Oleh : Angelina Kusuma
"Cowoku ngilang entah kemana! Ditelpon nggak bisa. Didatengin ke rumah katanya di kantor. Giliran didatengin ke kantor langsung, katanya yang meeting-lah, yang sibuklah, yang ke luar kotalah, sudah pulang lebih awallah...Seperti nggak ada waktu lagi buatku. Padahal awalnya kami seperti nggak ada masalah serius deh."
Wanita lebih sering ngalami saat-saat dimana para pria yang dikasihinya tiba-tiba menghilang entah kemana dalam beberapa waktu tanpa alasan yang jelas, dan kemudian dengan tiba-tiba juga para pria tersebut bisa muncul lagi di depan mereka tanpa diduga dan kembali bersikap seperti tak ada apa-apa. Kenapa ya?
Sebagai wanita, kita pasti pernah dipusingkan dengan perilaku pria yang suka ngilang dan muncul kembali ini sesekali waktu. Yang bikin tambah gregetan, biasanya mereka menghilang tanpa kabar dan muncul dengan tanpa kabar juga. Piyuh, nyebelin kan...
Evelin: "Seminggu kemarin kamu kemana aja sie? Aku cari-cari kok nggak ketemu terus. HP juga cuma hidup, tapi nggak bisa dikontak sama sekali."
Raka: "Biasalah ada masalah."
Evelin: "Masalah apa?"
Raka: "Bukan apa-apa. Cuma masalah kecil."
Evelin: "Apa tuh?"
Raka: (tanpa menjawab...langsung ngeloyor pergi)
Women, men are not one of you!
Berbeda dengan wanita yang bisa lebih 'greget' jika mereka berada di sekitar teman-teman, keluarga, dan orang-orang yang dikasihinya saat menghadapi masalah, pria lebih suka bersembunyi ke dalam 'gua' mereka dan menyendiri beberapa saat tanpa melibatkan orang lain dalam hidupnya, meskipun itu adalah anda, wanita yang sangat dikasihinya. Ini adalah hal yang wajar dilakukan oleh hampir semua pria tanpa kecuali.
Perlu waktu untuk menyelesaikan masalah
Figur pria selalu diidentikkan sebagai sosok pemimpin, pelindung, penyelamat, dan pemrakarsa utama di semua aspek kehidupan dunia. Karenanya, ketika mereka sedang menghadapi masalah, tak jarang para pria ini akan beranggapan bahwa mereka juga harus tetap kuat dan tak tergoyahkan. Dengan menyendiri, para pria berharap bisa menyelesaikan masalah mereka dan menjaga image-nya tetap sebagai 'pria sejati' yang tak mudah terlihat lemah di mata orang-orang sekelilingnya.
Tak punya jawaban
Percakapan Evelin dengan Raka di atas adalah contoh kecil yang biasa kita jumpai sehari-hari. Wanita yang sudah terbiasa sharing dengan siapa saja dan dengan topik apa saja, sering memperlakukan pria sebagai salah satu seperti mereka. Ketika pria diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya atau memang dia tidak mau menjawab, mereka akan memilih untuk menjauhi orang yang membuatnya tak berkutik itu.
Pertanyaan-pertanyaan 'kurang penting' yang biasa diucapkan oleh wanita kepada pria-prianya seperti, "Aku udah cantik belom", "Gimana penampilanku sore ini?", "Cantik mana aku sama cewe berbaju pink itu?", "Kamu kangen sama aku nggak?", "Kamu masih cinta sama aku kan?", juga bisa membuat para pria diam. Diam bukan berarti dia tidak mengasihi anda lagi, tapi karena menurut pria pertanyaan-pertanyaan tersebut terlalu 'mudah' untuk mereka jawab sehingga menyebabkan mereka justru ogah menjawab karena akan buang waktu!
Bingung atau tertekan
Bila dibandingkan dengan wanita, pria sebenarnya lebih rapuh saat menghadapi tekanan. Wanita dirancang dengan sistem kekebalan yang unik. Wanita lebih mudah berbagi dengan lingkungannya dan itu yang menyebabkan wanita lebih tahan hidup karena bisa berbagi beban. Selain itu, otak kanan dan otak kiri wanita bekerja bersamaan dalam satu waktu. Pria lebih mengandalkan kekuatan fisiknya setiap kali ia tertimpa masalah dan hanya berpikir secara terpusat di satu waktu.
Meski wanita dalam keadaan tertekan, wanita masih bisa memikirkan baju yang diingininya di mall yang kemarin dilewatinya, masih bisa memikirkan nanti sore makan apa, masih bisa merencanakan liburan akhir pekannya, dan lain-lain. Tapi pria? Ketika pria mengalami tekanan, ia hanya akan memikirkan masalahnya itu terus-menerus sehingga menghilangkan mood-nya pada yang lain.
John Gray berkata, "If a woman is unhappy in her relationships, she can’t concentrate on her work. If a man is unhappy at work he can’t focus on his relationships". Satu-satunya cara untuk membuat para pria keluar dari rasa tertekannya bukan dengan menodongnya dengan alasan relationships yang sudah terjalin, tapi dengan memberinya dorongan agar ia bisa segera menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Pikiran pria lebih dipengaruhi oleh pekerjaannya ketimbang urusan cintanya. Ketika mereka merasa terancam di pekerjaannya, pria lebih cepat menjadi dingin kepada wanita meski mereka sangat menggebu-gebu mengejar wanita tersebut dulunya.
Mencari jati diri
Seorang rekan pria saya tampak murung akhir-akhir ini. Di setiap kesempatan kumpul-kumpul, ia terlihat paling diam di antara yang lainnya dan tidak seperti biasanya. Usut punya usut, ternyata ia hendak melangsungkan pernikahannya tiga bulan lagi. Jika wanita hendak melangsungkan pernikahan, ia akan lebih nampak gembira dari pada hari-hari biasanya, pria sebaliknya. Tak jarang, pria menjadi sosok yang lebih linglung menjelang hari pernikahannya.
Kenapa? Rekan saya menjawab, "Aku bingung dengan pernikahanku. Mendadak, aku merasa akan menjadi orang lain setelah menikah nanti. Aku takut salah memilih calon istri, aku takut tidak bisa membahagiakannya, aku takut tidak bisa membiayai keluargaku, aku takut tidak bisa menjadi bapak yang baik bagi anak-anak kami nantinya, aku takut tidak bisa utuh menjadi kepala dalam rumah tanggaku nanti, aku takut pekerjaanku tidak bisa menjamin kebutuhan rumah tangga kami..."
Jika wanita mencari jati diri dengan menggalakkan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, beginilah sikap pria ketika sedang mencari jati dirinya. Mereka lebih memilih menanyai dirinya sendiri dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya ragu-ragu dan menarik diri sementara waktu dari peredaran dari pada sibuk cuap sana, cuap sini.
Ketika priamu mulai menarik diri untuk bersembunyi ke 'gua'-nya, beri dia waktu untuk benar-benar menikmati kesendiriannya beberapa saat. Buat rencana perjalanan atau hang out rame-rame bersama gank wanitamu sementara ia bersemedi, jika tidak mau terus-menerus makan hati memikirkannya.
Setelah pria puas dengan kesendiriannya dan berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri, sambut kemunculannya lagi dengan wajar. Tak perlu menanyainya macam-macam apalagi mencurigainya. Pria tidak ingin dibuat merasa bersalah karena ia menarik diri sementara waktu dari anda. Ia hanya perlu diterima sama seperti sebelum ia menghilang atau tiba-tiba mendiamkan anda (nj@coe).
No comments:
Post a Comment