Sunday, June 14, 2009

The Power Of Nothing

Oleh : Angelina Kusuma

Saat kita mendengar kata nothing, yang terlintas pertama kali dalam pikiran kita biasanya adalah segala sesuatu yang bermakna negatif seperti tidak ada, kekurangan, atau kosong. Namun kata nothing yang dalam bahasa Inggris artinya tak satupun, sama sekali tidak, bukan apa-apa, nihil, dan nol itu, bisa memiliki power positif bagi manusia jika kita menerapkannya pada sisi kerohanian untuk menunjukkan kerendahan hati kita kepada Tuhan.

Acara pemakaman Ibu Lidya yang merupakan mama dari sahabat saya, Roni, mungkin akan menjadi acara pemakaman pertama paling uedan yang pernah saya hadiri. Bagaimana tidak? Hampir di setiap acara pemakaman, baik itu yang dilakukan di gereja, di rumah ibadah lain, maupun di rumah biasa, kebanyakan menorehkan duka dan kesedihan bagi kerabat dan sahabat-sahabat dekat yang ditinggalkannya. Acara pemakamanpun biasanya dihiasi dengan muka-muka kuyu dan tetesan air mata meratapi dia yang telah pergi untuk selamanya. Tapi di acara pemakaman Ibu Lidya ini, justru menjadi sebuah acara pemakaman penuh dengan tawa riang, muka-muka gembira, dan sorak-sorai kemenangan!

"Wah, ada apa dengan orang yang meninggal itu?", pasti anda akan berpikir demikian, seperti apa yang saya pikir saat menghadiri acara pemakaman nyleneh itu.

Sosok Ibu Lidya bukanlah wanita angkuh yang dibenci oleh lingkungan sekitarnya sehingga saat kematian beliau disambut dengan kegembiraan oleh yang lainnya. Beliau adalah seorang ibu yang sangat mengasihi dan dikasihi oleh suami dan anak-anaknya, aktivis gereja, dan begitu populer dikalangan tetangga dan saudaranya baik itu yang sekepercayaan kepada Yesus seperti beliau maupun yang bukan. Kepergian beliau tentu membuat orang-orang yang dekat dengannya merasa kehilangan juga. Namun, beliau sudah berhasil menanamkan satu prinsip dalam keluarganya tentang prinsip nothing to lose yang benar, sehingga saat beliau pergi, pulang ke rumah Bapanya, keluarganya bisa melepasnya dengan sukacita.

Roni sahabat saya tersenyum ketika saya berpendapat bahwa keluarganya benar-benar keluarga yang aneh menghadapi kematian mama tercintanya. Katanya, "Mama mengajari kami bahwa setiap kami sebenarnya tidak punya apa-apa di dunia ini. Mama, papa, kakak, adik, sahabat-sahabat, saudara, tetangga, harta, pekerjaan, atau apapun itu, adalah milik Tuhan yang dititipkan kepada kita. Meski kita mencintainya dengan segenap hati, ketika Sang Pemilik sahnya datang untuk mengambil, kita harus mengembalikan 'pinjaman' itu dengan gembira, artinya tugas kita menjaga pinjaman itu selama ada di tangan kita telah selesai bukan? So, kenapa harus sedih dan berduka karena kepergiaan mama? Mama tidak pernah hilang dari kami karena kami memang bukan pemilik mutlaknya. Ia telah kembali kepada Bapanya di Surga sekarang, karena mama adalah milik-Nya. Makanya kami juga melepasnya dengan gembira. Mama akan lebih bahagia di samping Pemilik Agungnya dari pada bersama kami di dunia ini kok..."

Indahnya...

Andai semua orang mempunyai power of nothing seperti Roni dan keluarganya ini, pasti dunia akan lepas dari segala imbas penderitaan jasmani. Yang membuat masalah bertambah runyam dan kehilangan menjadi momok bagi setiap orang, karena adanya kesalahan pola pikir pada manusia itu sendiri.

Ketika kita menempatkan diri kita sebagai pemilik atas apa yang kita punyai di dunia ini, maka kita akan terjepit ke dalam masalah yang kita buat sendiri ketika Tuhan mengambilnya satu per satu. Tapi jika kita menempatkan diri kita sebagai nothing di hadapan Tuhan dan Ia adalah segalanya, kita tidak akan pernah kehilangan apapun di dunia ini.

Kebahagiaan sejati bukan karena kita bisa mendapatkan semua yang kita inginkan, tapi kebahagiaan sejati ada saat kita tidak pernah merasa kehilangan apa-apa saat yang kita punyai kembali kepada Pemiliknya yang sebenarnya (nj@coe).

2 comments:

natazya said...

rasanya memang seharusnya kematian bukanlah sesuatu yang ditakutkan... justru katanya bahkan kalau menurut analisis eksistensial juga kematian itu kebebasan yang hakiki
kalau menurut agama... yang manapun juga... kematian adalah nikmat karena bertemu dengan sang pencipta
tapi embel2 dosa, surga dan neraka dan kemanusiaan yang akhirnya bikin mati jadi ngeri mungkin ya...

Enjie said...

Hanya mereka yg tidak mempunyai jaminan hidup kekal yg akan resah menghadapi kematiannya :)