Saturday, June 14, 2008

Prinsip 90/10

Oleh : Angelina Kusuma

Masih ingat mengenai Prinsip 90/10 yang dipopulerkan oleh Dr. Stephen R. Covey ?

- 10 % dari hidup kita terjadi karena memang harus kita alami. Kondisi ini tidak bisa kita kendalikan.
- 90 % dari hidup kita ditentukan dari cara kita memutuskan sesuatu atau bereaksi atas hidup itu sendiri. Kondisi ini adalah bagian yang bisa kita kendalikan.

Cara kita bereaksi terhadap suatu kejadian yang telah terjadi bisa membawa kita kepada keadaan yang lebih baik atau justru keadaan yang lebih buruk. Respon kita pada 5 detik pertama setelah kita mengalami sesuatu, akan menentukan hasil akhirnya.

Contoh kasus 1 :
Anda terlambat bangun dari jam yang seharusnya. Anda terkejut ketika melihat jam weker anda sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi, padahal anda harus tiba di tempat kerja pukul 7.00. Anda berlari keluar kamar, kemudian menemukan istri anda sedang duduk tenang di depan televisi sambil meminum teh. Apakah yang akan anda lakukan terhadap istri anda yang seolah cuek dengan keterlambatan anda dari bangun tidur ?

Reaksi 1 :
Anda gusar melihat ketenangan yang dilakukan oleh istri anda sementara anda menghadapi masalah bangun kesiangan dan terancam terlambat ke tempat kerja. Anda membentaknya karena tidak berusaha membangunkan anda sebelum jam menunjukkan pukul 6 pagi. Istri yang anda bentak membalas tuduhan anda bahwa andalah yang sulit dibangunkan, kemudian anda berdua terlibat dalam perang mulut. Akibat perang mulut, anda semakin kehilangan banyak waktu untuk mandi, tidak sempat sarapan pagi, semakin terlambat keluar rumah dan akhirnya sulit mendapatkan angkutan umum menuju ke tempat kerja anda. Sampai di tempat kerja anda terlambat hampir 1,5 jam dan mendapat teguran keras dari pimpinan anda.

Apakah akan berhenti sampai disitu saja masalahnya ? Tidak !

Ketika anda mulai bekerja, pikiran anda sudah terlalu penuh oleh kejadian-kejadian buruk yang menimpa anda sebelumnya dan akhirnya konsentrasi kerja andapun terpecah-pecah. Pekerjaan anda seharian berantakan, penyakit maag anda bisa saja kambuh karena tidak sarapan pagi, kemudian ketika pulang kantorpun belum tentu bahwa istri anda di rumah akan ramah menyambut anda karena perlakuan anda di pagi harinya.

Reaksi 2 :
Anda tahu bahwa anda terlambat bangun 30 menit dari jadwal yang seharusnya. Ketika anda menemui istri anda yang justru sedang enak-enakan minum teh sambil menonton televisi, anda menghampirinya, mengucapkan selamat pagi sambil mengecup keningnya dan memintanya agar esok hari ia membangunkan anda sebelum jam 6 pagi dengan lembut, kemudian memintanya menyiapkan bekal sarapan pagi yang bisa anda bawa ke kantor. Anda segera mandi, setelah itu mengambil sarapan yang sudah disiapkan istri anda dan keluar rumah dengan cepat mencari mobil angkutan ke tempat kerja anda. Anda tetap terlambat tiba di kantor tetapi tidak lebih dari 15 menit. Anda tetap mendapat teguran ringan dari pimpinan anda karena terlambat 15 menit tiba di kantor.

Meskipun demikian, anda masih bisa menyimpan energi anda untuk menyelesaikan pekerjaan kantor anda dan tidak membuat pikiran anda terlalu terpecah-pecah karena luapan emosi anda sebelumnya. Anda juga masih bisa mengisi perut anda yang kosong dengan bekal sarapan dari istri anda, dan ketika pulang ke rumah, anda tidak perlu khawatir bahwa istri anda akan cemberut menyambut anda.

Reaksi 1 dan 2 dari contoh kasus 1 mempunyai hasil akhir yang sangat berbeda meskipun diperhadapkan dengan sebuah kasus yang sama. Apakah yang menyebabkan keadaan bertambah buruk dari reaksi 1 adalah keterlambatan anda bangun di pagi hari ? Istri anda yang lalai tidak berusaha membangunkan anda tepat waktu ? Kemacetan di jalan ? Karena anda tidak sarapan pagi ? Atau karena anda sendiri ?

Berbeda dengan reaksi 1, di reaksi ke 2 terlihat jelas bahwa terlambat bangun, kemacetan jalan, dan keterlambatan tiba di kantor tetap tidak bisa anda hindari. Tetapi anda bisa mengendalikan dan menentukan hasil akhirnya sehingga tetap berlangsung baik. Sikap dan reaksi kita ketika terlibat dalam masalah itulah yang akan menjadi sumber dan penentu akhirnya.

Contoh kasus 2 :
Anda sedang membawa setumpuk buku dari ruang tamu untuk dipindahkan ke rak-rak di atas loteng rumah. Adik anda yang berumur 7 tahun sedang bermain-main dengan mobil-mobilan barunya, tidak sengaja mencekal kaki anda sehingga membuat anda tersandung dan membuat buku-buku bawaan anda berhamburan ke lantai.

Reaksi 1 :
Anda memarahi adik anda yang membuat anda tersandung dan buku-buku anda berhamburan. Adik anda menangis sekencang-kencangnya karena tindakan anda tersebut. Kemudian ibu anda yang ada di dapur bergegas ke tempat kejadian karena mendengar suara ribut-ribut. Ibu anda datang bukan untuk membela anda tetapi justru menyalahkan anda karena memarahi anak kecil. Anda bersikeras membela diri dan akhirnya terlibat percek-cokan dengan ibu anda. Pekerjaan anda menjadi tertunda karena sebuah pertengkaran yang tidak berarti tersebut. Kemudian membuat niat anda untuk membereskan sisa-sisa buku yang masih ada menjadi surut. Anda tidak jadi membereskan buku-buku di ruang tamu ke loteng rumah anda dan hubungan baik dengan adik maupun ibu anda menjadi tegang karenanya.

Reaksi 2 :
Anda mengelus kepala adik anda, kemudian menasehatinya agar ia tidak bermain-main di sekitar anda jika anda sedang sibuk memindahkan banyak barang ke tempat lain. Anda justru bisa meminta adik anda untuk membantu pekerjaan anda membereskan buku-buku yang berhamburan dan yang masih tersisa di ruang tamu. Pekerjaan anda bertambah ringan dengan hadirnya bantuan dari tangan adik anda kemudian ibu anda datang sambil membawa kue kesukaan anda dan adik karena kalian berdua telah melakukan tugas dengan baik tanpa keributan. Pekerjaan anda selesai, tenaga anda tidak terkuras habis, dan anda mendapat reward berupa kue dari ibu anda.

Anda bisa menerapkan beragam reaksi positif setiap kali anda mengalami hal yang tidak bisa anda kendalikan. Prinsip 90/10 bisa kita terapkan di mana dan kapan saja. Kita tidak bisa menghindari kondisi terlambat bangun, kemacetan jalan, tersandung, kecelakaan, nilai buruk, tidak mendapat promosi pekerjaan, usaha sepi, dipecat dari kantor, gagal nge-date dengan orang yang kita sukai, jadwal kereta api atau pesawat yang harus diundur, dll. Tetapi kita masih mempunyai kesempatan untuk mengendalikan hasil akhirnya dengan mengontrol reaksi kita terhadap kondisi-kondisi bad tersebut.

Biarkan hal-hal yang sudah terjadi dan tidak bisa anda kendalikan lagi mengalir dalam hidup anda seperti aliran air sungai. Air sungai meskipun menabrak batu-batu maupun benda-benda keras lainnya, ia akan tetap mencari dan menemukan sela-sela atau celah untuk dialiri atau dilewatinya. Begitu juga dengan anda, meskipun anda harus mengalami hal-hal buruk dalam hidup anda, ketika anda bisa mengendalikan reaksi anda terhadap hal-hal negatif tersebut dengan kepala dingin, anda juga akan terus mengalir dengan tenang menikmati hidup anda.

Be positive !

No comments: