Oleh : Angelina Kusuma
Hari ini saya membuka kembali lembaran-lembaran diary yang saya tulis tahun 2002 sampai tahun 2006 lalu. Banyak teraan kisah di sana yang membuat pikiran saya melayang ke kejadian demi kejadian tempo dulu. Ada cerita yang membuat saya tersenyum saat mengenangnya, ada cerita yang membuat saya berfikir, "Ya ampun, kok bisa sie aku nglakuin hal bodoh gitu dulu", sampai cerita-cerita yang membuat saya bertanya-tanya, "Kenapa sampai sekarang masalah ini tetap ada di hidupku?"
Waktu saya membaca tulisan tertanggal 22 Januari 2005, sejenak saya berhenti. Satu tulisan di hari itu membuat saya ingin tertawa dan merenung semakin dalam. Saat itu, saya baru berusia sekitar 23 tahun, memiliki gejolak kepribadian yang sedikit labil seperti layaknya seorang remaja yang beranjak dewasa lainnya, dan membuat tulisan seolah-olah hari ini tidak akan pernah datang hehehe.
Di usia 23 tahun lalu, saya pernah terobsesi mendapatkan seorang calon pasangan hidup yang ideal. 10 kriteria yang sempat saya tulis di diary, membuat saya merenung ulang tadi pagi, "Hmm, ternyata selama ini Tuhan sedang melakukan banyak hal ke dalam diriku untuk menjadikan aku 'sama' seperti kriteria calon pasangan hidup yang ku tulis sendiri?"
Lewat 4 tahun setelah tanggal 22 Januari 2005, saya baru menyadari satu kebenaran bahwa perjalanan hidup yang saya lalui selama ini telah dibawa Tuhan menuju ke pembaruan pribadi yang mendekati kriteria pasangan hidup ideal yang pernah saya tulis di diary itu. Ada beberapa item yang saya tandai khusus dari kesepuluh kriteria tersebut, diantaranya : takut akan Tuhan Yesus, sabar, dewasa, dan peneguhannya melalui Firman Tuhan.
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang takut akan Tuhan Yesus, jika kamu sendiri tidak takut akan Dia?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang sabar, jika kamu sendiri tidak sabaran menghadapi segala hal?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan seorang pria dewasa, jika kamu sendiri masih berada di level anak perempuan dan belum menjadi seorang wanita dewasa?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan peneguhan melalui Firman Tuhan akan seseorang yang sudah ditetapkan oleh-Nya untukmu, jika kamu sendiri tidak bergaul akrab dengan Firman yang akan digunakan-Nya untuk meneguhkanmu dengan calon pasanganmu itu?
Sejenak, pertanyaan-pertanyaan diatas membuat saya kembali mengenang perjalanan hidup saya selama 4 tahun berikutnya setelah meminta Tuhan mendatangkan seorang calon pasangan hidup sesuai keinginan saya. Cobaan-cobaan hidup yang harus saya lalui sampai hari ini, sedikit banyak sudah mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik daripada dulu. Sejak lama saya tahu akan prinsip kesepadanan dalam hal pernikahan kudus. Jika kita menghendaki calon pasangan hidup yang takut akan Tuhan, sabar, dewasa, dan peneguhannya melalui Firman Tuhan, apa yang kira-kira akan Tuhan perbuat kepada kita untuk memenuhinya? Akankah Ia langsung mengabulkannya jika kita sendiri masih jauh dari kriteria yang kita minta itu?
Prinsip kesepadanan dalam pasangan hidup tak hanya mencakup kesiapan secara fisik, tetapi juga kualitas mental, jiwa, dan iman seseorang. Tuhan mendengar seluruh permintaan yang kita ajukan kepada-Nya. Apapun kriteria calon pasangan hidup yang kita minta, tidak pernah diabaikan-Nya. Sah-sah saja jika kita meminta calon pasangan hidup yang tampan atau cantik, pandai, penyabar, takut akan Tuhan, penyayang binatang, keibuan, dan lain-lain. Yang perlu diingat juga, apakah kita 'layak' bersanding dengan orang-orang berkriteria tersebut?
Yang menarik seseorang lebih dekat adalah persamaannya. Hanya sedikit orang yang tertarik karena perbedaan. Jika kita ingin menarik calon pasangan hidup yang sabar, tentunya lebih mudah jika kita menjadi seorang penyabar lebih dulu. Jika kita ingin memikat seseorang yang takut akan Tuhan, tentunya akan lebih cepat jika kita juga seorang yang takut akan Tuhan. Ingin mendapatkan yang terbaik sementara kita sendiri tidak mengusahakan yang terbaik, itu namanya hanya berangan-angan dan bermimpi belaka. Yesus tidak menghendaki kita menjadi seorang rohaniwan tanpa tanggung jawab (hanya bisa berdoa tentang apa yang kita inginkan kepada-Nya tanpa disertai usaha untuk mendapatkannya). Iman tanpa perbuatan adalah kosong.
Tuhan akan mempersiapkan setiap anak-anak-Nya selama masih single untuk menghadapi masa relationships dan marriage agar kita layak berada di posisi tersebut, tak sekedar menyandangnya sebagai status. Saat kita mengajukan kriteria calon pasangan hidup kepada-Nya, Ia mendengar dan mencatatnya dengan baik. Saya juga sempat beberapa kali mengajukan nada protes kepada Tuhan ketika saya tak kunjung jua mendapatkan seorang pria yang sesuai dengan kriteria yang sudah saya ajukan kepada Tuhan sebelumnya. Tetapi ketika saya kembali membaca tulisan di diary saya 4 tahun silam itu dan merenungi apa yang sudah Ia izinkan terjadi dalam hidup saya selama ini, saya menyadari bahwa saya sedang menempuh 'perjalanan' yang benar sampai detik ini. Tuhan telah menempa sisi kerohanian dan jiwa saya selama 4 tahun ini untuk menjadikan saya mendekati kriteria calon pasangan hidup yang sudah saya buat sendiri.
Saya percaya bahwa Tuhan sedang mempersiapkan yang terbaik buat saya dan anda. Mempersiapkan diri menjadi calon pasangan yang baik akan semakin mendekatkan kita kepada calon pasangan yang terbaik juga dari Tuhan. Tugas kita dalam setiap kesempatan adalah 'bersiap sedia' ketika waktu-Nya tiba. Kita harus siap menjadi calon pengantin-pengantin-Nya, baik dalam artian jasmani maupun rohani sebagai mempelai-Nya sendiri saat akhir zaman tiba nantinya. Masalah siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, biarlah itu tetap di tangan Tuhan hingga waktu-Nya tiba. Kita tidak akan bisa 'membantu' Tuhan. Semakin kita bersikukuh ikut campur tangan dalam rencana-Nya dalam hidup kita (memaksa Tuhan menghadirkan pasangan hidup sementara kita sendiri belum siap), kehancuran belaka yang akan kita peroleh.
Terus beriman dan bersukacita dalam menjalani setiap hari yang sudah Tuhan jadikan dalam hidup ini tanpa mengeluh. Ia tahu apa yang kita butuhkan dan Ia akan memenuhinya tepat waktu! Buah yang masak di pohon, selalu lebih nikmat daripada buah yang masak karena diperam. Pernikahan yang memang terjadi karena sudah tiba saat-Nya, lebih mambahagiakan daripada pernikahan yang terjadi karena kita 'kebelet' (nj@coe).
Hari ini saya membuka kembali lembaran-lembaran diary yang saya tulis tahun 2002 sampai tahun 2006 lalu. Banyak teraan kisah di sana yang membuat pikiran saya melayang ke kejadian demi kejadian tempo dulu. Ada cerita yang membuat saya tersenyum saat mengenangnya, ada cerita yang membuat saya berfikir, "Ya ampun, kok bisa sie aku nglakuin hal bodoh gitu dulu", sampai cerita-cerita yang membuat saya bertanya-tanya, "Kenapa sampai sekarang masalah ini tetap ada di hidupku?"
Waktu saya membaca tulisan tertanggal 22 Januari 2005, sejenak saya berhenti. Satu tulisan di hari itu membuat saya ingin tertawa dan merenung semakin dalam. Saat itu, saya baru berusia sekitar 23 tahun, memiliki gejolak kepribadian yang sedikit labil seperti layaknya seorang remaja yang beranjak dewasa lainnya, dan membuat tulisan seolah-olah hari ini tidak akan pernah datang hehehe.
Di usia 23 tahun lalu, saya pernah terobsesi mendapatkan seorang calon pasangan hidup yang ideal. 10 kriteria yang sempat saya tulis di diary, membuat saya merenung ulang tadi pagi, "Hmm, ternyata selama ini Tuhan sedang melakukan banyak hal ke dalam diriku untuk menjadikan aku 'sama' seperti kriteria calon pasangan hidup yang ku tulis sendiri?"
Lewat 4 tahun setelah tanggal 22 Januari 2005, saya baru menyadari satu kebenaran bahwa perjalanan hidup yang saya lalui selama ini telah dibawa Tuhan menuju ke pembaruan pribadi yang mendekati kriteria pasangan hidup ideal yang pernah saya tulis di diary itu. Ada beberapa item yang saya tandai khusus dari kesepuluh kriteria tersebut, diantaranya : takut akan Tuhan Yesus, sabar, dewasa, dan peneguhannya melalui Firman Tuhan.
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang takut akan Tuhan Yesus, jika kamu sendiri tidak takut akan Dia?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang sabar, jika kamu sendiri tidak sabaran menghadapi segala hal?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan seorang pria dewasa, jika kamu sendiri masih berada di level anak perempuan dan belum menjadi seorang wanita dewasa?
Bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan peneguhan melalui Firman Tuhan akan seseorang yang sudah ditetapkan oleh-Nya untukmu, jika kamu sendiri tidak bergaul akrab dengan Firman yang akan digunakan-Nya untuk meneguhkanmu dengan calon pasanganmu itu?
Sejenak, pertanyaan-pertanyaan diatas membuat saya kembali mengenang perjalanan hidup saya selama 4 tahun berikutnya setelah meminta Tuhan mendatangkan seorang calon pasangan hidup sesuai keinginan saya. Cobaan-cobaan hidup yang harus saya lalui sampai hari ini, sedikit banyak sudah mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik daripada dulu. Sejak lama saya tahu akan prinsip kesepadanan dalam hal pernikahan kudus. Jika kita menghendaki calon pasangan hidup yang takut akan Tuhan, sabar, dewasa, dan peneguhannya melalui Firman Tuhan, apa yang kira-kira akan Tuhan perbuat kepada kita untuk memenuhinya? Akankah Ia langsung mengabulkannya jika kita sendiri masih jauh dari kriteria yang kita minta itu?
Prinsip kesepadanan dalam pasangan hidup tak hanya mencakup kesiapan secara fisik, tetapi juga kualitas mental, jiwa, dan iman seseorang. Tuhan mendengar seluruh permintaan yang kita ajukan kepada-Nya. Apapun kriteria calon pasangan hidup yang kita minta, tidak pernah diabaikan-Nya. Sah-sah saja jika kita meminta calon pasangan hidup yang tampan atau cantik, pandai, penyabar, takut akan Tuhan, penyayang binatang, keibuan, dan lain-lain. Yang perlu diingat juga, apakah kita 'layak' bersanding dengan orang-orang berkriteria tersebut?
Yang menarik seseorang lebih dekat adalah persamaannya. Hanya sedikit orang yang tertarik karena perbedaan. Jika kita ingin menarik calon pasangan hidup yang sabar, tentunya lebih mudah jika kita menjadi seorang penyabar lebih dulu. Jika kita ingin memikat seseorang yang takut akan Tuhan, tentunya akan lebih cepat jika kita juga seorang yang takut akan Tuhan. Ingin mendapatkan yang terbaik sementara kita sendiri tidak mengusahakan yang terbaik, itu namanya hanya berangan-angan dan bermimpi belaka. Yesus tidak menghendaki kita menjadi seorang rohaniwan tanpa tanggung jawab (hanya bisa berdoa tentang apa yang kita inginkan kepada-Nya tanpa disertai usaha untuk mendapatkannya). Iman tanpa perbuatan adalah kosong.
Tuhan akan mempersiapkan setiap anak-anak-Nya selama masih single untuk menghadapi masa relationships dan marriage agar kita layak berada di posisi tersebut, tak sekedar menyandangnya sebagai status. Saat kita mengajukan kriteria calon pasangan hidup kepada-Nya, Ia mendengar dan mencatatnya dengan baik. Saya juga sempat beberapa kali mengajukan nada protes kepada Tuhan ketika saya tak kunjung jua mendapatkan seorang pria yang sesuai dengan kriteria yang sudah saya ajukan kepada Tuhan sebelumnya. Tetapi ketika saya kembali membaca tulisan di diary saya 4 tahun silam itu dan merenungi apa yang sudah Ia izinkan terjadi dalam hidup saya selama ini, saya menyadari bahwa saya sedang menempuh 'perjalanan' yang benar sampai detik ini. Tuhan telah menempa sisi kerohanian dan jiwa saya selama 4 tahun ini untuk menjadikan saya mendekati kriteria calon pasangan hidup yang sudah saya buat sendiri.
Saya percaya bahwa Tuhan sedang mempersiapkan yang terbaik buat saya dan anda. Mempersiapkan diri menjadi calon pasangan yang baik akan semakin mendekatkan kita kepada calon pasangan yang terbaik juga dari Tuhan. Tugas kita dalam setiap kesempatan adalah 'bersiap sedia' ketika waktu-Nya tiba. Kita harus siap menjadi calon pengantin-pengantin-Nya, baik dalam artian jasmani maupun rohani sebagai mempelai-Nya sendiri saat akhir zaman tiba nantinya. Masalah siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, biarlah itu tetap di tangan Tuhan hingga waktu-Nya tiba. Kita tidak akan bisa 'membantu' Tuhan. Semakin kita bersikukuh ikut campur tangan dalam rencana-Nya dalam hidup kita (memaksa Tuhan menghadirkan pasangan hidup sementara kita sendiri belum siap), kehancuran belaka yang akan kita peroleh.
Terus beriman dan bersukacita dalam menjalani setiap hari yang sudah Tuhan jadikan dalam hidup ini tanpa mengeluh. Ia tahu apa yang kita butuhkan dan Ia akan memenuhinya tepat waktu! Buah yang masak di pohon, selalu lebih nikmat daripada buah yang masak karena diperam. Pernikahan yang memang terjadi karena sudah tiba saat-Nya, lebih mambahagiakan daripada pernikahan yang terjadi karena kita 'kebelet' (nj@coe).
No comments:
Post a Comment