari UGM Jogja. Dia sudah memberi kami sebuah 'peringatan' saat tahu bahwa kami akan pulang lewat jalur Senaru esok harinya. Katanya, "Nanti kalo ada yang 'ngisengin' di Senaru, cuekin aja"

Kami tiba di Plawangan Senaru sudah hampir jam 5 sore. Tapi karena persediaan logistik yang menipis, kami harus mencapai Pos 3 Senaru baru bisa mendirikan tenda. Nah, saat melintasi beberapa pendaki lokal yang sudah bersiap mendirikan tenda disekitar Plawangan Senaru, mereka juga memberikan kami 'peringatan' kedua, "Jangan mendaki setelah jam 6 sore"

Wah, andai saya bisa menghentikan waktu, saya sebenernya juga ingin segera berhenti mendaki, mendirikan tenda disitu dan bersembunyi di sleeping bag saya yang nyaman. Tapi apa boleh buat, kami harus segera menuju Pos 3 Senaru agar kami tak perlu kebingungan dengan logistik untuk esok hari.

Perjalanan dari Plawangan Senaru ke Pos 3 Senaru terasa beda dari perjalanan-perjalanan kami sebelumnya. Kesunyian di sore itu terasa sedikit mencekam. Ya, biasanya kami mendaki dengan suasana ramai. Bertemu dengan banyak pendaki-pendaki baik lokal maupun turis internasional. Tapi sore ini, hanya kami bertujuh yang berjalan tersaruk-saruk menyibak pasir-pasir licin di bawah sepatu-sepatu kami.

Saya berjalan diurutan no. 2 dari belakang. Hidung saya sudah mulai mengalirkan air, tanda bahwa saya sudah terlalu banyak menggunakan tubuh saya melebihi kapasitasnya sore itu. Normalnya, saya tak bisa menghirup bau apa saja jika hidung saya sudah demikian. Tapi kenyataannya, saya bisa membau 'sesuatu' yang wangi lewat disekitar kami. Nggak cuma sekali, tapi sampai tiga kali! Teman saya dibelakangpun akhirnya angkat bicara, "Kok baunya wangi ya?" Haiss, tak perlu dikomando lagi...kami bertujuh berjalan hampir setengah berlari menuju Pos 3 Senaru. Dan puji Tuhan...kami selamat sampai disana tanpa kekurangan sesuatu apapun. Meski wajah udah pucat pasi semua hahaha.

Di Pos 3 Senaru, hanya ada 2 grup yang berkemah. 1 grup lain berkemah diatas bukit dan tenda kami berdiri dibawahnya. Mereka adalah pendaki-pendaki asal dari Madura. Guide saya cukup bijaksana menyikapi ketegangan yang kami alami selama perjalanan menuju Pos 3 Senaru ini. Malam itu kami menghabiskan waktu untuk membuat api unggun dan saling bercanda sambil menikmati makan malam berlauk ikan yang berhasil kami pancing dari Segara Anak tadi pagi *Padahal 2 malam sebelumnya, begitu kami sampai di tempat yang dituju, kami segera masuk ke tenda masing-masing dan tidur.

Sekitar pukul 11 malam, barulah kami bertujuh kembali ke tenda. Saya dan 2 orang teman wanita lainnya masuk ke tenda yang ditengah, diapit oleh 2 tenda lain untuk pendaki laki-laki.

Hoff, ketegangan belum berakhir...

Malam di Senaru ini terasa lebih dingin dan basah! Mungkin karena disekitar tempat kami berkemah dikelilingi banyak pohon-pohon besar dan rapat. Tak ada lagi suara cekikikan pendaki seperti yang biasa terdengar di Plawangan Sembalun dan Segara Anak. Yang ada hanyalah kesunyian.

Saya tak bisa menutup mata saya dengan segera. Begitu juga 2 teman wanita saya. Tidurpun kami gelisah. "Ok, Angel...this is the time to war!", kata saya dalam hati. Saya kutip beberapa ayat Alkitab agar roh saya kembali tenang. Sebelumnya saya juga berdoa untuk kedua orang tua saya di Ponorogo, adik saya yang ada di Surabaya, teman-teman dan orang-orang yang berarti dalam hidup saya.

"Sebab sesungguhnya, Dia yang membentuk gunung-gunung dan menciptakan angin, yang memberitahukan kepada manusia apa yang dipikirkan-Nya, yang membuat fajar dan kegelapan dan yang berjejak di atas bukit-bukit bumi--TUHAN, Allah semesta alam, itulah nama-Nya" Amos 4:13

Ayat di Amos 4:13 ini membuat saya damai. Sebelum saya berhasil mencapai Gunung Rinjani, ada beberapa 'kegaduhan' yang terjadi. Mulai dari Gunung Bromo erupsi, Gunung Baru Jari (Anak Rinjani) erupsi sampai kasus penutupan Bandara Lombok. Semua masalah akhirnya teratasi dan saya bisa menginjakkan kaki disini. Jika tidak ada campur tangan Tuhan, mustahil terjadi. Atas izin Dia, saya ada di Rinjani...dan atas seizin Dia pula, saya akan kembali ke rumah dengan selamat. Kepercayaan masyarakat Jawa menyatakan bahwa tempat-tempat tertentu di muka bumi ini pasti ada yang menjadi penjaganya (gaib). Kadang kita disuruh izin dulu sama 'sing mbaurekso' jika hendak memasuki tempat-tempat yang wingit (angker) kan?

Ah, saya lebih suka minta izin langsung ke Sang Penciptanya saja! Seluruh jagad raya ini milik Bapa saya, so saya tak perlu takut lagi sama 'sing mbaurekso' itu tadi :).

Pelajaran yang saya dapat dari Gunung Rinjani: dimanapun kamu berada, bawalah selalu 'pedang Roh' bersamamu. Efesus 6:17, "dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah"

Disaat orang lain tak bisa membantu saya, ayat-ayat Alkitab itulah tempat saya memperoleh kekuatan kembali.

Tuesday, August 02, 2016

Bersyukur

Oleh: Angelina Kusuma


"Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata" (2 Samuel 22:33)

Pertengahan Agustus 2016 nanti, saya berencana untuk mendaki Gunung Rinjani, Lombok. Yah, gunung berapi tertinggi nomor 2 di Indonesia itu menarik hati saya untuk menjelajahinya.

Tiket pesawat pulang pergi Surabaya-Lombok sudah dipesan, semua biaya untuk pendakian sudah dibayar, peralatan mountaineering seperti sleeping bag dan trekking poles sudah dibeli, persiapan fisik sudah saya mulai sejak 2 minggu lalu (jalan kaki selama 1 jam setiap pagi), bahkan jadwal pelayanan saya diantara hari-hari pendakian sudah saya sesuaikan dengan pihak gereja.

Yup, 70% saya telah bersiap untuk mencapai puncak Dewi Anjani! ‪#‎Rock‬

Count days before a date...10 days left...

Dan mendadak, kemarin malam saya mendapat berita bahwa Anak Gunung Rinjani erupsi! Bandara Lombok ditutup selama 2 hari dan sewaktu-waktu bisa ditutup kembali jika debu vulkanik mengganggu jalannya penerbangan. Entah sampai kapan Anak Gunung Rinjani 'batuk-batuk' seperti itu *Mungkin perlu dikasih Komix 10 biji eaaa.

Kesel? Iyess...

Tapi Firman Tuhan mengingatkan saya untuk bersyukur dalam segala hal. Rencana manusia bisa gagal, hanya rancangan Tuhanlah yang tak akan pernah gagal.

"Dialah Allah yang menguatkan aku dan membuat jalanku aman" (versi BIS). Yah...selalu ada yang perlu disyukuri dalam setiap kejadian. Cari perkenanan Tuhan dalam segala hal. Dia yang berdaulat atas hidupmu. Baik atau buruk keadaan kita saat ini, bersyukurlah!