Tuesday, May 20, 2008

Sebab Hidup Tak Bisa Menunggu

Oleh : Angelina Kusuma

Saya mempunyai sebuah unit usaha berupa netcafe atau lebih dikenal sebagai warung internet di kota saya. Netcafe ini sudah berdiri sejak dua tahun yang lalu dan menghasilkan penghasilan yang cukup untuk membantu biaya kehidupan keluarga saya. Tetapi sejak pertengahan tahun lalu, pamor dari netcafe ini hampir tenggelam tertelan maraknya netcafe-netcafe baru yang mulai merajalela di kota saya. Bukan saja harga sewa per jam yang terpaksa mulai menurun dari tahun pertama saya membuka netcafe, tetapi spesifikasi komputer saya juga mulai tertinggal dari netcafe baru yang jelas mengusung high technology untuk menyaingi netcafe lama.

Ketika merasa bahwa penghasilan saya jauh menurun dibandingkan bulan-bulan berikutnya, saya pun hampir putus asa. Dua pilihan terbentang di depan saya, menutup netcafe atau memperbaiki jalur management netcafe yang saya punyai ini. Memperbaiki jalur management akhirnya menjadi pilihan akhir saya meskipun itu dengan sangat berat hati. Saya harus mengganti 8 komputer sekaligus dengan spesifikasi yang lebih baik dari sebelumnya dan menghabiskan uang yang tidak sedikit - hampir separuh dari modal pembuatan netcafe pada awalnya kembali saya investkan untuk proses up grade komputer.

Sempat terbersit kekhawatiran, saat saya harus melempar modal yang tidak sedikit untuk netcafe ini. Apakah dalam waktu setahun saya bisa mengembalikan modal tersebut di tengah persaingan netcafe-netcafe lain yang menjamur ? Apakah spesifikasi yang saya usung sekarang bisa available untuk bersaing dengan netcafe baru yang juga mempunyai spesifikasi komputer hampir setara dengan saya ? Apakah ini dan apakah itu, memenuhi pikiran saya di detik-detik akhir pengambilan keputusan genting tersebut.

Seminggu setelah proses up grade spesifikasi 8 komputer di netcafe berlangsung, sekarang saya bisa sedikit bernafas lega. Pendapatan dari netcafe pasca up grade komputer ke spesifikasi yang lebih tinggi dari sebelumnya kembali menunjukkan geliat yang menggembirakan. Di tambah dengan proses promosi yang gencar, akhirnya sedikit demi sedikit pendapatan saya yang hampir hilang akibat dari menjamurnya netcafe baru dengan high technology di kota ini kembali mengalir ke kas saya. Bayangkan jika saya tetap mempertahankan kondisi netcafe saya yang lama. Mungkin sampai detik ini, pamor netcafe ini bukannya tambah cemerlang, tetapi semakin tertelan arus persaingan dunia usaha yang tidak pernah mengenal kompromi.

Dari pengalaman kecil di dunia usaha ini, mengajari saya bahwa hidup memang tak bisa terus menunggu. Kita tahu bahwa menunggu adalah sebuah aktivitas menjemukan yang sangat menguras tenaga. Kita tidak bisa terus mengharapkan dunia berubah seturut yang kita mau. Dunia di sekitar kita tidak akan pernah berubah menjadi lebih baik, itu Firman Tuhan. Hari-hari ini dan yang akan datang adalah masa yang sukar (2 Timotius 3:1-9). Jika kita selalu mengharapkan bahwa dunia yang lebih baik akan datang sendiri dengan menunggunya, itu nonsense terjadi.

Kita bisa melakukan perubahan terhadap dunia mulai dari diri kita sendiri. Kita bisa menyelamatkan banyak bangsa-bangsa ketika cara hidup kita di dalam Tuhan berubah ke arah yang lebih baik terlebih dulu. Seribu langkah dimulai dari satu langkah kecil ke depan. Saya juga merasa berat melangkah saat ingin mengadakan perubahan di netcafe saya. Perhitungan untung rugi membayangi saya sehingga membuat saya hampir membatalkan keinginan untuk meng-up grade komputer saya begitu melihat angka yang harus saya keluarkan dari kantong kas saya. Tetapi setelah perubahan itu terjadi dan rencana saya terlihat menghasilkan nilai positif, barulah saya bisa tersenyum dan menikmati target-target saya terpenuhi satu per satu di hari-hari ke depan.

Saya bersyukur karena saya tidak menunggu waktu lebih lama lagi untuk melakukan aksi perubahan di netcafe saya. Jika iya, mungkin hidup saya akan mengalami stagnasi di satu titik atau justru terpuruk lebih dalam lagi. Kita harus berani mengambil resiko demi kebaikan di masa depan, sebab hidup tak bisa menunggu ...

No comments: