Sunday, August 06, 2017

Hati-hati Serangan Stroke!

Stroke bisa menyerang siapa saja dan kapan saja tanpa pandang usia dan derajat. Pengenalan gejala dini pada penderita stroke akan mengurangi dampak negatif dari serangan penyakit ini.

Tgl 26 Juli 2017 kemarin, papi saya mengeluh karena kaki kanannya terasa berat saat digerakkan. Beliau masih sempat pakai motor untuk pergi ke warung membeli makanan ringan dan setelah itu pergi ke Puskesmas (papi saya terdaftar sebagai peserta Askes) untuk memeriksakan keadaan kakinya.

Kata petugas Puskesmas, beliau didiagnosa terkena Asam Urat, diberi obat dan kemudian disuruh menunggu 5 hari lagi untuk kontrol kembali ke Puskesmas. Tapi ada yang janggal dari diagnosa petugas Puskesmas karena kata papi saya, petugasnya hanya menanyai ini itu tanpa menyentuh pasien sama sekali.

Sore harinya, mami saya melihat perubahan di wajah papi saya, agak menghitam dan layu. Kemudian beliau langsung mengajak papi saya untuk pergi ke dokter untuk pemeriksaan yang lebih akurat. Keluarga besar papi saya punya riwayat stroke dan kencing manis, makanya kami sepakat untuk tidak percaya diagnosa petugas Puskesmas begitu saja.

My lovely Mom and Dad

Mereka berdua berangkat ke dokter memakai motor. Papi saya dibonceng oleh mami saya, sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya kalo papi saya benar-benar terkena penyakit yang serius. Sore itu saya tidak bisa mengantar papi karena ada kegiatan komsel dan latihan musik di gereja.

Sekitar pukul 21:30 WIB, mami menelpon saya untuk mengabarkan bahwa papi saya harus ngamar di rumah sakit saat itu juga karena stroke ringan. Sejujurnya saya agak kaget mendengar kabar ini, tapi saya berusaha tetap tenang dan tidak memberitahu teman-teman sekomsel saya untuk mencegah kepanikan dan kehebohan mereka. Akhirnya malam itu saya pulang dari gereja dengan menerobos hujan hingga sampai di rumah sakit.

Saya lihat papi saya sudah terbaring di tempat tidur pasien dengan selang oksigen di hidung dan infus di tangan kirinya. Well, it's not good enough. Tensi darah beliau mencapai 180 saat itu. Saya berbicara dengan mami beberapa saat dan kami sepakat untuk merahasiakan kondisi papi saya ini dari saudara, keluarga dan teman-teman sementara waktu agar papi saya bisa beristirahat total.

1. Memberi waktu kepada pasien stroke untuk beristirahat dengan tenang

Saya dan mami sengaja merahasiakan keadaan papi saya kepada orang-orang yang kami kenal dan mengenal papi selama 3 hari. Hal ini untuk mencegah orang-orang datang berkunjung untuk menengok keadaan papi saya dan menyebabkan beliau tidak bisa beristirahat karena terganggu dengan keberadaan orang-orang yang hilir mudik. Selama 3 hari itu, kami memberi kepercayaan 100% kepada dokter dan perawat untuk melakukan tugasnya dengan maksimal.

Baru setelah kondisi papi saya melewati masa kritisnya, kami mulai memberi kabar kepada saudara, keluarga dan teman-teman dan mempersilahkan mereka untuk datang menjenguk ke RS.

2. Dukungan terbesar dari keluarga

Orang sakit pasti membutuhkan dukungan semangat dan cinta dari orang-orang yang dikasihinya. Keluarga adalah orang-orang yang paling tepat untuk memberikannya.

Saya memboyong laptop dan modem saya ke rumah sakit demi bisa menjaga papi saya dari awal beliau masuk ke RS sampai pulangnya (sambil saya mengerjakan job-job dari klien). Saya yang menyuapi beliau makan, membantunya membersihkan kotoran tubuh (baik saat beliau buang air kecil/besar)...mami saya yang memandikan dan mengganti pakaian beliau, etc.

Puji Tuhan, baik saya dan mami tetap bisa bekerja dan beraktifitas normal dengan bergantian menjaga papi. Kemandirian kami dalam mengurus beliau dan mengurus hidup kami masing-masing, menjadi pemacu semangat buat papi saya untuk segera pulih dari stroke ringannya.

3. Hati yang gembira adalah obat

Orang yang terbiasa sehat, kadang kala akan menyangkali dirinya saat terpaksa/mendadak harus terbaring di RS tanpa boleh banyak gerak. Demikian juga papi saya. Di saat beliau kurang suka dengan rasa makanan RS yang hambar ato ingat bahwa kaki kanannya sulit digerakkan, beliau sering kali berkata, "Papi ini ndak sakit..."

"Iya...papi sehat kok, cuma perlu minum obat aja", itu jawaban saya ketika melihat papi saya mulai tertekan dengan keadaannya. Kadang saya bercanda dengan beliau agar beliau mengalihkan pikirannya bukan kepada sakitnya.

Hati yang gembira adalah obat. Saya selalu berusaha membuat hati beliau gembira sehingga perkembangan kesehatannya segera membaik.

Bersyukur, para perawat dan dokter di RS tempat papi dirawat juga ramah-ramah. Setiap pagi saat papi saya harus diperiksa tensi dan diambil darahnya untuk pemeriksaan gula darah, mereka melakukannya sambil guyonan juga sehingga membuat papi saya hanya perlu 6 hari saja di RS. Tgl 1 Agustus 2017, dokter sudah memperbolehkan papi pulang ke rumah karena kondisi tubuhnya sudah cukup baik untuk menjalani rawat jalan dan hanya perlu fisioterapi untuk memulihkan kaki kanannya yang masih agak sulit digerakkan.

4. Memulihkan kepercayaan diri pasien stroke

Setelah dokter mengizinkan papi pulang ke rumah, kaki kanan beliau masih belum bisa digerakkan secara normal. Saat hendak pulang, beliau terlihat PD sekali ingin berjalan sendiri namun akhirnya harus menyerah untuk di dorong dengan kursi roda karena ternyata kakinya masih lemah. Saya bisa membaca raut kekecewaan di wajah papi saya saat itu. Makanya saat sudah di rumah dan mami saya ingin membeli kruk (alat bantu jalan), kami membicarakannya baik-baik kepada papi.

Kami membiarkan papi mandiri dengan alat bantu jalannya yang baru. Itu cara kami untuk memulihkan rasa percaya diri beliau. Sekarang beliau sudah bisa jalan dari rumah ke pos ronda di depan gang dengan kruk tanpa bantuan siapapun (setelah 4 hari di rumah). Kemajuan yang pesat sekali...padahal jadwal kontrol ke dokter pertama kali pasca pulang dari RS baru Selasa depan.

5. Semua biaya RS pasien stroke gratis dengan Askes (BPJS)

Saya dan mami hampir tak percaya saat melihat tagihan RS papi ketika kami ada di bagian administrasi. Biaya ruang pasien kelas 1 di RSUD Darmayu Ponorogo (papi saya pensiunan pegawai Pertanian Golongan 4) selama 6 hari, biaya dokter syaraf terbaik di Ponorogo (Dr. Mutia Shinta), biaya obat-obatan dan biaya fisioterapi, semua gratis dengan Askes (BPJS). Uhui, kami bersyukur luar dalam! Terima kasih Pak Jokowi #Eh

Perbanyaklah olah raga, makan makanan sehat, cukup istirahat dan kenali riwayat penyakit diri dan keluarga, agar terhindar dari stroke. Semoga sharing saya ini berguna buat para pembaca. Halleluya, tetap semangat. GBU!

No comments: