Oleh : Angelina Kusuma
Istilah a dog is man's best friend mungkin ada benarnya. Kamis malam kemarin saya bertandang ke rumah salah seorang jemaat gereja bersama teman-teman dari kelompok sel saya. Selesai ibadah, dari pintu rumah belakang yang terbuka karena pemiliknya sedang mengambil makanan dan minuman dari ruangan itu, muncullah seekor anjing dan langsung menyeruak ke salah seorang teman saya yang ikut datang.
Si anjing terlihat begitu senang berada di sisi teman saya ini, bahkan ia sampai mengibas-ngibaskan ekornya dengan cepat dan rela berdiri tegak di kedua kakinya demi menerima elusan dari tangan salah satu tamu dari tuannya, padahal teman saya itu jarang sekali datang ke rumah ini sebelumnya. Usut punya usut, ternyata anjing ini dulu adalah kepunyaan dari teman saya yang menjadi tamu itu, sedangkan si pemilik rumah yang saat ini menjadi tuan si anjing adalah tuan kedua baginya.
Melihat interaksi yang cukup hangat dan akrab antara si anjing dan mantan tuan pertamanya itu, saya terkesima dibuatnya. Tak memandang bahwa sekarang ia telah mempunyai tuan baru yang mungkin jauh lebih baik dari tuannya yang lama, si anjing tetap patuh dan terlihat sangat sayang juga kepada mantan tuannya. Kesetiaannya perlu diacungi jempol, mengingat bahwa hal ini mungkin jarang kita temui dikehidupan manusia seperti kita. Iya kan?
Ketika seorang manusia disakiti oleh orang lain, terkadang bekasnya bisa ia bawa sampai mati. Ada banyak hubungan persahabatan dan persaudaraan yang putus hanya karena sakit hati dan akar pahit yang tak segera dicabut saat sedang berselisih paham dengan sesamanya.
Tadi sore saya juga menyempatkan diri bertanya kepada sahabat lain yang memiliki anjing di rumahnya.
Enjie: "Kamu pernah nggak menyakiti anjingmu secara fisik (memukul, nendang, atau tidak memberinya makanan selama beberapa waktu)?"
Leo: "Ehm, pernah sie?"
Enjie: "Trus, anjingmu pernah kabur dari rumah gara-gara kamu sakiti nggak?"
Leo: "Enggak pernah. Dia (anjing) meski disakiti dengan cara apapun, besoknya tetep aja mau bergaul lagi denganku."
Wow, ternyata hati seekor anjing benar-benar setia dan bisa patuh kepada tuannya meski kadang juga mendapat perlakuan yang kurang baik.
Hasil dari searching saya di internet juga menguatkan tentang anggapan tersebut. Sebuah situs menyatakan bahwa anjing sejak dulu memang memiliki kesetiaan dan pengabdian yang lebih dibanding hewan lainnya. Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia sehingga ia bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya. Anjing hanya sedikit membedakan kedudukan sang pemilik dengan sesama mereka dan bahkan sering tidak membedakannya sama sekali. Karena itulah, anjing pantas disebut sebagai hewan sahabat manusia.
Jika hanya karena gesekan dan perbedaan pandangan terhadap satu atau beberapa hal antar sesama manusia saja bisa membuat kita terpecah belah, saling membenci, dan akhirnya tidak mau saling bergaul satu sama lain, bukankah itu tandanya kita lebih rendah derajatnya dari seekor anjing? Atau, mungkin manusia memang harus belajar mengenai konsep kesetiaan dan pengabdian dari para anjing agar kita tetap bisa mengasihi dan mengampuni semua orang yang sudah menyakiti hati kita tanpa menunggu hal itu menjadikan hati terasa pahit terlebih dulu (nj@coe).
Istilah a dog is man's best friend mungkin ada benarnya. Kamis malam kemarin saya bertandang ke rumah salah seorang jemaat gereja bersama teman-teman dari kelompok sel saya. Selesai ibadah, dari pintu rumah belakang yang terbuka karena pemiliknya sedang mengambil makanan dan minuman dari ruangan itu, muncullah seekor anjing dan langsung menyeruak ke salah seorang teman saya yang ikut datang.
Si anjing terlihat begitu senang berada di sisi teman saya ini, bahkan ia sampai mengibas-ngibaskan ekornya dengan cepat dan rela berdiri tegak di kedua kakinya demi menerima elusan dari tangan salah satu tamu dari tuannya, padahal teman saya itu jarang sekali datang ke rumah ini sebelumnya. Usut punya usut, ternyata anjing ini dulu adalah kepunyaan dari teman saya yang menjadi tamu itu, sedangkan si pemilik rumah yang saat ini menjadi tuan si anjing adalah tuan kedua baginya.
Melihat interaksi yang cukup hangat dan akrab antara si anjing dan mantan tuan pertamanya itu, saya terkesima dibuatnya. Tak memandang bahwa sekarang ia telah mempunyai tuan baru yang mungkin jauh lebih baik dari tuannya yang lama, si anjing tetap patuh dan terlihat sangat sayang juga kepada mantan tuannya. Kesetiaannya perlu diacungi jempol, mengingat bahwa hal ini mungkin jarang kita temui dikehidupan manusia seperti kita. Iya kan?
Ketika seorang manusia disakiti oleh orang lain, terkadang bekasnya bisa ia bawa sampai mati. Ada banyak hubungan persahabatan dan persaudaraan yang putus hanya karena sakit hati dan akar pahit yang tak segera dicabut saat sedang berselisih paham dengan sesamanya.
Tadi sore saya juga menyempatkan diri bertanya kepada sahabat lain yang memiliki anjing di rumahnya.
Enjie: "Kamu pernah nggak menyakiti anjingmu secara fisik (memukul, nendang, atau tidak memberinya makanan selama beberapa waktu)?"
Leo: "Ehm, pernah sie?"
Enjie: "Trus, anjingmu pernah kabur dari rumah gara-gara kamu sakiti nggak?"
Leo: "Enggak pernah. Dia (anjing) meski disakiti dengan cara apapun, besoknya tetep aja mau bergaul lagi denganku."
Wow, ternyata hati seekor anjing benar-benar setia dan bisa patuh kepada tuannya meski kadang juga mendapat perlakuan yang kurang baik.
Hasil dari searching saya di internet juga menguatkan tentang anggapan tersebut. Sebuah situs menyatakan bahwa anjing sejak dulu memang memiliki kesetiaan dan pengabdian yang lebih dibanding hewan lainnya. Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia sehingga ia bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya. Anjing hanya sedikit membedakan kedudukan sang pemilik dengan sesama mereka dan bahkan sering tidak membedakannya sama sekali. Karena itulah, anjing pantas disebut sebagai hewan sahabat manusia.
Jika hanya karena gesekan dan perbedaan pandangan terhadap satu atau beberapa hal antar sesama manusia saja bisa membuat kita terpecah belah, saling membenci, dan akhirnya tidak mau saling bergaul satu sama lain, bukankah itu tandanya kita lebih rendah derajatnya dari seekor anjing? Atau, mungkin manusia memang harus belajar mengenai konsep kesetiaan dan pengabdian dari para anjing agar kita tetap bisa mengasihi dan mengampuni semua orang yang sudah menyakiti hati kita tanpa menunggu hal itu menjadikan hati terasa pahit terlebih dulu (nj@coe).
2 comments:
ah... jadi ingat lagu Animal Song nya Savage Garden (I LOVE THEM!) :D
tapi entah kenapa... mungkin saya ga punya cukup itu yang dinamakan compassion, karena saya ga pernah bisa suka sama yang namanya binatang, selain buat liat dari jauh dan bilang lucu, tapi boroboro kalau buat nyentuh mah :D
Haha, meski di rumah saya tidak memelihara binatang apapun...saya cukup sayang dengan binatang apapun kecuali yg menggigit tentunya hehehe :D.
Kalo anjing...ah, hopefully someday I'll take it one for my lovely dog :p
Post a Comment