Untuk mencapainya harus melalui drama super menegangkan dulu haha. Aku hampir putus asa dan mencoret Alishan dari daftar yang ingin kukunjungi di Taiwan.
Kisahnya begini...
Sejak pertama kali menginjakan kaki di Taiwan sampai hari ke 4, itinerary yang kubuat berjalan lancar tanpa hambatan. Hari pertama aku ke Yangmingshan lewat Qingtiangang Grassland. Hari kedua aku ke Taroko Gorge National Park, join ke 1 day tour Klook. Hari ketiga aku join lagi ke 1 day tour-nya Klook ke Yehliu, Shifen, Jiufen, dll. Hari ke empat city tour di seputar Taipei saja... Then hari ke lima, pagi-pagi sekali aku mendaki Xiangshan trus siangan dikit kembali ke Yangmingshan (niat ngebantai gunung-gunung di Taiwan tenan kok haha) lewat Lengshuikeng.
Kemudian drama dimulai... Sepulang dari Lengshuikeng, aku ngambil ransel dari penginapan (udah check out dulu siangnya) trus nyari tempat makan yang sudah ku-book lewat Klook. Tempatnya ga jauh dari Ximen Station, tapi ya tetep aja makan waktu untuk mencapainya dari penginapanku. Dan gara-gara kelamaan nyari tempat inilah, aku sampai kehabisan tiket bus dari Taipei ke Alishan. Ah, ketambahan pula ternyata makanan yang kupesan itu *Eh minuman ding...ternyata adalah Kembang Tahu yang ditambah Kacang Hijau. Huhu enak sih, tapi sama aja kayak menu yang kucicipi kemarin waktu di Jiufen Old Street haha *Gini nih akibatnya kalo asal pesan karena ga tahu bahasa #nyengir.
Aku sampai di Taipei Bus Terminal dengan perjuangan. Informasi di internet, ada overnight bus langsung dari Taipei ke Alishan yang dioperasikan oleh Kuo-Kuang Bus. Bus ini hanya berangkat pukul 8:45 pm dan 9:45 pm dari Taipei setiap hari Jumat dan Sabtu (jadwal kembalinya dari Alishan ke Taipei hari Sabtu dan Minggu). Nah, hari itu bertepatan dengan hari Jumat malam dan kedua jadwal bus ke Alishan sudah full semua. Duh, kakiku lemas seketika. Mana aku sudah tak ada penginapan untuk malam itu karena sesuai itinerary-ku, aku keesokan harinya sudah ada di Alishan dan akan menginap di Chiayi sepulang dari Alishan.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya kuputuskan untuk menempuh perjalanan dari Taipei ke Chiayi. Beruntung, bus yang kunaiki dari Taipei ke Chiayi ada free Wi-Fi-nya jadi aku bisa kirim message ke penginapanku di Chiayi untuk memajukan jadwal bermalamku. Namun sayangnya...tak ada balasan dari owner-nya. Hedeh, sepanjang perjalanan aku galau haha.
Menjelang sampai di Chiayi, cewek disebelahku bangun *Ini yang sangat kukagumi dari orang-orang Taiwan. Mereka kalo naik bus ato kereta bisa cepat tidur dan ngepas bangun sebelum sampai di tempat yang dituju lho. Mirip dengan orang-orang Jepang. Mumpung si cewek bangun, akhirnya aku bertanya kepadanya dimana letak penginapanku. Ah, tet tot...ternyata cewek itu ga bisa bahasa Inggris. Alamak, usianya masih muda gini ga bisa Inggris...gosong deh eike mbok. Di Taipei aja aku udah mabok gara-gara susah nyari orang yang ngerti Inggris, kayaknya bakal semakin repot nih begitu masuk lagi ke pedalaman seperti Chiayi gini.
Tapi baiknya, si cewek itu meski ga ngerti Inggris tapi dia narik tanganku sampai keluar terminal. Ternyata dia tahu ancer-ancer penginapanku setelah lihat Google Maps dan dia nyuruh ibunya (menjemputnya di depan terminal) yang bawa sepeda motor nganter aku sampai sana. Wow, aku terkesan! Aku diturunkan di depan hotel sama si ibu (bukan penginapanku). Setelah aku mengucapkan Xie-xie, si ibu pergi dan sekarang aku berhadapan dengan para staff hotel! Hoff, kujelaskan ke mereka kalo aku bukannya ingin menginap disitu, tapi aku sedang mencari penginapanku yang letaknya tak jauh dari situ. Untungnya para staff hotel baik. Mereka ikut bantu aku mencari tempat penginapanku yang absurb itu haha. Ada yang sampai mengantarku muter-muter di gang ga jelas ngikuti Google Maps.
Akhirnya sampailah aku di sebuah rumah jorok. Astaga, ini mah bukan penginapan. Seumur hidup ngetrip, baru kali ini aku kecewa dengan pilihan penginapan lewat aplikasi online. Mau kubatalkan tapi aku sangat terkendala dengan bahasa. Yang kuajak ngobrol rata-rata ga ngerti Inggris. Damn! No internet pula *Di Taipei aku selalu dapat free Wi-Fi, di Chiayi nihil! No free internet here.
Bayangin ya, aku cewek jalan sendirian di negara asing, bawa tas carrier seberat 8 kg, jam 9 malam pula...dan tak ada yang ngerti bahasa Inggrisku. Pengen nangis garuk-garuk aspal rasane. Seorang wanita dari salon dekat 'penginapanku' akhirnya membantuku. Beliau ngerti Inggris sedikit-sedikit dan dia menyarankan aku untuk pindah ke homestay tak jauh dari situ karena rumah itu tak layak untuk seorang turis sepertiku. Aku setuju! Aku mau pindah...eh mendadak owner rumahnya bangun. Bah, macam dipaksa masuk ke lubang buaya aku ini. Baiklah, akhirnya aku ikut si nenek-nenek dengan bahasanya masuk ke rumahnya yang super jorok *Jujur baru kali ini aku masuk ke tempat jorok di Taiwan. Biasanya tempat-tempat yang kumasuki selalu bersih, rapi dan wangi. Ini ga banget!
Aku bayar penginapan sebesar yang tertera di aplikasi online kemudian si nenek mempersilahkan aku masuk ke kamar yang sudah terisi 2 orang. Ampun Tuhan...everything at this house is look like a hell for me. Jorok dan bau. Mana 2 wanita yang sudah tidur di dalam ruanganku mendengkur keras pula. Aku mandi (untungnya shower-nya ada air panas) kemudian berusaha tidur sebisaku. Aku mungkin hanya tidur 4 jam malam itu, kemudian keesokan harinya pagi-pagi sekali aku bangun dan keluar kamar penginapan mencari si nenek untuk bilang kalo aku check out. Saat aku sedang turun tangga, tiba-tiba ada engkoh-engkoh berlari kearahku. Beliau mengenalkan diri sebagai owner sebenarnya (ternyata si nenek itu ibunya) dan memberiku free tumpangan ke stasiun kereta api. Aku bisa sedikit bernafas lega. Paling tidak, dari sekian daftar negatif dari penginapanku semalam, masih ada positifnya juga. Si engkoh itu nganterin aku pake motor sampai ke stasiun kereta api, beneran gratis tis tis.
Sesampai di stasiun kereta api, aku beli bento di 7eleven dulu karena counter tiket kereta ke Alishan belum buka. Meski bento yang kupesan rasanya enak, tapi tubuhku rasanya masih ngambang haha. Selesai sarapan, aku langsung berdiri didepan counter tiket kereta. Disana kusempatkan untuk ngrobrol dengan orang setempat yang juga ikut mengantri. Seorang om-om membantuku memberi informasi yang lagi-lagi kurang enak! Ternyata ga ada kereta api dari Chiayi ke Alishan. Yang ada adalah kereta yang sampai ke Fenchihu saja. Alamak, dua kali kakiku lemas. Dari Fenchihu ke Alishan bisa naik bus, tapi si om itu bilang waktunya ga akan cukup. Solusinya beliau kasih saran agar aku explore Fenchihu saja dan kembali lagi ke Chiayi ato menginap di Fenchihu dan ke Alishan keesokan harinya. Wadoh, buyar semua itinerary-ku!
Aku naik kereta ke Fenchihu tanpa semangat. Tujuanku kesini cuma satu, redeem makan siang yang sudah ku book lewat Klook haha. Tipis emang harapanku untuk sampai ke Alishan hari itu juga. Semua buyar karena aku tak dapat tiket overnight bus dari Taipei ke Alishan. Sesampai di Fenchihu, aku langsung mencari tempat lunchbox yang kupesan. Dibantu oleh beberapa orang yang ga ngerti Inggris, puji Tuhan sampai juga aku di tujuan haha. Aku agak terhibur dengan makan siangku. Enak banget pork-nya! Aslinya aku sudah tak berniat melanjutkan perjalanan ke Alishan setelah makan. Aku muter kesana-kemari, lihat museum kereta api tua di Fenchihu trus ketemu sesama solo backpacker cewek dari India. Dia bilang dia mau menginap di Fenchihu dan meneruskan perjalanan ke Alishan keesokan harinya. Harga penginapan di Fenchihu mencapai NT$1000 yang tak mungkin kubayar dengan uangku. Aiss, ga perlu tanya rasanya hatiku kayak apa ya. Yang jelas aku udah diujung tanduk nih antara hidup dan pingsan cielahhh.
Ditengah keputus-asaan, aku melihat tanda terminal bus. Aku berjalan menuju kesana dengan sempoyongan. Waktu kulihat jadwal bus, mendadak ada sedikit harapan muncul seketika. Ada bus menuju Alishan pukul 13.00. Oh okay, aku menunggu disini...
Saat aku menunggu bus, ada 3 orang dari Thailand datang kearahku. Mereka bilang juga akan ke Alishan dan ditawari mobil sewaan untuk kesana. Mereka ngajak akau patungan harga. Tapi kemahalan kalo aku disuruh bayar NT$500. Then...sekonyong-konyongnya, ada 6 orang dari Vietnam datang! Mereka juga sedang menunggu bus ke Alishan. Setelah kami semua berembuk, akhirnya kami putuskan untuk menyewa mobil untuk ke Alishan. 3 orang Thailand, 6 orang Vietnam & 1 orang Indonesia. Yeah, per orang bayar NT$200 dan perjalanan dari Fenchihu ke Alishan dengan mobil hanya perlu 1 jam. Yuhu...I'm super lucky! Finally aku bisa menginjakan kaki di Alishan! 3 orang Thailand turun di hotel yang mereka pesan dan aku bergabung dengan 6 orang Vietnam explore Alishan.
Di Alishan, kami memutuskan untuk mengambil rute termudah dan tercepat yaitu Zhaoping. Kami naik kereta dari Alishan ke Chaoping Railway Station kemudian berjalan kaki menuju Sisters Ponds, Shoujhen Temple, Sacred Tree and the last: Alishan City of Clouds. Rasanya aku kayak mimpi saat aku memandangi matahari yang hampir tenggelam di spot City of Clouds. Hanya karena kemurahan Tuhan aku ga jadi ilang di Taiwan. Thanks God.
Aku ikut rombongan 6 orang Vietnam itu untuk kembali ke Taichung langsung. Kupikir, it's better to stay di Taichung yang agak modern daripada Chiayi. Kami naik bus terakhir ke Taichung dari Alishan Transport Station ke Chiayi Train Station kemudian naik HSR ke Taichung. Ke 6 teman baruku ini sangat membantuku. Mereka juga yang membantu memesan tiket HSR dan memastikan aku sampai dengan selamat di Taichung. I'm so grateful to them. Sesampainya di Taichung Station dan setelah berpisah dengan ke 6 orang Vietnam itu, aku book penginapan lewat aplikasi online dan bersyukur, malam itu aku dapat hostel backpacker yang cukup keren sehingga aku bisa memejamkan mata dengan nyenyak dan melupakan drama horor kemarin malam haha.