Oleh: Angelina Kusuma
"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung" (Yosua 1:8)
Berhasil dan beruntung, dua hal ini pasti mengikuti orang-orang percaya yang bergantung penuh kepada Yesus. Amin?
Pagi itu saya mengemas tas carrier saya dan keluar dari homestay pagi-pagi sekali. Saya menyibak dinginnya kota Sapporo dengan langkah-langkah cepat. Saya akan pindah ke Sounkyo yang berjarak 200,4 km dari Sapporo dengan menggunakan train dan bus. Tapi tujuan saya hari itu tidak langsung ke Sounkyo, melainkan berputar dulu ke Biei.
Dengan berbekal Hokkaido Rail Pass, saya naik Ltd. exp Super Kamui dari stasiun Sapporo ke stasiun Asahikawa pukul 08.00. Dengan Ltd. exp Super Kamui yang mempunyai kecepatan 102.6 km/h, Sapporo - Asahikawa (138,2 km) bisa ditempuh dalam waktu 85 menit. Sampai di stasiun Asahikawa, saya berganti train. Kali ini saya naik JR Furano Line for FURANO untuk sampai di stasiun Biei. Tujuan saya ke Biei adalah Blue Pond dan tempat itu hanya bisa dicapai dengan bus dari stasiun Biei.
Bus dari stasiun Biei ke Blue Pond dioperasikan oleh Dohoku dan hanya ada 5 kali roundtrip sehari. Sebenarnya saya sudah membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan solo traveling ke Hokkaido ini. Tapi akhirnya saya harus mengalami yang namanya lost juga. Saya naik bus dari Biei ke Blue Pond pukul 12:11. Suhu udara di Biei jauh lebih dingin daripada Sapporo dan ketika kaki saya melangkah turun dari bus, datanglah hujan...
Dengan sigap saya melindungi tas carrier saya dengan rain cover kemudian berjalan menuju lokasi Blue Pond bersama beberapa turis yang turun dari bus yang sama dengan saya tadi. Prakiraan cuaca yang saya baca di accuweather untuk wilayah Biei hari itu memang akan turun hujan dan saya sudah menyiapkan jaket tahan air dan memakai sepatu hiking sejak dari rumah. Tapi saya tidak menyangka bahwa hujan yang turun disana bukanlah hujan biasa seperti di Indonesia.
"This is ice..." Desis saya sambil menatap gumpalan-gumpalan putih yang jatuh ke tangan saya. Woa, mendadak saya menjadi sedikit panik. Persiapan saya ke Hokkaido hanya untuk autumn bukan winter. But the weather is changing faster than I expected.
"Hi, you can use this" Kata seorang gadis berpayung sambil menyodorkan jas hujan transparan ke saya. Tanpa babibu lagi, saya langsung membuka jas hujan itu dan memakainya. Yah, kalo hujannya seperti ini, jelaslah jaket yang saya bawa dari Indonesia bakalan tembus air.
Saya ingin mengganti jas hujan itu dengan uang, tapi gadis itu menolaknya. Dia cuma meminta saya untuk menfotonya dengan temannya sebagai ucapan terima kasih. I thank God to met them! Mereka duo girl backpackers dari Hong Kong dan saya cukup beruntung bisa berkenalan dengan mereka.
Begitu sampai di Blue Pond, saya terpesona dengan pemandangannya dan memutuskan untuk berjalan dari ujung ke ujung. Saya sempat melihat 2 turis dari Hong Kong itu segera keluar dari lokasi setelah selesai mengambil beberapa foto. Sebenarnya saya ingin mengikuti jejak mereka, tapi entah kenapa saya lebih tergoda untuk menjelajahi Blue Pond lebih dulu. Karena saya agak lama di Blue Pond, saya ketinggalan bus yang berangkat pukul 13:09 ke stasiun Biei. Huh, nyesel juga kenapa tadi nggak ngikuti jejak 2 turis Hong Kong itu. Saya tiba di halte bus pukul 13:19! Just 10 minutes late, tapi bus-nya udah nggak ada!! *Ya iyalah non, ini Jepang! Nggak bakalan ada bus ngetem disini! Hoalahhh, di titik ini saya merindukan budaya jam karet di Indonesia hahaha.
Dengan terpaksa, saya harus menunggu bus yang akan berangkat pukul 16:06 nanti. Cuaca menjadi tak menentu lagi. Salju turun! Yes, it's snow!! Di area Blue Pond tidak ada tempat berteduh ataupun tempat makan. Saya harus berusaha menghibur diri dan menghabiskan waktu 3 jam di tempat itu bersama salju. Oh God, that was awful. Awalnya saya terkagum-kagum melihat salju. Ini pertama kalinya saya melihatnya. Tapi lama-lama nggak enak dirasain. Tubuh saya menolaknya mentah-mentah! Saya hanya bisa berdoa, "Dad, help me" sambil membayangkan ada salah satu kendaraan yang berhenti, menghampiri saya dan menawarkan diri membawa saya ke stasiun Biei.
Kemudian, ada beberapa bus organda yang berhenti di area parkir. Bus-bus itu membawa turis-turis dari berbagai jasa tour. Salah satu tour leader yang membawa rombongan turis dari Thailand berhenti di depan saya. Mungkin karena kasihan melihat saya yang udah seperti kucing kecemplong got, akhirnya beliau mengajak saya untuk naik busnya dan mengantarkan saya ke stasiun Biei! Oh, Praise God...sontak saya berterima kasih padanya dan kepada seluruh peserta tour yang ada di bus itu.
Sesampainya di stasiun Biei, ada seorang gadis lagi menyapa saya, "Dari Indonesia ya?" Namanya Maria, dia solo backpacker juga seperti saya dari Jakarta. Ah, senangnya ketemu orang Indonesia di negara Sakura dan dalam keadaan yang seperti itu. Dia mengenali saya dari jaket dan tas Eiger yang saya pakai. Akhirnya saya punya teman ngobrol selama di stasiun. Happy!
Saya berpisah dengan Maria di stasiun Biei karena train yang ke stasiun Asahikawa datang lebih awal dari train yang ingin dia naiki. Sesampainya di stasiun Asahikawa, saya naik train ke stasiun Kamikawa. Tapi rupanya saya salah pilih train. Saya naik local train yang membutuhkan waktu lebih dari 1 jam perjalanan ke Kamikawa. Kegelapan sudah mulai menyelimuti Hokkaido. Saya duduk di bangku paling belakang, udah hopeless bakalan sampai di Sounkyo malam itu. Tapi entah kenapa, tiba-tiba ada dorongan di hati saya untuk pindah ke depan.
Saya berdiri dari tempat duduk saya dan berjalan sempoyongan dengan tas carrier 35 L di punggung saya. Segala hal yang saya alami sepanjang hari itu membuat saya letih. Seorang ibu-ibu yang menselonjorkan kakinya ke bangku dengan sigap menurunkan kakinya begitu saya ada didepannya. Saya menganggukkan kepala kepadanya kemudian duduk. Beliau berusaha mengajak saya mengobrol dengan bahasa Jepang. Hahaha tentu saja saya tidak tahu apa yang beliau katakan. Tapi saya berusaha menjawab sekenanya. Dari bahasa tubuhnya, saya tahu bahwa beliau akan turun di stasiun Kamikawa, sama seperti saya. Saya ceritakan juga padanya bahwa saya akan ke Sounkyo dan beliau memberitahu saya bahwa saya harus pakai baju yang tebal karena di Sounkyo udaranya dingin *Ajaib, meski saya bicara pakai bahasa Inggris dan beliau bicara pakai bahasa Jepang, kami tetap nyambung ngobrolnya.
Setibanya di stasiun Kamikawa, ibu-ibu itu membantu saya untuk menemukan bus ke Sounkyo. Beliau bertanya ke seorang bapak-bapak dan akhirnya beliau mengantarkan saya sampai ke terminal bus! Wueh, semangat lagi deh saya-nya meski harus menunggu di ruangan terminal sendirian. Untuk mengusir kesepian, akhirnya saya ambil HP dan selfie. Arghh, sekonyong-koyongnya sebuah vending machine yang ada di ruangan itu mengeluarkan suara. Terdengarlah suara anime wanita bicara. Waaaa, horor melanda seketika! Bayangan sadako lewat di otak saya. Aiss, saya nyanyi-nyanyi sendiri biar nggak tegang, "Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus, Iblis dikalahkan..." *Untung yang keluar lagu ini bukan lagu goyang dombret hahaha #Plak!
Akhirnya bus ke Sounkyo yang saya tunggupun datang. Bahagianya nggak ketulungan! Saya naik bus terakhir pukul 20:00. Hanya ada dua penumpang, saya dan seorang pria berkacamata. Tapi sayangnya si sopir tidak tahu letak hostel saya. Alamak, galau lagi deh. Pikiran saya udah nggak jelas bentuknya. Ini malam euy. Jepang beda dengan Indonesia. Disini, pukul 18:00 saja jalanan udah sepi poll (kalo di Ponorogo tengah malampun juga masih banyak yang nongkrong di pinggir jalan). Saya duduk lemas di kursi bus. Diluar hujan pula. Huff, anak perawan keluyuran di negeri orang, sendirian, malam, sepi, hujan, nggak ngerti arah, nggak tahu bahasa Jepang...sungguh memilukan!
Tapi begitu saya turun dari bus di terminal Sounkyo, mendadak ada bapak-bapak yang menyapa saya, "Angelina-san?" Oh yes! Beliau adalah staff dari hostel tempat saya menginap dan beliau menjemput saya pakai mobil! Mata saya melek langsung! Pukul 21:00 saya sudah berada di kamar hostel saya yang hangat sambil cengengesan...
Saya melewati malam pertama di Sounkyo itu dengan ucapan syukur yang tak habis-habisnya. Coba bayangkan, seharian itu saya mengalami banyak sekali kejadian yang luar biasa. Mulai dari diberi jas hujan gratis sama turis Hong Kong, kedinginan karena salju di Blue Pond, ketinggalan bus tapi akhirnya diantar sampai stasiun Biei oleh rombongan turis dari Thailand, ada temen ngobrol sesama orang Indonesia di stasiun Biei, salah naik train tapi ketemu ibu-ibu yang bantuin nyari bus ke Sounkyo, 'hampir' ketemu sadako di terminal bus Kamikawa hahaha, sampai dijemput oleh staff hostel di terminal Sounkyo *Saya menginap di h-o-s-t-e-l lho bukan hotel. Hostel kecil yang tak berbintang. Baru kali ini saya menemukan hostel yang mau 'mencari' tamunya yang kesasar seperti saya.
Semua yang terjadi sepanjang hari itu berada di luar kendali saya sebagai manusia. Tapi saya percaya, ada tangan Tuhan yang menyertai perjalanan kedua saya di Jepang kali ini.
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)
Angelina berhasil dan beruntung karena Yesus...Dan semoga kamu yang baca tulisan ini juga mengalami hal yang sama seperti yang telah saya alami :). Cari perkenanan Tuhan dalam segala hal, itu adalah kunci keberhasilan dan keberuntungan dalam hidup. Semangat ^o^