Matius 26:38, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."
Banyak orang yang mengalami putus asa hari-hari akhir ini. Berita di televisi, koran, maupun internet, seakan berlomba-lomba memberitakan orang yang bunuh diri atau berlaku kalap terhadap orang-orang disekitarnya hanya karena masalah sepele. Karena dibakar rasa cemburu, seorang istri atau suami tega membunuh pasangan hidupnya dengan cara sadis tanpa belas kasihan. Karena merasa tak mampu lagi membiayai kehidupan keluarga, seorang suami tega menghabisi seluruh keluarganya dengan cara meminum racun bersama-sama. Karena tidak segera mendapat pekerjaan, seorang pria ditemukan tewas gantung diri. Bahkan seorang siswa sekolahpun sudah ada yang berani membakar dirinya sendiri hanya karena tidak lulus ujian nasional.
Dampak kehidupan yang semakin sulit, menyebabkan banyak manusia berfikir pendek. Membiarkan rasa putus asa membelenggu dirinya dengan kuat sehingga menempuh jalan untuk segera mengakhiri hidupnya dengan cara yang bertentangan dengan Firman Tuhan.
"Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya". Kalimat ini diucapkan oleh Yesus menjelang penangkapan-Nya di Getsemani sebelum disalibkan. Yesus yang sedang mengalami pergumulan berat dan sangat bersedih, juga ketakutan. Yesus yang putus asa !
Yesus juga pernah dan bisa merasakan sedih, takut, dan juga putus asa seperti yang kita rasakan. Teladan kemenangan Yesus atas masalah yang menimpa-Nya, itulah yang harus kita contoh. Yang membuat Yesus menang adalah karena Ia menjaga fokus hasil akhir dari masa penderitaan-Nya di bumi ini dengan menyerahkan segalanya kepada Bapa-Nya di Surga.
Matius 26:39, Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Bagaimana dengan fokus kita saat mengalami masa pencobaan ? Apakah kita terfokus kepada besar kecilnya masalah yang sedang kita hadapi atau pandangan kita mengarah kepada tujuan mulia Tuhan membiarkan kita hidup di dunia ini ?
Suatu hari, saya pergi ke kota Yogyakarta untuk bertemu dengan teman-teman sepelayanan saya di sebuah forum Kristen online di sana. Sebenarnya saya sudah beberapa kali berkunjung ke kota ini. Hanya saja biasanya kemana-mana selalu diantar oleh saudara saya yang tinggal di kota tersebut. Hari itu seorang teman masa kuliah dulu menghubungi saya, menawari untuk menginap di rumahnya sekaligus sebagai kunjungan balasan karena ia beserta keluarganya pernah menginap di rumah saya ketika mereka dalam perjalanan yang melewati kota kami. Saya belum pernah berkunjung ke rumah teman saya ini dan benar-benar buta akan jalan-jalan di kota Yogyakarta.
Karena hari sudah menjelang malam dan tidak ada waktu lagi untuk menemui saudara saya yang tinggal di Yogyakarta, akhirnya teman-teman yang saya temui hari itulah yang mengantar saya untuk mencari rumah teman kuliah yang akan saya inapi malam itu. Sebuah pengalaman mencari alamat rumah yang luar biasa terjadi. Ada proses nyasar alias salah jalan beberapa kali dahulu sebelum akhirnya saya bisa berdiri dimuka pintu sebuah rumah dan melihat teman kuliah saya tersenyum menyambut saya di sana. Tiap kali saya dan teman-teman yang mengantar saya salah jalan, saya selalu membayangkan wajah teman saya yang sedang menunggu dirumahnya dan juga keinginan kuat saya untuk bertemu dengannya meskipun keadaan membuat saya berkali-kali harus putus asa.
"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Yesus juga menjaga fokus-Nya untuk selalu memandang ke arah hasil akhir dari proses penyaliban-Nya agar menang atas penderitaan yang harus Ia alami. Jika Yesus memilih untuk tidak disalib saat itu, anda dan saya tidak akan pernah merasakan keselamatan sampai kapanpun. Yesus mampu menghadapi pencobaan bagian-Nya karena Ia memandang fokus-Nya yang harus menyelamatkan dunia - anda dan saya, bukan kepada besar kecilnya penderitaan yang harus Ia tanggung.
Tujuan utama hidup kita di dunia ini adalah untuk kemuliaan Bapa. Ketika kita bisa menjaga fokus kita terus untuk kemuliaan Bapa di Surga, seberat apapun masalah yang sedang kita hadapi tidak akan ada rasa putus asa dan kata menyerah yang bisa membuat kita berhenti untuk terus berharap kepada-Nya dan melangkah maju menghadapi pencobaan hidup.
Banyak orang yang mengalami putus asa hari-hari akhir ini. Berita di televisi, koran, maupun internet, seakan berlomba-lomba memberitakan orang yang bunuh diri atau berlaku kalap terhadap orang-orang disekitarnya hanya karena masalah sepele. Karena dibakar rasa cemburu, seorang istri atau suami tega membunuh pasangan hidupnya dengan cara sadis tanpa belas kasihan. Karena merasa tak mampu lagi membiayai kehidupan keluarga, seorang suami tega menghabisi seluruh keluarganya dengan cara meminum racun bersama-sama. Karena tidak segera mendapat pekerjaan, seorang pria ditemukan tewas gantung diri. Bahkan seorang siswa sekolahpun sudah ada yang berani membakar dirinya sendiri hanya karena tidak lulus ujian nasional.
Dampak kehidupan yang semakin sulit, menyebabkan banyak manusia berfikir pendek. Membiarkan rasa putus asa membelenggu dirinya dengan kuat sehingga menempuh jalan untuk segera mengakhiri hidupnya dengan cara yang bertentangan dengan Firman Tuhan.
"Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya". Kalimat ini diucapkan oleh Yesus menjelang penangkapan-Nya di Getsemani sebelum disalibkan. Yesus yang sedang mengalami pergumulan berat dan sangat bersedih, juga ketakutan. Yesus yang putus asa !
Yesus juga pernah dan bisa merasakan sedih, takut, dan juga putus asa seperti yang kita rasakan. Teladan kemenangan Yesus atas masalah yang menimpa-Nya, itulah yang harus kita contoh. Yang membuat Yesus menang adalah karena Ia menjaga fokus hasil akhir dari masa penderitaan-Nya di bumi ini dengan menyerahkan segalanya kepada Bapa-Nya di Surga.
Matius 26:39, Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Bagaimana dengan fokus kita saat mengalami masa pencobaan ? Apakah kita terfokus kepada besar kecilnya masalah yang sedang kita hadapi atau pandangan kita mengarah kepada tujuan mulia Tuhan membiarkan kita hidup di dunia ini ?
Suatu hari, saya pergi ke kota Yogyakarta untuk bertemu dengan teman-teman sepelayanan saya di sebuah forum Kristen online di sana. Sebenarnya saya sudah beberapa kali berkunjung ke kota ini. Hanya saja biasanya kemana-mana selalu diantar oleh saudara saya yang tinggal di kota tersebut. Hari itu seorang teman masa kuliah dulu menghubungi saya, menawari untuk menginap di rumahnya sekaligus sebagai kunjungan balasan karena ia beserta keluarganya pernah menginap di rumah saya ketika mereka dalam perjalanan yang melewati kota kami. Saya belum pernah berkunjung ke rumah teman saya ini dan benar-benar buta akan jalan-jalan di kota Yogyakarta.
Karena hari sudah menjelang malam dan tidak ada waktu lagi untuk menemui saudara saya yang tinggal di Yogyakarta, akhirnya teman-teman yang saya temui hari itulah yang mengantar saya untuk mencari rumah teman kuliah yang akan saya inapi malam itu. Sebuah pengalaman mencari alamat rumah yang luar biasa terjadi. Ada proses nyasar alias salah jalan beberapa kali dahulu sebelum akhirnya saya bisa berdiri dimuka pintu sebuah rumah dan melihat teman kuliah saya tersenyum menyambut saya di sana. Tiap kali saya dan teman-teman yang mengantar saya salah jalan, saya selalu membayangkan wajah teman saya yang sedang menunggu dirumahnya dan juga keinginan kuat saya untuk bertemu dengannya meskipun keadaan membuat saya berkali-kali harus putus asa.
"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Yesus juga menjaga fokus-Nya untuk selalu memandang ke arah hasil akhir dari proses penyaliban-Nya agar menang atas penderitaan yang harus Ia alami. Jika Yesus memilih untuk tidak disalib saat itu, anda dan saya tidak akan pernah merasakan keselamatan sampai kapanpun. Yesus mampu menghadapi pencobaan bagian-Nya karena Ia memandang fokus-Nya yang harus menyelamatkan dunia - anda dan saya, bukan kepada besar kecilnya penderitaan yang harus Ia tanggung.
Tujuan utama hidup kita di dunia ini adalah untuk kemuliaan Bapa. Ketika kita bisa menjaga fokus kita terus untuk kemuliaan Bapa di Surga, seberat apapun masalah yang sedang kita hadapi tidak akan ada rasa putus asa dan kata menyerah yang bisa membuat kita berhenti untuk terus berharap kepada-Nya dan melangkah maju menghadapi pencobaan hidup.
No comments:
Post a Comment