Oleh : Angelina Kusuma
Amsal 26:18-19, "Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: "Aku hanya bersenda gurau."
Sebuah ilustrasi di buku jenaka berkisah demikian:
Ada seorang bapak-bapak sedang dikejar para penagih hutangnya yang jatuh tempo. Suatu petang, dua orang bertubuh kekar mendatangi rumahnya dan membuat si bapak ketakutan. Ia berkata kepada anaknya, "Nanti jika ada orang yang mencari bapak, bilang kalo bapak sedang pergi ke Balik Papan ya." Si anak yang masih polos itu mengiyakan kata-kata bapaknya. Kemudian saat dua orang bertubuh kekar itu mengetuk pintu rumah mereka, si anak menyambut para tamu dan mengatakan kepada mereka, apa yang telah dipesankan bapaknya sebelumnya. Tak berapa lama si bapak terkaget-kaget karena kedua tamunya itu tidak pergi dari rumah tapi justru bisa menemukan tempat persembunyiannya. Dengan kesal, ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang sebenarnya sudah kau katakan kepada mereka tadi?" Si anak menjawab, "Seperti pesan bapak, aku bilang bapak sedang pergi ke balik papan" (sambil menunjuk balik pintu - papan, tempat bapaknya pergi)...
Tidak semua orang bisa menangkap maksud dari perkataan kita dengan baik sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita berkata A dengan maksud A, bisa jadi orang lain akan menangkap maksud B dari perkataan A yang kita ucapkan tadi. Seperti inti dari ilustrasi diatas, si bapak menunjuk arti 'pergi ke Balik Papan' sebagai bepergian ke kota Balik Papan, tapi si anaknya menangkap kata-katanya sebagai pergi ke balik papan dalam artian yang sesungguhnya, yaitu ke balik pintu (pintu = papan juga kan? hehehe).
Perbedaan cara berpikir, latar belakang kehidupan, usia, pengalaman hidup, dan lain-lain, sangat mempengaruhi cara kita menangkap maksud dan tujuan dari sebuah permasalahan yang sedang kita hadapi. Tak jarang banyak orang berselisih paham dengan sesamanya hanya karena salah menangkap kata-kata yang diucapkan.
Masih segar juga diingatan saya mengenai talk show yang dikemas secara komedi di sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang pernah menuai protes dari beberapa kalangan masyarakat karena guyonan yang dilontarkan para host acaranya dinilai terlalu menyinggung orang-orang tertentu dan pernah dihentikan siarannya selama beberapa bulan karena terbukti melanggar peraturan undang-undang tentang penayangan siaran televisi. Kasus ini membuktikan bahwa tidak semua kata-kata yang diucapkan itu bisa berdampak positif dan tidak semua hal yang kita maksudkan hanya untuk bersenda gurau itu bisa membuat orang lain tertawa dan terhibur pada akhirnya.
Orang yang suka menghibur orang lain itu baik. Tapi tidak semua kata-kata yang dimaksudkan untuk bersenda gurau itu membangun ke arah yang benar. Kita harus melihat apakah lawan bicara kita cukup 'sehat' untuk diajak bersenda gurau atau tidak, agar meniadakan kesalah pahaman dikemudian hari. Firman Tuhan di Amsal 26:18-19 juga menegaskan bahwa orang yang suka bersenda guraupun bisa menjadi seperti orang gila yang menebarkan bencana/maut karena tindakannya tersebut (nj@coe).
Berhati-hatilah menjaga mulutmu. Setiap kata yang keluar daripadanya laksana dua mata pedang yang bisa menyembuhkan sekaligus membunuh.
Amsal 26:18-19, "Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: "Aku hanya bersenda gurau."
Sebuah ilustrasi di buku jenaka berkisah demikian:
Ada seorang bapak-bapak sedang dikejar para penagih hutangnya yang jatuh tempo. Suatu petang, dua orang bertubuh kekar mendatangi rumahnya dan membuat si bapak ketakutan. Ia berkata kepada anaknya, "Nanti jika ada orang yang mencari bapak, bilang kalo bapak sedang pergi ke Balik Papan ya." Si anak yang masih polos itu mengiyakan kata-kata bapaknya. Kemudian saat dua orang bertubuh kekar itu mengetuk pintu rumah mereka, si anak menyambut para tamu dan mengatakan kepada mereka, apa yang telah dipesankan bapaknya sebelumnya. Tak berapa lama si bapak terkaget-kaget karena kedua tamunya itu tidak pergi dari rumah tapi justru bisa menemukan tempat persembunyiannya. Dengan kesal, ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang sebenarnya sudah kau katakan kepada mereka tadi?" Si anak menjawab, "Seperti pesan bapak, aku bilang bapak sedang pergi ke balik papan" (sambil menunjuk balik pintu - papan, tempat bapaknya pergi)...
Tidak semua orang bisa menangkap maksud dari perkataan kita dengan baik sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita berkata A dengan maksud A, bisa jadi orang lain akan menangkap maksud B dari perkataan A yang kita ucapkan tadi. Seperti inti dari ilustrasi diatas, si bapak menunjuk arti 'pergi ke Balik Papan' sebagai bepergian ke kota Balik Papan, tapi si anaknya menangkap kata-katanya sebagai pergi ke balik papan dalam artian yang sesungguhnya, yaitu ke balik pintu (pintu = papan juga kan? hehehe).
Perbedaan cara berpikir, latar belakang kehidupan, usia, pengalaman hidup, dan lain-lain, sangat mempengaruhi cara kita menangkap maksud dan tujuan dari sebuah permasalahan yang sedang kita hadapi. Tak jarang banyak orang berselisih paham dengan sesamanya hanya karena salah menangkap kata-kata yang diucapkan.
Masih segar juga diingatan saya mengenai talk show yang dikemas secara komedi di sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang pernah menuai protes dari beberapa kalangan masyarakat karena guyonan yang dilontarkan para host acaranya dinilai terlalu menyinggung orang-orang tertentu dan pernah dihentikan siarannya selama beberapa bulan karena terbukti melanggar peraturan undang-undang tentang penayangan siaran televisi. Kasus ini membuktikan bahwa tidak semua kata-kata yang diucapkan itu bisa berdampak positif dan tidak semua hal yang kita maksudkan hanya untuk bersenda gurau itu bisa membuat orang lain tertawa dan terhibur pada akhirnya.
Orang yang suka menghibur orang lain itu baik. Tapi tidak semua kata-kata yang dimaksudkan untuk bersenda gurau itu membangun ke arah yang benar. Kita harus melihat apakah lawan bicara kita cukup 'sehat' untuk diajak bersenda gurau atau tidak, agar meniadakan kesalah pahaman dikemudian hari. Firman Tuhan di Amsal 26:18-19 juga menegaskan bahwa orang yang suka bersenda guraupun bisa menjadi seperti orang gila yang menebarkan bencana/maut karena tindakannya tersebut (nj@coe).
Berhati-hatilah menjaga mulutmu. Setiap kata yang keluar daripadanya laksana dua mata pedang yang bisa menyembuhkan sekaligus membunuh.