Sunday, October 11, 2015
Selamatkan Hutan di sekitar Pantai Kedung Tumpang, Tulungagung!
Oleh: Angelina Kusuma
Sabtu tgl 10 Oktober 2015 kemarin, saya bersama kakak sepupu saya menginjakkan kaki di kota Tulungagung. Kami berencana mengunjungi Pantai Kedung Tumpang yang sedang hits di internet setahun belakangan ini. Kami menempuh perjalanan dari kota Ponorogo menuju Tulungagung dengan mengunakan sepeda motor. Jalan menuju Pantai Kedung Tumpang memang hanya bisa dicapai dengan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat hanya bisa parkir diluar area pantai dan harus menyewa ojek untuk meneruskan perjalanan menuju pantai.
Ketika kami hampir sampai di Pantai Kedung Tumpang, saya cukup terkejut dengan pemandangan yang saya dapat disana. Semua ekspektasi saya mengenai indahnya Pantai Kedung Tumpang yang saya dapat di internet selama ini mendadak buyar seketika.
"Kok gini?" Mulai dari tempat parkiran kendaraan roda empat sampai ke parkiran roda dua, hampir seluruh perbukitan disana gundul! Iya beneran guys, bukit-bukit di sekitar Pantai Kedung Tumpang gersang, kering kerontang! Terlihat asap mengepul disana-sini, bonggol-bonggol bekas pohon dibakar sampai menjadi arang.
Saya sudah hampir malas meneruskan perjalanan saya ke pantai begitu melihat pemandangan bukit-bukit gundul tersebut.
"Beda banget sama Pacitan", gumam saya sambil berjalan menuju pantai. Sebelumnya, saya dan kakak sepupu saya ini pernah menjelajahi pantai-pantai di Pacitan dengan menggunakan sepeda motor. Beberapa pantai baru di Pacitan juga hanya bisa dilewati kendaraan roda dua. Beda dengan Tulungagung, daerah perbukitan di Pacitan masih relatif terjaga dan hijau. Nggak ngundul ndul kayak gini..
Pantai Kedung Tumpang juga bukan pantai biasa. Pantai ini mempunyai batu-batu karang yang cukup menyeramkan, ombak pantainya tinggi dan ganas -- masih termasuk bagian dari Laut Selatan -- dan untuk mencapainya pengunjung harus trekking, naik turun tebing dengan menggunakan tali-tali yang disediakan oleh pengelola.
Saya hampir tergelak ketika melihat beberapa anak ABG datang ke pantai ini dengan dandanan 'cantik' mereka. Saya sudah membaca banyak artikel di internet tentang pantai ini jadi saya tidak menggunakan dandanan ala anak pantai 'alay 'seperti saat saya mengunjungi pantai-pantai lainnya. Saya sudang memakai hiking boots saya yang masih berdebu akibat pendakian Gunung Ijen 2 minggu lalu dari rumah.
Pantai Kedung Tumpang ini merupakan perpaduan banyak petualangan seperti trekking, panjat tebing dan pantai. Nggak perlu pamer paha disini, kecuali kamu siap dengan resiko kaki-kaki mulusmu tergores batu-batu karang haha.
Pakailah pakaian outdoor jika ingin tubuhmu selamat dari luka-luka gores dan juga jangan lupa kenakan sandal atau sepatu yang didesain khusus untung mendaki. Tinggalkan high heels dan sandal cantikmu di rumah. Sandal jepit kesayangan 'Swallow' saya saja harus pulang tanpa saya sentuh karena sepanjang jalan disini saya lebih membutuhkan hiking boots untuk mendaki batu-batu karang dan tebing.
Sepertinya banyak orang terkecoh dengan foto-foto indah yang tersebar di dunia maya tentang Pantai Kedung Tumpang dan memancing orang-orang yang baru belajar piknik untuk menjajal petualangan ala rambo haha. Yakin deh, paling mereka yang sudah tahu medan Kedung Tumpang akan mikir dua kali jika ditawari untuk kembali kesini. Tanpa mental yang kuat, nggak bakal bisa menjelajahi area Pantai Kedung Tumpang dari ujung ke ujung dalam satu hari!
Saya juga agak kecewa saat sampai di Pantai Kedung Tumpang. Asap terlihat membubung dari sisi perbukitan pantai yang saya yakini itu adalah asap dari pembakaran bonggol-bonggol pohon yang selesai ditebang -- saya mencium bau kayu terbakar sejak saya berada di parkiran roda dua. Langit yang seharusnya birupun mendadak lenyap disapu asap!
Selesai mendaki tebing terakhir dari Air Terjun Wangi -- ada di ujung jalur trekking paling curam di area Pantai Kedung Tumpang, saya dan kakak sepupu saya beristirahat di sebuah warung yang dikelola masyarakat setempat. Disana saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada si ibu penjual warung sambil mengunyah roti yang saya bawa dari rumah -- oh ya, penting untuk mempersiapkan bekal makanan dan minuman dari rumah sebelum menjelajah Pantai Kedung Tumpang. Jalur trekking-nya cukup menguras tenaga. Bahkan saya merasa lebih capek trekking disini daripada trekking di Gunung Ijen 2 minggu lalu. Ewwww!
Dari si ibu penjual warung ini, saya mendapat informasi bahwa bukit-bukit itu sengaja 'dibuka' untuk menanam jagung. Busyet, mata saya rasanya pengen melompat keluar mendengar informasi 'penting' si ibu ini. Aduh, dimana nih pemerintah kota Tulungagung? Bukit-bukit segitu luas dibiarkan ditebangi begitu saja hanya untuk menanam jagung? Astaga, jangankan jagung.. dalam hitungan beberapa tahun ke depan mungkin Pantai Kedung Tumpang akan amblas terkena abrasi laut kalo bukit-bukit itu dibiarkan tanpa pohon kayu. Ucapkan selamat tinggal pada obsesi menanam jagung dan juga kehidupan di masa depan!
Selesai dengan Pantai Kedung Tumpang, saya dan kakak sepupu saya bergerak ke Pantai Sanggar. Pantai Sanggar, Pathuk Gebang dan Pantai Ngalur ada di satu lokasi. TAPI.. jalannya sejauh 4 km hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan kondisinya buruk. Setiap kali ada kendaraan roda dua dari arah sebaliknya, harus ada salah satu yang mengalah untuk berhenti dan memberi jalan kepada yang lain. Jika tidak demikian, maka siap-siap saja terguling ke jurang bersama-sama.
Sepanjang perjalanan menuju Pantai Sanggar, kami melihat beberapa pohon besar tumbang di tepi jalan! Bekas ditebang manusia!! Hampir sama dengan bukit-bukit yang kami temui di Pantai Kedung Tumpang, bukit-bukit di sekitar Pantai Sanggar juga gundul. Tumbuhan yang ada pun bukan pohon kayu lagi tapi pohon pisang! Duh, kondisi ini mengingatkan saya pada jalanan di sekitar Pantai Gatra, Pantai 3 Warna, Pantai Watu Pecah dan Pantai Mini di Malang Selatan. Waktu saya kesana bersama teman-teman backpacker saya dari Surabaya, kami sempat berkelakar tentang pohon-pohon pisang yang banyak kami jumpai di sekitar area pantai. Ilmu yang kami dapat di sekolah dulu ternyata sudah tidak berlaku di zaman sekarang. Kalo dulu daerah pantai identik dengan pohon kelapa, eh sekarang di daerah pantai muncullah pohon-pohon pisang! Mungkin pantai-pantai kita sekarang lebih banyak dihuni oleh para 'monyet'!
Dari Pantai Sanggar, saya bisa melihat kepulan asap dari bukit yang ada di sekitar pantai. Yeah, pasti ada pembakaran bonggol pohon lagi disana. Di bagian bukit yang lain, tepat di bawah tulisan Pathuk Gebang, juga terlihat pohon-pohon rusak yang patah-patah. Hedehh, kepala saya pusing tujuh keliling dibuatnya.
Bayangkan jika semua bukit-bukit disekitar pantai ditebangi seperti itu? Bagaimana nasip kota Tulungagung beberapa tahun ke depan? Woii, sadarlah.. Bencana banjir, tanah longsor dan abrasi laut tengah mengancam kota dan seluruh isinya!
Pagi ini saya browsing tentang bukit-bukit gundul di Google dan saya 'hanya' menemukan 2 netter yang meng-upload tentang bukit gundul di sekitar Pantai Kedung Tumpang ke internet. Semua foto baru sebulan ter-upload ke internet, jadi saya bisa menggambil kesimpulan.. penebangan pohon-pohon disekitar Pantai Kedung Tumpang dan sekitarnya juga baru saja terjadi akhir-akhir ini.
Saya mohon bantuan para traveler, dimanapun kalian berada dan sedang mengunjungi tempat manapun.. tolonglah sadar akan lingkungan sekitar kalian. Jangan cuma mengunjungi tempat wisata karena tempat itu indah, tapi juga pekalah akan apa yang sedang terjadi disana. Sampah hanya salah satu masalah yang jadi 'penyakit' di tempat-tempat wisata negara ini.
Saya dan kakak sepupu saya berhasil membawa sekantong sampah plastik yang kami temui di sepanjang jalan di Pantai Kedung Tumpang. Kami berdua sama-sama peduli lingkungan dan kami punya visi yang sama untuk membantu mengeluarkan sampah-sampah plastik keluar dari area tempat wisata sebisa kami. Di Pantai Sanggar saya juga memunguti sampah-sampah plastik di sekitar pantai sampai dua kantong, kakak sepupu saya mengumpulkan satu kantong. Saat saya bertanya kepada tukang parkir di Pantai Sanggar, katanya disana memang belum ada tukang sampah. Jadi pantai kotor menjadi pemandangan yang 'lumrah'?
Kalo kalian peduli tentang Indonesia, jangan cuma koar-koar di media sosial tentang sampah-sampah di tempat wisata. Jadilah smart traveler, yang datang ke tempat wisata sekaligus membersihkan sampah-sampah yang ada dan memberikan masukan yang positif ke masyarakat sekitar. Saya katakan ke tukang parkir di Pantai Sanggar kalo seharusnya disana dipungut retribusi yang nantinya biaya yang terkumpul bisa dipakai untuk membersihkan sampah-sampah plastik yang ditinggal oleh pengunjung tempat wisata 'yang baik-baik' itu!
Untuk kalian yang saat ini berdomisili di kota Tulungagung, tengoklah pantai-pantai di kota kalian dan selamatkan keberadaan pohon-pohon disekitarnya! Bergeraklah untuk menyelamatkan Pantai Kedung Tumpang, Pantai Sanggar, Pantai Pathuk Gebang, dll dan selamatkan hutan kalian!
Salam backpacker,
Angelina Kusuma
Friday, October 02, 2015
Tabungan dan Investasi ala Traveler
Oleh: Angelina Kusuma
"Bagaimana cara mengatur keuangan bagi pecinta traveling?", pertanyaan ini sering dilontarkan oleh orang-orang yang tahu bahwa saya ini penggila kegiatan jalan-jalan. Kadang saya mendengar pandangan negatif dari orang lain yang beranggapan bahwa traveling itu adalah kegiatan buang-buang uang alias hura-hura saja.
Ah, baiklah.. saya akan berbagi sedikit manfaat traveling dan tentang pengelolaan keuangan yang sudah berhasil saya lakukan selama ini -- ini hanya sekedar sharing, ambil yang baik dan buang yang buruk. Semoga terinspirasi..
Pertama kali melakukan solo backpacker, saya melakukan kesalahan fatal! Apa itu? Yeah, saya kehabisan uang saat di perjalanan haha. Kejadian itu terjadi sekitar 6 tahun lalu. Saya hanya pergi dari Ponorogo ke Solo. Karena saya terlalu 'lapar mata', belanja ini dan itu di Solo, akhirnya saya menghadapi kenyataan bahwa sudah tidak ada lagi uang untuk biaya kembali ke rumah. Akhirnya saya menelepon ibu saya dan berkata dengan mata berkaca-kaca, "Mami, kirimin uang secepatnya.. nggak bisa pulang nih. Uangku habis buat beli batik."
Sigh, itu adalah pengalaman menyakitkan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup! Ibu saya marah-marah begitu saya sampai di rumah. Bahkan beliau mengancam saya agar saya tidak buang-buang uang untuk jalan-jalan.
Berbekal pengalaman pahit pernah kehabisan uang diperjalanan, akhirnya saya bertekat untuk membenahi keuangan saya sehingga kejadian serupa tidak akan terulang lagi di masa depan -- ini dia nih, manfaat positif traveling buat saya, membuat saya lebih kreatif dalam berpikir haha.
Selama 5 tahun belakangan ini, saya getol memperkuat sektor keuangan saya. Caranya dengan menabung dan berinvestasi. Buat saya, tabungan dan investasi mempunyai arti yang berbeda. Tabungan adalah untuk keperluan jangka pendek, sedangkan investasi adalah untuk keperluan jangka panjang.
Gaji saya dibandrol USD -- maaf bukan maksud saya sombong. Tiap ada job baru, saya akan terima pembayaran dari klien ke akun Paypal saya. Dari Paypal, saya menarik tunai ke rekening bank lokal saya secara bertahap -- mempertimbangkan kurs USD yang sedang berlaku saat itu -- dan kemudian saya alokasikan untuk keperluan sehari-hari, menabung dan berinvestasi.
- Tabungan Rupiah saya ada dua jenis. Yaitu tabungan biasa dan tabungan berjangka. Tabungan biasa adalah tempat keluar masuknya uang saya sehari-hari, sedangkan tabungan berjangka akan memotong dana sejumlah yang telah saya sepakati dengan pihak bank pada tanggal tertentu. Saya membekukan tabungan berjangka saya untuk kisaran waktu 2 tahun. Selama 2 tahun, saya hanya bisa menarik tunai uang saya sekali. Tabungan berjangka ini saya maksudkan untuk mencegah saya melakukan transaksi berlebihan setiap bulannya.
Investasi saya mencakup 3 tempat, yaitu Asuransi, Deposito dan Reksadana. Saya masih termasuk investor pemula, jadi saya baru berani bermain 'aman' -- harap maklum hehe.
Saya memilih asuransi sebagai tempat investasi karena kesehatan adalah aset saya yang tak ternilai harganya. Bayangkan kalo saya sakit, nggak bisa kerja dan traveling lagi kan? Memang asuransi bukan tempat yang paling mujarab untuk berinvestasi. Jadi saya sarankan untuk membaca seluruh peraturan dari agen asuransi dengan teliti sebelum terjun kesini.
- Asuransi saya ada dua macam. Yaitu asuransi dengan premi tertentu yang dipotong setiap tanggal yang sudah saya setujui dengan agen asuransi dan asuransi investasi dana fix. Asuransi dana fix ini merupakan jumlah dana tertentu yang saya setor ke agen asuransi sekali saja, tidak ada premi lanjutan. Asuransi investasi dana fix ini saya bekukan untuk tujuan minimal 3 tahun.
- Deposito. Saya mengambil deposito jangka 3 bulan dan memecah uang saya dalam beberapa lembar deposito. Saya tidak memasukkan uang saya sekaligus ke deposito dalam jumlah banyak dan pada tanggal yang sama dengan alasan likuiditasnya. Dengan mempunyai beberapa deposito berjangka yang berbeda tanggal, jika saya butuh dana cepat, saya bisa mencairkan deposito saya yang paling tepat jatuh temponya. Perlu diketahui, jika deposito dicairkan sebelum jatuh tempo maka dana akan terkena pinalti alias dipotong nilainya oleh bank.
- Reksadana. Saya mempercayakan uang saya ke Manager Investasi untuk bermain di bursa saham. Menanam modal di reksadana melalui MI ini saya pandang lebih praktis daripada saya harus bermain sendirian di bursa saham karena saya benar-benar awam di dunia ini. Reksadana yang saya miliki ada dua macam, yaitu reksadana campuran dan reksadana saham dengan sasaran minimal investasi untuk 5 tahun.
Nah, dengan 4 pondasi yang sudah saya buat untuk keuangan saya diatas.. sekarang saya tak perlu risau lagi tentang masa depan saya. Saya masih tetap bisa melakukan hobby traveling saya sambil terus membangun masa depan. Saya membuat sebuah sistem keuangan saya sendiri agar suatu saat saya tak perlu bekerja untuk uang tapi uang yang 'bekerja' untuk saya.
Menabung dan berinvestasi tidak sama dengan judi. Jangan pernah berpikir untuk menghasilkan uang secara cepat dan instant. Tabungan dan investasi itu ibarat menanam sebuah pohon. Mereka akan bertumbuh pelan-pelan dan butuh waktu untuk berkembang. Menabung dan berinvestasi juga mempunyai resikonya masing-masing. Kenali setiap instrumen keuangan sebelum memutuskan untuk menanam modal disana.
Oh ya, satu lagi yang perlu saya bagi.. ingat satu prinsip ini, "Jangan pernah meletakkan telur-telur dalam satu keranjang. Karena jika keranjangnya jatuh, semua telur akan pecah." Saya melakukan diversifikasi tabungan dan investasi paling tidak dalam 2 jalur untuk meminimalisir resiko 'telur pecah' ini. Ketika satu sumber keuangan saya bermasalah, masih ada tempat lain yang manghasilkan. Begitulah logikanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)