Para pendaki Gunung Lawu, sudah pasti kenal tempat ini. Yup, Cemara Kandang atau Cemoro Kandang (bahasa Jawa) ada persis di depan Cemoro Sewu yang menjadi salah satu pintu masuk jalur pendakian ke Gunung Lawu.
Ada di ketinggian 1800 mdpl, Cemoro Kandang merupakan tempat yang sejuk (cenderung dingin saat musim kemarau tiba), yang cukup OK buat bersantai sambil menikmati pemandangan gunung yang indah dan menikmati makanan atau minuman.
Tempat ini berada di perbatasan antara Magetan, Jawa Timur dan Tawangmangu, Jawa Tengah. Makanya, ada dua lokasi Cemoro Kandang yang bisa kamu kunjungi: Cemoro Kandang sebelum gerbang perbatasan Jawa Timur & Jawa Tengah atau sesudahnya.
Video ini saya ambil di Cemoro Kandang setelah gerbang perbatasan Jawa Timur & Jawa Tengah. Disini relatif lebih tenang dibandingkan lokasi Cemoro Kandang yang berhadapan langsung dengan Cemoro Sewu (sebelum gerbang perbatasan).
Untuk para pendaki Gunung Lawu, Cemoro Kandang bisa menjadi tempat untuk mencari logistik yang diperlukan sebelum summit.
Harga makanan dan minuman yang dijual di warung-warung Cemoro Kandang cukup bervariasi. Seporsi Nasi Sate Kelinci dijual sekitar Rp. 25.000, Jagung Bakar sekitar Rp. 10.000 dan Teh Manis sekitar Rp. 5.000.
Tempat ini udah famous keles...biasanya orang Ponorogo suka 'ngabur' kesini kalo pas libur hahaha. Udaranya sejuk karena ada di lereng Gunung Lawu.
Disini kamu bisa sewa Speedboat buat keliling telaga (biayanya sekitar Rp. 60.000, muat sekitar 4-5 orang dewasa) atau naik Kuda (biayanya sekitar Rp. 50.000/orang). Kalo mau kulineran juga, cari aja Sate Kelinci & Wedang Ronde. Harga makanan disini rata-rata sudah seragam semua, jadi tak perlu takut kena scam (duh, bahasanya...). Sate Kelinci harganya sekitar Rp.10.000 - Rp. 15.000 (tergantung pake lontong ato enggak). Wedang Ronde seporsi sekitar Rp. 5.000 doang.
Yah, itulah sekilas cerita saya mengenai Telaga Sarangan (bukan cerita baru sih, soalnya saya udah sering banget kesini hahaha). Sekarang wajahnya lebih kekinian. Ada semacam tugu berbentuk gunungan wayang yang bisa buat selfie disana (dulu sih gak ada soalnya).
Wes long time ago aku yoh kepengen mrene sakjane 😆
Udah banyak traveler yang nge-post tentang Mojosemi. But, berhubung saya itu lebih suka petualangan yang nguras keringet, bikin otot-otot kaki dempal plus lemak-lemak di perut kabur...saya keep Mojosemi sampai akhirnya tergerak buat kesini wkwkwk! *Baca: pas lagi kepengen halan-halan syantik ajah, bukan pas kepengen pecicilan di hutan ato pethakilan neng ngunung...
Terus terang, tempat ini cukup OK buat rekreasi bareng keluarga. Anak-anak kecil bisa hilir-mudik kesini tanpa takut bahaya. Ada banyak spot selfie disini. Konsepnya, ini adalah hutan wisata.
Kamu bisa sewa kuda, ATV ato mobil Jeep buat keliling Mojosemi. Ada juga arena out bond yang ada lapangan tembak, panahan dan flying fox. Bisa juga sekedar nyantai di hammock ato ngafe di bawah pohon-pohon gede yang epic.
Kalo pengen kemah juga ada camping ground-nya. Ada villa khusus yang disewakan juga buat pengunjung yang pengen nginap di tengah hutan. Villa-nya unik, ada yang terbuat dari peti kemas yang udah di modifikasi jadi keren.
Udaranya cukup sejuk dan suasananya tenang. Saya kesini bareng my mom, my dad and my uncle. Naik mobil dari rumah. Waktu itu kita kesini pas hari Jumat, jadi sepi pengunjung 😂 *Saya malah seneng sih kalo tempatnya sepi, so...saya bisa bikin video & foto alay sebanyak-banyaknya hahaha!
Saya naksir air terjun ini udah lama. Sejak lokasinya muncul berkali-kali di tayangan MTMA (My Trip My Adventure), saya udah kepengen kesini. Penasaran gitu mo ngebuktiin kalo air terjunnya beneran sekeren kayak di tipi huehehe.
Nah finally...2 minggu lalu akhirnya saya kesini juga! *Meskipun awalnya gak sengaja haha...
Ada beberapa rute yang bisa dilewati untuk mencapai Air Terjun Tumpak Sewu atau Coban Sewu ini. Bisa lewat Malang ato lewat Lumajang. Kalo mau gampang sih lewat Lumajang aja, tapi kalo kalian suka petualangan dan tantangan...cobain deh jalur Malang.
Hari itu sepulang ibadah gereja, saya dan temen saya touring ke Tumpak Sewu. Awalnya sih saya bikin itinerary hari itu kita mau explore Coban Rondo di Batu. Haha tapi gara-gara terpengaruh sama mbak-mbak resepsionis di hostel (makasih rekomendasinya mbak #nyengir), akhirnya kita sepakat kesini hihi.
Waktu saya bukain Google Maps-nya, temen saya udah geleng-geleng kepala aja ngliat rute jalannya. Haha yeah, kita mah spontan aja pilih jalur Malang dan Google Maps ternyata suggest kita ke jalur yang extreme! *Kadang inilah untungnya jadi orang yang 'buta arah', bisa membawamu kepada petualangan gila yang gak bakal kamu lupain seumur hidup wkwk.
Jalur yang tertera di Google Maps penuh liku-liku setelah melewati daerah Dampit. Berhubung temen saya ini belum terbiasa lagi dengan kondisi di Indonesia karena dia lebih banyak hidup di luar negeri beberapa tahun belakangan, ya udah deh...jalanan yang berkelok-kelok itu bikin dia galau. Hampir saya batalin trip-nya karena saya gak tega lihat mukanya 😂.
Anyway, waktu akhirnya he said, "Ok, let's try...", huahahaha hatiku gembira #Ngenggg! *I'm sorry to 'you'...
Dan...eng ing eng...this is our story...
Jalanan dari Malang ke Tumpak Sewu sebenarnya sudah bagus, teraspal dan cukup lebar jalan rayanya. Selepas daerah Dampit, jalanan mulai berkelok-kelok (sesuai yang tertera di Google Maps). Hanya saja, banyak truk pengangkut pasir hilir mudik di rute ini. Jadi kalian kudu ekstra hati-hati. Motor juga harus fit. Lebih enak pake motor manual sih, soalnya tanjakan dan kelokannya lumayan panjangggg.
Sampai di gerbang Tumpak Sewu, perjalanan harus ditempuh dengan jalan kaki. Awalnya kami melewati perkebunan Salak kemudian sampai di bibir air terjun. Ada sebuah balai-balai dari bambu yang bisa digunakan sebagai spot selfie di sisi air terjun. Trus kalo ingin turun ke dasar air terjun, pengunjung harus melewati tangga-tangga vertikal yang terbuat dari baja dan bambu. Ini nih yang extreme. Perlu waspada dan hati-hati karena ada beberapa ruas tangga yang rusak. Haha tapi tetep worth it-lah untuk dilakuin *Petualang kudu cobain jalur ini hihihi!
Jalur tangga vertikal yang kami lalui relatif sepi pengunjung. Kebanyakan pengunjung hanya sampai di spot selfie (balai-balai bambu di sisi air terjun) dan gak berani turun ke bawah. Kami ketemu beberapa bule lewat jalur ini *Kalo bule mah kayaknya emang lebih suka tantangan daripada kenyamanan. Trus begitu sampai di dasar air terjun, baru deh kami ketemu dengan banyak pengunjung lokal *Mereka pilih lewat jalur Lumajang yang lebih santai kayaknya.
Sampai di dasar air terjun, well...saya takjub. Air terjun ini emang keren banget sih! Debit airnya tetep deras mengalir meskipun saat kami kesana masih terhitung musim kemarau. Suasananya juga sejuk, hijau dan basah *Jangan lupa untuk bawa rain coat buat ngelindungi gadget, tas ato baju kalo perlu.
Oh ya, jangan terlalu lama di dasar air terjun kalo kalian lewat jalur Malang. Usahakan segera balik naik ke atas sebelum jam 14:00. Acara naik tangganya lumayan butuh waktu tuh. Kayaknya kemarin kami perlu waktu sekitar 1 jam buat manjat-manjat tangga sampai ke tempat parkiran lagi. Itupun cuma kami berdua tok. Pengunjung yang lain pulang lewat jalur lain, bukan lewat jalur tangga vertikal seperti kami.
Begitu sampai di tempat parkiran, si ibu-ibu penjaganya tersenyum lebar ngliat kami berdua. Wkwkwk dikira kita gak bakal bisa balik lagi ke atas kayaknya. Di parkiran juga cuma ada 2 motor pula. So, kami adalah pengunjung terakhir yang ditunggu sebelum akses ke Tumpak Sewu-nya ditutup *Ada 2 bule cowok-cewek baru datang setelah kami sampai ke tempat parkiran. Si ibu-ibu penjaga loketnya bilang, jalur ke Tumpak Sewu ditutup setelah jam 14:00. Pengunjung cuma boleh lihat air terjun sampai ke lokasi panorama (yang ada balai-balai bambunya) aja, tapi dilarang turun ke bawah lewat tangga-tangga vertikal karena berbahaya untuk melakukan trekking disana saat hari gelap.
Nemu hostel ini di Agoda. Awalnya pilih ini karena harga sewa per room-nya lumayan murah. Saya stay disini 2 malam cuma kena Rp. 164.124 (female only).
Begitu sampai ke hostelnya, cukup amazed karena ternyata lokasinya di pusat kota Malang. Berseberangan jalan dengan Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus. Trus hostel ini juga deket dari Alun-alun Malang, Toko Oen, Balaikota Malang & Stasiun Kota Malang.
Hostelnya sendiri cukup nyaman dan bersih. Saya biasa nginep di hotel kapsul kalo lagi backpacker-an kemana-mana, jadi saya cukup nyamanlah disini. Ruangan tempat tidurnya lega, ada futonnya (mirip yang di Jepang).
Harga asli per malam (kalo bayar di hostel): weekday Rp. 90.000 & weekend Rp. 100.000. Jadi saya cukup beruntung dapat potongan harga karena book lewat Agoda hahaha.
Fasilitas hostelnya: shared bathroom, free breakfast & drink (coffee, tea & water). Sayangnya, di hostel ini gak ada air panasnya. Malang kalo pagi cukup dingin. Rodo males adus aku rek dadine wkwkwk!
Oh ya, banyak bule nginep disini. Rata-rata tujuan mereka ke Bromo + Ijen. So, it's really nice to stay here!
Note: karena ini hostel, anak kecil di bawah usia 13 th gak boleh masuk ya. Emang biasanya kalo hostel khusus untuk para backpacker bukan untuk family.