"Pantas doamu nggak dijawab-jawab ma Tuhan. Kamu nggak beriman sie ?"
"Hanya perlu iman saat mengikut Yesus ..."
Berulang-ulang saya mendengar berbagai pernyataan dari berbagai latar belakang manusia mengenai perlunya iman dalam kehidupan ke-Kristenan. Tetapi berulang kali pula saya mendengar pengakuan dari banyak orang yang masih bingung mengenai makna sebuah kata tersebut.
Ibrani 11:3, Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
Iman itu abstrak. Tidak bisa diukur dengan parameter tertentu dan ketetapan yang matematis. Ketika saya belum lahir baru, saya juga sering berkata, "Duh, makanya apa si iman ini ?" Berkali-kali mendengar kata iman didengungkan di mimbar gereja tetapi tidak bisa menangkap inti dari tindakan nyatanya.
Suatu pagi di Saat Teduh saya, akhirnya Tuhan membawa saya kepada Matius 13:32 untuk mendeskripsikan iman dan membuka pikiran saya yang selama belum lahir baru berputar-putar dengan pertanyaan, "Apa itu iman ?", "Seperti apa orang yang beriman itu ?", "Kenapa manusia harus beriman ?", dll.
Matius 13:32, Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya
Seumur hidup, saya belum pernah melihat pohon sesawi - kalo sayur sawi udah hihihi. Saya belum pernah melihat ukuran bijinya dan seberapa besar pohon yang akan dihasilkan oleh biji tersebut. Tetapi dibelakang rumah nenek saya yang di desa, ada sebatang pohon asam Jawa yang sangat besar. Pohon asam Jawa itu tumbuh jauh sebelum saya dilahirkan. Usianya sudah sangat tua sehingga ukuran batang pohonnya juga besar. Sering kali saya mendengar kicauan burung-burung dari pohon tersebut. Mungkin di atas pohon ada banyak sarang burung dan binatang sejenisnya yang bernaung di sana.
Buah asam Jawa juga berbiji. Besar bijinya seukuran kelereng berwarna coklat tua. Meskipun dikatakan bahwa biji sesawi merupakan biji paling kecil dari segala jenis benih, saya bisa membayangkan perumpamaan biji sesawi yang diucapkan Yesus 2000 tahun sebelumnya dengan melihat pohon asam Jawa itu meskipun keduanya tidak sama persis.
Ketika biji asam Jawa sebesar kelereng jatuh ke atas tanah yang subur, ia akan bertumbuh menjadi sebuah pohon yang membesar dari waktu ke waktu. Saat usia pohon sudah menua dengan cabang dan ranting-rantingnya yang banyak, maka akan datang burung-burung dan hewan-hewan sejenisnya bernaung di bawahnya. Inilah ilustrasi iman yang bisa kita petik dari Matius 13:32.
Iman tidak akan ada dengan sendirinya tanpa ada yang menabur. Iman tidak akan bisa menjadi besar, kuat dan kokoh, tanpa proses pertumbuhan terlebih dahulu. Saat kita baru lahir baru, kita seperti sebuah biji sesawi atau biji asam Jawa yang kecil. Kita belum bisa berbuat banyak untuk menghidupi diri kita sendiri dengan sempurna dan orang lain dengan pengetahuan kita tentang Kristus yang terbatas. Tetapi jika kita mau bertumbuh seperti pohon asam Jawa di belakang rumah nenek saya di desa, kita juga bisa menjadi besar dan kokoh suatu saat nanti. Setelah iman kita bertumbuh besar, maka dengan mudah kita akan menjadi tempat bernaung dan jawaban dari mereka yang masih mencari-cari kebenaran mengenai Kerajaan Sorga.
Iman dalam Alkitab tidak berbicara mengenai ukurannya yang besar atau kecil. Iman berbicara mengenai kemauan untuk bertumbuh menjadi besar, kuat, dan kokoh, atau sebaliknya, iman yang tidak terpelihara akan menjadi mundur, menyusut dan lama kelamaan mati.
Banyak orang salah mengartikan bahwa mengikut Yesus hanya memerlukan iman yang kecil untuk bertahan hidup.
"Hah, yang benar ?"
Tentu tidak demikian bukan ?
Kita adalah benih-benih Kristus dalam dunia Kristen. Yesus adalah Sang Penumbuh segala jenis benih. Jika kita tidak mempunyai keinginan untuk bertumbuh, maka kita akan tetap menjadi benih kecil yang tidak berguna apa-apa bagi Tuhan dan dunia. Kita perlu bekerja sama dengan Sang Penumbuh benih, Yesus Kristus, untuk menjadikan iman kita yang kecil itu bertumbuh menjadi pohon iman yang besar dari waktu ke waktu - proses iman.
Ke-Kristenan bukan egoisme diri dengan menyerahkan segala sesuatu ke tangan Tuhan semata-mata tanpa melakukan aksi apapun sebelumnya - ke-Kristenan manja. Kita perlu bekerja sama dengan Tuhan agar rancangan-rancangan indah-Nya dalam hidup kita tergenapi. Iman tanpa perbuatan sama dengan mati. Begitu juga kita yang adalah benih-benih Kristus juga bisa mati jika kita tidak mempunyai kemauan untuk bertumbuh dan bekerja sama dengan Sang Penumbuh benih untuk menjadikan iman kita yang mulanya kecil menjadi besar, kuat, dan kokoh.
"Hanya perlu iman saat mengikut Yesus ..."
Berulang-ulang saya mendengar berbagai pernyataan dari berbagai latar belakang manusia mengenai perlunya iman dalam kehidupan ke-Kristenan. Tetapi berulang kali pula saya mendengar pengakuan dari banyak orang yang masih bingung mengenai makna sebuah kata tersebut.
Ibrani 11:3, Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
Iman itu abstrak. Tidak bisa diukur dengan parameter tertentu dan ketetapan yang matematis. Ketika saya belum lahir baru, saya juga sering berkata, "Duh, makanya apa si iman ini ?" Berkali-kali mendengar kata iman didengungkan di mimbar gereja tetapi tidak bisa menangkap inti dari tindakan nyatanya.
Suatu pagi di Saat Teduh saya, akhirnya Tuhan membawa saya kepada Matius 13:32 untuk mendeskripsikan iman dan membuka pikiran saya yang selama belum lahir baru berputar-putar dengan pertanyaan, "Apa itu iman ?", "Seperti apa orang yang beriman itu ?", "Kenapa manusia harus beriman ?", dll.
Matius 13:32, Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya
Seumur hidup, saya belum pernah melihat pohon sesawi - kalo sayur sawi udah hihihi. Saya belum pernah melihat ukuran bijinya dan seberapa besar pohon yang akan dihasilkan oleh biji tersebut. Tetapi dibelakang rumah nenek saya yang di desa, ada sebatang pohon asam Jawa yang sangat besar. Pohon asam Jawa itu tumbuh jauh sebelum saya dilahirkan. Usianya sudah sangat tua sehingga ukuran batang pohonnya juga besar. Sering kali saya mendengar kicauan burung-burung dari pohon tersebut. Mungkin di atas pohon ada banyak sarang burung dan binatang sejenisnya yang bernaung di sana.
Buah asam Jawa juga berbiji. Besar bijinya seukuran kelereng berwarna coklat tua. Meskipun dikatakan bahwa biji sesawi merupakan biji paling kecil dari segala jenis benih, saya bisa membayangkan perumpamaan biji sesawi yang diucapkan Yesus 2000 tahun sebelumnya dengan melihat pohon asam Jawa itu meskipun keduanya tidak sama persis.
Ketika biji asam Jawa sebesar kelereng jatuh ke atas tanah yang subur, ia akan bertumbuh menjadi sebuah pohon yang membesar dari waktu ke waktu. Saat usia pohon sudah menua dengan cabang dan ranting-rantingnya yang banyak, maka akan datang burung-burung dan hewan-hewan sejenisnya bernaung di bawahnya. Inilah ilustrasi iman yang bisa kita petik dari Matius 13:32.
Iman tidak akan ada dengan sendirinya tanpa ada yang menabur. Iman tidak akan bisa menjadi besar, kuat dan kokoh, tanpa proses pertumbuhan terlebih dahulu. Saat kita baru lahir baru, kita seperti sebuah biji sesawi atau biji asam Jawa yang kecil. Kita belum bisa berbuat banyak untuk menghidupi diri kita sendiri dengan sempurna dan orang lain dengan pengetahuan kita tentang Kristus yang terbatas. Tetapi jika kita mau bertumbuh seperti pohon asam Jawa di belakang rumah nenek saya di desa, kita juga bisa menjadi besar dan kokoh suatu saat nanti. Setelah iman kita bertumbuh besar, maka dengan mudah kita akan menjadi tempat bernaung dan jawaban dari mereka yang masih mencari-cari kebenaran mengenai Kerajaan Sorga.
Iman dalam Alkitab tidak berbicara mengenai ukurannya yang besar atau kecil. Iman berbicara mengenai kemauan untuk bertumbuh menjadi besar, kuat, dan kokoh, atau sebaliknya, iman yang tidak terpelihara akan menjadi mundur, menyusut dan lama kelamaan mati.
Banyak orang salah mengartikan bahwa mengikut Yesus hanya memerlukan iman yang kecil untuk bertahan hidup.
"Hah, yang benar ?"
Tentu tidak demikian bukan ?
Kita adalah benih-benih Kristus dalam dunia Kristen. Yesus adalah Sang Penumbuh segala jenis benih. Jika kita tidak mempunyai keinginan untuk bertumbuh, maka kita akan tetap menjadi benih kecil yang tidak berguna apa-apa bagi Tuhan dan dunia. Kita perlu bekerja sama dengan Sang Penumbuh benih, Yesus Kristus, untuk menjadikan iman kita yang kecil itu bertumbuh menjadi pohon iman yang besar dari waktu ke waktu - proses iman.
Ke-Kristenan bukan egoisme diri dengan menyerahkan segala sesuatu ke tangan Tuhan semata-mata tanpa melakukan aksi apapun sebelumnya - ke-Kristenan manja. Kita perlu bekerja sama dengan Tuhan agar rancangan-rancangan indah-Nya dalam hidup kita tergenapi. Iman tanpa perbuatan sama dengan mati. Begitu juga kita yang adalah benih-benih Kristus juga bisa mati jika kita tidak mempunyai kemauan untuk bertumbuh dan bekerja sama dengan Sang Penumbuh benih untuk menjadikan iman kita yang mulanya kecil menjadi besar, kuat, dan kokoh.
No comments:
Post a Comment