Oleh : Angelina Kusuma
Yohanes 11:20, Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
Yohanes 11:28-29, Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.
Kemurnian iman manusia diuji ketika ia mengalami berbagai pencobaan dalam hidupnya. Apakah seseorang itu termasuk manusia yang hanya mengaku-ngaku cinta kepada Tuhan atau apakah ia memang benar-benar cinta kepada Tuhan 100%, akan dibuktikan saat mereka ditantang menghadapi masalah-masalah dihidupnya.
Marta dan Maria adalah dua bersaudara yang mempunyai sikap dan perilaku berbeda ketika mereka dihadapkan pada masalah yang sama. Marta, tipe manusia yang sok sibuk bin repot dalam segala hal. Ia lebih mengedepankan kuantitas dan mengikuti apa yang dirasa dan dilihatnya baik untuk menyelesaikan masalahnya. Ketika saudaranya Lazarus meninggal dan mengetahui bahwa Yesus datang untuk melihatnya, Marta tampil pertama kali untuk mendapatkan-Nya.
Berbeda dengan Marta yang langsung bergerak begitu menghadapi masalah, Maria mengambil sikap yang lebih tenang. Maria tidak sibuk dengan usaha duniawinya seperti Marta, tapi ia memilih untuk tinggal di dalam rumah dan baru datang mendapatkan Yesus setelah Ia sendiri memanggilnya!
Sering kali, bukankah kita juga ingin secepat mungkin mendengarkan jawaban atas doa-doa atau mendapatkan sesuatu yang sudah lama kita idam-idamkan di dunia ini? Banyak orang Kristen yang berdoa cukup 5 menit saja ketika ia berada dalam keadaan nyaman, dan bisa berdoa sepanjang 5 jam ketika ia mempunyai masalah. Banyak orang-orang yang mencari Tuhan ketika mereka sedang terjepit penderitaan, kemudian mudah mengucapkan, "Sayonara..." kepada-Nya setelah ia memperoleh semua yang diinginkannya. So, siapa yang salah jika kita lebih sering masuk ke dalam pencobaan dari pada mendapatkan hidup yang tenang dan nyaman setiap hari?
Hidup kita ditentukan oleh setiap pilihan yang kita buat. Tuhan tidak pernah lari dari tanggung-jawab-Nya kepada kita. Yang membuat-Nya tampak 'terbatas' melakukan mukjizat-mukjizat di hidup kita adalah sikap yang kita pilih sehari-harinya. Ketika kita mengambil sikap untuk tetap memberi-Nya posisi terutama dalam hidup kita, melibatkan-Nya di setiap aktivitas kita, dan membiarkan-Nya mengontrol kita seutuhnya, kita tidak akan pernah kesulitan dalam menghadapi dunia ini. Sebaliknya, ketika kita mulai mengandalkan diri sendiri, kita sudah cukup pandai untuk membuat hidup kita tampak begitu rumit dan berantakan!
Saya sering mendengarkan sharing dari sahabat-sahabat yang sedang kebingungan dalam menghadapi orang tuanya, study-nya, kisah relationship-nya, pernikahannya, anak-anaknya, pekerjaannya, lingkungan pergaulannya, dsb, dan ketika saya bertanya, "Bagaimana hubunganmu dengan Bapamu di Surga" kepada mereka, hampir semuanya menjawab, "Ehm...agak kurang baik sie..."
Ah, bagaimana mungkin kita bisa terlepas dari masalah jika kita tidak melibatkan Sang Penguasa dunia ini untuk menyelesaikannya?
Orang-orang yang tidak pernah risau dalam hidupnya hanyalah mereka yang mempunyai hubungan harmonis dengan Bapanya di Surga. Mereka-mereka yang aktif melibatkan Tuhannya dalam keadaan nyaman maupun kurang nyaman dan menempatkan Yesus sebagai satu-satunya fokus yang harus mereka kejar, bukan hal-hal lain yang lebih sering diinginkan oleh sekelilingnya. Orang-orang yang seperti ini, jarang sekali mengeluh soal masalah-masalah dihidupnya kepada saya. Sama seperti Maria yang tidak sibuk atau mudah bingung dan bimbang ketika masalah datang menyapanya, tapi tetap mempercayai Tuhan dan baru bertindak setelah ia mendengar panggilan-Nya, Tuhan yang ia hormati.
Saat menghadapi pencobaan, sikap manakah yang sering kita lakukan? Sikap seperti Marta yang terburu-buru ingin segera menyelesaikan masalahnya dan langsung bergerak tanpa meminta petunjuk dari Tuhan lebih dulu atau sikap seperti Maria yang lebih memilih tinggal berdiam diri, dan baru bertindak setelah Tuhan memberinya perintah? Hasil akhir dari penyelesaian masalah bukan tergantung dari seberapa usaha jasmani yang sudah kita lakukan tapi bergantung penuh pada seberapa banyak kita melibatkan Tuhan didalam semua masalah-masalah itu.
Pilihlah hari ini, kesibukan mengeluh tentang masalah-masalah yang anda hadapi dan kebingungan bertanya kesana-kemari mencari bala bantuan kepada sesama manusia yang tidak sempurna, atau duduklah berdiam diri, berdoa, sampai Bapamu di Surga memberikan petunjuk apa yang harus anda lakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah itu dengan cara-Nya (nj@coe).
Yohanes 11:20, Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
Yohanes 11:28-29, Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.
Kemurnian iman manusia diuji ketika ia mengalami berbagai pencobaan dalam hidupnya. Apakah seseorang itu termasuk manusia yang hanya mengaku-ngaku cinta kepada Tuhan atau apakah ia memang benar-benar cinta kepada Tuhan 100%, akan dibuktikan saat mereka ditantang menghadapi masalah-masalah dihidupnya.
Marta dan Maria adalah dua bersaudara yang mempunyai sikap dan perilaku berbeda ketika mereka dihadapkan pada masalah yang sama. Marta, tipe manusia yang sok sibuk bin repot dalam segala hal. Ia lebih mengedepankan kuantitas dan mengikuti apa yang dirasa dan dilihatnya baik untuk menyelesaikan masalahnya. Ketika saudaranya Lazarus meninggal dan mengetahui bahwa Yesus datang untuk melihatnya, Marta tampil pertama kali untuk mendapatkan-Nya.
Berbeda dengan Marta yang langsung bergerak begitu menghadapi masalah, Maria mengambil sikap yang lebih tenang. Maria tidak sibuk dengan usaha duniawinya seperti Marta, tapi ia memilih untuk tinggal di dalam rumah dan baru datang mendapatkan Yesus setelah Ia sendiri memanggilnya!
Sering kali, bukankah kita juga ingin secepat mungkin mendengarkan jawaban atas doa-doa atau mendapatkan sesuatu yang sudah lama kita idam-idamkan di dunia ini? Banyak orang Kristen yang berdoa cukup 5 menit saja ketika ia berada dalam keadaan nyaman, dan bisa berdoa sepanjang 5 jam ketika ia mempunyai masalah. Banyak orang-orang yang mencari Tuhan ketika mereka sedang terjepit penderitaan, kemudian mudah mengucapkan, "Sayonara..." kepada-Nya setelah ia memperoleh semua yang diinginkannya. So, siapa yang salah jika kita lebih sering masuk ke dalam pencobaan dari pada mendapatkan hidup yang tenang dan nyaman setiap hari?
Hidup kita ditentukan oleh setiap pilihan yang kita buat. Tuhan tidak pernah lari dari tanggung-jawab-Nya kepada kita. Yang membuat-Nya tampak 'terbatas' melakukan mukjizat-mukjizat di hidup kita adalah sikap yang kita pilih sehari-harinya. Ketika kita mengambil sikap untuk tetap memberi-Nya posisi terutama dalam hidup kita, melibatkan-Nya di setiap aktivitas kita, dan membiarkan-Nya mengontrol kita seutuhnya, kita tidak akan pernah kesulitan dalam menghadapi dunia ini. Sebaliknya, ketika kita mulai mengandalkan diri sendiri, kita sudah cukup pandai untuk membuat hidup kita tampak begitu rumit dan berantakan!
Saya sering mendengarkan sharing dari sahabat-sahabat yang sedang kebingungan dalam menghadapi orang tuanya, study-nya, kisah relationship-nya, pernikahannya, anak-anaknya, pekerjaannya, lingkungan pergaulannya, dsb, dan ketika saya bertanya, "Bagaimana hubunganmu dengan Bapamu di Surga" kepada mereka, hampir semuanya menjawab, "Ehm...agak kurang baik sie..."
Ah, bagaimana mungkin kita bisa terlepas dari masalah jika kita tidak melibatkan Sang Penguasa dunia ini untuk menyelesaikannya?
Orang-orang yang tidak pernah risau dalam hidupnya hanyalah mereka yang mempunyai hubungan harmonis dengan Bapanya di Surga. Mereka-mereka yang aktif melibatkan Tuhannya dalam keadaan nyaman maupun kurang nyaman dan menempatkan Yesus sebagai satu-satunya fokus yang harus mereka kejar, bukan hal-hal lain yang lebih sering diinginkan oleh sekelilingnya. Orang-orang yang seperti ini, jarang sekali mengeluh soal masalah-masalah dihidupnya kepada saya. Sama seperti Maria yang tidak sibuk atau mudah bingung dan bimbang ketika masalah datang menyapanya, tapi tetap mempercayai Tuhan dan baru bertindak setelah ia mendengar panggilan-Nya, Tuhan yang ia hormati.
Saat menghadapi pencobaan, sikap manakah yang sering kita lakukan? Sikap seperti Marta yang terburu-buru ingin segera menyelesaikan masalahnya dan langsung bergerak tanpa meminta petunjuk dari Tuhan lebih dulu atau sikap seperti Maria yang lebih memilih tinggal berdiam diri, dan baru bertindak setelah Tuhan memberinya perintah? Hasil akhir dari penyelesaian masalah bukan tergantung dari seberapa usaha jasmani yang sudah kita lakukan tapi bergantung penuh pada seberapa banyak kita melibatkan Tuhan didalam semua masalah-masalah itu.
Pilihlah hari ini, kesibukan mengeluh tentang masalah-masalah yang anda hadapi dan kebingungan bertanya kesana-kemari mencari bala bantuan kepada sesama manusia yang tidak sempurna, atau duduklah berdiam diri, berdoa, sampai Bapamu di Surga memberikan petunjuk apa yang harus anda lakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah itu dengan cara-Nya (nj@coe).
No comments:
Post a Comment