Oleh : Angelina Kusuma
Kapan terakhir kalinya anda beribadah kepada Tuhan? Pagi tadikah? Atau siang tadikah?
Hari ini, hari Minggu. Hari yang oleh umat Kristiani ditetapkan sebagai hari Sabat, hari pemberhentian. Perintah Tuhan untuk menguduskan hari Sabat, tidak pernah main-main. Hari ini adalah hari dimana seluruh umat yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadinya, harusnya datang berduyun-duyun ke tempat-tempat ibadah, khusus untuk memuji dan menyembah Dia.
Keluaran 20:8-11, Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Tuntutan zaman boleh berubah. Pekerjaan manusia boleh semakin melelahkan tubuh-tubuh jasmaninya. Tapi ingat satu hal, Tuhan tetap menghendaki umat-Nya mengkuduskan hari Sabat-Nya dan tidak ada perintah diperbolehkannya hari Sabat diganti dengan hari yang lain!
Hari ini, saya harus melawan tiga orang yang saya kasihi di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Tuhan Yesus yang saya sembah. Keluarga saya memang belum seutuhnya dijamah oleh Tuhan. Papi, mami, dan adik saya belum mau mengikut Tuhan Yesus seperti saya. Dan tak jarang, karena iman percaya saya ini, saya mendapat perlakuan seperti pagi tadi.
Hari ini, mereka bertiga merayakan hari besar agama mereka. Dan hari ini juga, saya juga merayakan hari Sabat yang dikuduskan oleh Tuhan bagi saya. Pagi-pagi benar, seusai saya bersaat teduh, adik saya memasuki kamar tidur saya. "Mari, kita pulang ke rumah nenek. Hari ini lebaran." Saya menjawab dengan cepat, "Tidak, hari ini aku tidak akan kemana-mana sebelum ke gereja!" Mendengar jawaban saya, adik saya laporan ke papi dan mami saya. Selesai saya mandi dan hendak berganti pakaian, papi saya mendatangi saya dengan setengah marah. "Kenapa kamu mementingkan dirimu sendiri? Hormati dong adikmu yang merayakan hari rayanya."
"Tidak papi, saya hanya dua jam di gereja, jam 10 saya akan kembali ke rumah. Saya tetap menghormati dia yang merayakan lebaran, tapi hari ini, saya tidak mau ikut acara lainnya jika saya tidak ke gereja lebih dulu."
"Ini kan sekali setahun!"
"Dan saya juga hanya sekali seminggu, Sabat di gereja!"
Mendengar jawaban saya yang tidak mau bergeming dari prinsip saya, papi saya bertambah marah.
"Jika kamu ke gereja pagi ini, kamu tidak akan kembali ke rumah ini lagi!"
"Saya siap pi!"
"Kamu mau, papi bertengkar sama adikmu."
"Silahkan. Yang penting hari ini hari Minggu dan aku harus ke gereja, apapun yang terjadi!"
"Apa sie posisimu di gereja? Sampai kamu berani seperti itu kepada keluargamu?"
"Ini bukan masalah posisiku di gereja pi. Tapi ini adalah komitmenku! Aku pelayan Tuhan, pagi ini aku singer di ibadah pagi. Dan aku mau beribadah ke rumah Tuhanku seperti ini sampai kapanpun."
Markus 8:34-35, Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Saya tak lagi mengindahkan kata-kata papi saya yang lain. Bukannya saya tak lagi hormat kepada beliau, tapi ini sikap radikal (baca: nekad) yang berani saya ambil untuk tidak perpaling dari pengudusan saya atas hari Sabat. Selesai berganti pakaian, saya turun dari lantai dua dan mendapatkan ketiga orang yang saya kasihi itu bersiap lagi menentang acara saya untuk beribadah pagi di gereja.
"Sia-sia aku pulang ke rumah ini. Disini aku cuma mendapati seorang egois yang mementingkan kepentingannya sendiri. Acara sekali setahun dikalahkan dengan acara sekali seminggu!" Adik saya mulai menceracau lagi.
Saya diam, saya mendekati mami saya, meminta kunci sepeda motor untuk sarana jalan saya dari rumah ke gereja.
"Tidak, kamu harus ke gereja naik angkutan umum hari ini. Jangan menambah masalah lagi dengan mambawa motor." Mami saya menolak permintaan saya dengan sangat 'halus'.
Saya tersenyum kecut. Baik mami, papi, dan adik saya, menunjukkan wajah-wajah tak senangnya karena keinginan saya untuk ke gereja pagi di hari Minggu. Akhirnya saya keluar dari rumah tanpa meminta apa-apa lagi dari orang rumah.
Sebenarnya, saya juga agak sangsi bisa mendapat angkutan untuk ke gereja pagi ini. Jam baru menunjukkan pukul 06.15 WIB ditambah lagi hari ini adalah hari pertama perayaan lebaran. Kemungkinan besar orang-orang termasuk para sopir dan kondektur angkutan umum juga sedang melakukan aktivitas di rumahnya sendiri-sendiri karena kota tempat saya berada ini adalah kota yang juga belum dimenangkan sepenunhnya oleh Tuhan.
Saya menyusuri jalan-jalan kota yang lengang sambil memutar otak. Apa yang harus saya perbuat? Kiri dan kanan saya tidak ada kendaraan umum yang melintas. Yang ada hanyalah mereka yang sedang terburu-buru menuju masjid-masjid setempat dengan sepeda motor atau mobilnya, bukan ke arah gereja.
Di tengah keputusasaan saya, tiba-tiba ada sebuah bis dari arah Barat menghampiri saya. Saya bersorak! Bis ini merupakan bis angkutan dari kota Purwantoro ke Ponorogo. Isi bisnya hanya tinggal beberapa orang saja, namun saya sangat bersyukur dengan adanya bis ini. Saya bisa mencapai kota hanya dalam waktu 10 menit. Turun dari bis, saya menempuh sisa perjalanan dengan berjalan kaki.
Sepanjang perjalanan saya merenung. "Oh Tuhan, betapa berharganya waktu untuk beribadah kepada-Mu bagi orang-orang yang setia kepada-Mu", kata saya dalam hati. Rasanya saya sedih jika mendengar anak Tuhan yang seluruh keluarganya sudah mengakui bahwa Yesus juga sebagai Juruselamatnya, namun mereka masih bermain-main dengan waktu ibadah mereka kepada Tuhan. Mereka lebih memilih bekerja mencari uang dan kekayaan, atau memilih liburan dan menggadaikan hari Sabat Tuhan demi kesenangan hidup duniawi mereka. Sementara di lain pihak, saya (dan mungkin banyak orang di luar sana seperti saya) harus berjuang seperti ini, melawan tiga orang yang saya kasihi hanya demi bisa beribadah kepada Tuhan di hari Minggu!
Ketika saya masuk ke gereja, saya semakin bersukacita karena kedahsyatan Tuhan saya. Saya percaya bahwa Tuhan yang saya sembah bukan Tuhan yang bisu dan tuli seperti tuhan-tuhan yang disembah oleh agama lain di dunia ini termasuk yang dipuja oleh keluarga saya. Saya melayani Tuhan saya hari ini dengan 'berbeda'. Dia sudah menempatkan saya pada satu posisi yang lebih tinggi daripada hari-hari kemarin melalui peristiwa tidak mengenakkan di pagi hari ini dan saya tetap mengucap syukur karenanya.
Selesai ibadah, saya mendekati seorang bapak yang bertugas penjemputan gereja. Saya berkata kepada beliau bahwa saya akan ikut mobil gereja sampai ke halte bis terdekat karena saya tidak membawa sepeda motor hari ini. Saya adalah orang terakhir yang diantarkannya ke halte bis setelah mengantarkan dua orang manula lainnya ke rumah masing-masing. Begitu sampai di halte bis, bapak ini berkata, "Beneran diantar sampai sini saja? Kelihatannya tidak akan ada bis yang lewat nie." Keadaan halte bis memang cukup lengang saat itu. Tidak ada calon penumpang yang nampak, apalagi antrian bis atau angkutan umum yang biasa berjajar disana untuk mengantarkan calon penumpang ke tempat tujuannya.
"Iya, pak. Saya yakin akan ada angkutan yang mengantar saya ke rumah nanti."
"O ya udah, nanti kalo lama nggak datang-datang bisnya, tolong telpon Om Arief ya, biar diantar sampai rumah."
"Ya!" Hanya itu yang saya ucapkan kepada bapak itu sambil memandangi mobil gereja perlahan pergi dari hadapan saya.
Tak berapa lama, seorang tukang ojek menghampiri saya.
"Mau diantar mbak?"
"Oh tidak pak, saya nunggu angkutan lewat saja."
"Tapi nanti lama."
"Tidak apa-apa, saya akan menunggu." Saya mau menunggu angkutan umum lewat dan menolak tukang ojek yang menawarkan jasanya itu bukan karena saya tidak ingin cepat-cepat sampai di rumah. Tapi, saya tidak mau buang-buang uang lebih banyak lagi karena pagi ini saya keluar rumah dengan uang terbatas. Belum lagi tarif angkutan umum di hari lebaran juga naik semua. Jika saya salah menggunakan uang dan nanti tidak cukup untuk membayar sewa ojeknya, tidak akan ada bantuan lain karena keluarga saya sudah 'menolak' saya pagi ini.
Puji Tuhan, hanya 10 menit menunggu, ada bis angkutan umum lewat di depan saya. Tuhan saya benar-benar ajaib. Apa yang saya perlukan hari ini, dipenuhi-Nya tepat pada waktunya. Dan 10 menit kemudian saya sudah berdiri di depan pintu rumah saya kembali dengan selamat. Seluruh keluarga saya memandangi saya dengan takjub. Bagaimana mungkin saya bisa pulang dan pergi dari rumah ke gereja dan kembali ke rumah lagi dalam waktu secepat itu, padahal hari ini adalah hari pertama lebaran dimana angkutan umum di pagi hari tergolong sulit didapati. Ah, andai mereka tahu siapa itu Yesus, Tuhan saya! hehehe. Apa yang mustahil bagi manusia, bisa diadakan-Nya dengan sekali tepuk! Ya kan? :)
Tak berhenti sampai disitu. Hari ini saya benar-benar bisa membungkam mulut iblis dengan telak!
Sesampai di rumah, setelah berganti pakaian, selesai menyantap makan pagi, saya menyempatkan diri bersama papi, mami, dan adik saya berkunjung ke rumah-rumah tetangga untuk mengucapkan selamat hari raya kepada mereka. Saya melihat perubahan sikap pada papi, mami, dan adik saya karena saya bisa bersikap wajar meski dikatai-katai pedas pagi tadi dan diberondong beramai-ramai sementara saya hanya seorang diri mempertahankan prinsip saya. Mereka yang tadi pagi begitu ganas menyerang keinginan saya untuk beribadah kepada Tuhan dengan tuduhan bahwa saya tidak menghormati mereka yang beragama lain, sekarang diam.
Berkat lain, saya peroleh dari toko saya. Hari ini sebenarnya saya ingin meliburkan toko, tempat usaha saya. Tapi meski saya berencana tutup, ada saja tetangga yang masuk dan membeli barang dagangan saya atau menggunakan jasa yang saya jual di toko dari siang sampai sore ini. Yah, saya percaya inilah efek dari kemenangan saya membungkam mulut iblis pagi ini! Saya sudah mengalahkannya yang menahan saya untuk melangkah ke rumah Tuhan di hari Minggu dan menyelesaikan karya pelayanan saya di ibadah pagi ini dengan baik. Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya. Penyertaan-Nya sempurna bagi anak-anak-Nya yang setia menguduskan nama-Nya dan hari Sabat-Nya.
Jika hari ini Ia berkenan menggoncangkan perbendaharaan dari Surga-Nya untuk saya, jangan iri! Saya sudah beribadah kepada-Nya, saya sudah melayani-Nya, dan saya sudah memikul salib saya pagi ini. Saya berani bayar harga mahal untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan saya pagi ini!
Anda mau diberkati oleh-Nya seperti saya?
Kuduskan hari Sabat Tuhan! Berhentilah bekerja sesaat, cari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tahan dulu keinginan anda untuk berlibur, datangi Tuhan lebih dulu. Senangkan Dia sebelum anda bersenang-senang sendiri bersama orang-orang yang anda kasihi. Ia lebih berharga daripada pekerjaan anda, lebih mulia dari kekayaan anda, dan lebih mendatangkan sukacita daripada kesenangan dunia. Jika anda mendapatkan Dia, anda akan memperoleh seluruh dunia ini sebagai bonusnya. Tapi meski anda berjuang keras mendapatkan dunia ini, jika Ia tidak berkenan kepada anda, anda tidak akan mendapat apa-apa. So, jangan anggap remeh Tuhan Yesusmu. Jangan anggap sepele hari Sabat, hari Minggu-Nya! Kuasa Firman-Nya ribuan tahun lalu masih tetap berkuasa sampai hari ini dan selama-lamanya! (nj@coe).
No comments:
Post a Comment