Oleh : Angelina Kusuma
Hampir semua orang dewasa bisa dengan mudah mengeluarkan suara dari mulutnya untuk berbicara, menangis, berteriak, marah, menguap, bersin, batuk, bersiul, atau sekedar bersenandung. Agar bisa menggunakan suara dalam berbagai keperluan, tentu ada tahap-tahap latihannya. Saat kita bayi, kita hanya bisa mengeluarkan suara dari mulut kita untuk menangis. Kemudian saat anak-anak, kita mulai belajar mengeluarkan suara untuk mengucapkan satu atau dua patah kata, sampai akhirnya kita pandai menggunakan suara kita untuk berbagai jenis keperluan di atas.
Meski hampir semua orang bisa mengeluarkan suaranya, tetapi tidak semua orang bisa menghasilkan suara yang bagus untuk bernyanyi. Agar seseorang bisa menyanyi dengan baik dan benar, ia perlu tambahan latihan lebih khusus berupa latihan vocal (vocalising), latihan artikulasi, latihan pernafasan, latihan pengenalan nada (atau istilah kerennya Mbak I'Ik alias Trie Utami adalah pitch control), latihan mengekspresikan sebuah lagu, latihan phrasing, latihan mengenal dinamika dan tempo, dan latihan mengenal notasi (angka dan balok).
Satu hal lagi yang diperlukan untuk menghasilkan kualitas bernyanyi yang baik dan benar adalah dengan membebaskan suara kita. Sebaik apapun teknik menyanyi kita, jika suara kita ada yang 'menahannya' (entah pengaruh suasana hati atau sakit penyakit), maka suara yang keluar tidak akan terdengar indah melainkan sumbang.
Menjelang perayaan Natal, gereja saya membentuk tim choir yang terdiri dari anak-anak youth dan dewasa muda. Setiap Jumat sore, kami latihan beberapa lagu pujian yang akan dinyanyikan saat praise and worship perayaan Natal Januari nanti, sambil merancang gerakan-gerakan tubuh untuk mengiringi tim choir saat bernyanyi. Karena saya sedang terserang flu, latihan choir yang terakhir Jumat kemarin membuat saya merasa kurang nyaman. Berkali-kali Ibu gembala yang melatih kami bernyanyi dan menari menegur saya dengan keras.
"Angel, nyanyi yang bener dong...Bebaskan suaramu..."
Saya bersedia masuk menjadi salah satu anggota tim choir gereja bukan karena saya pandai bernyanyi atau suara saya enak didengar oleh telinga. Sejak semula saya tahu bahwa suara saya termasuk golongan 'STD BGT GL' (standar buanget gitu loch, hihihi). Saya mau bernyanyi buat Tuhan selama ini karena saya ingin menyenangkan Dia lewat seluruh tubuh saya termasuk dengan mulut dan pita suara saya. Untungnya selama ini belum pernah ada orang yang protes karena suara saya bisa memecahkan gendang telinganya hehehe. Karena itulah, setiap kali ada tawaran untuk melayani Tuhan dengan bernyanyi, meski modal suara saya hanya pas-pasan, saya pasti menerimanya (kalo tidak bentrok dengan pelayanan saya lainnya tentu hahaha).
"Tante, suara saya hari ini memang lagi trouble gara-gara flu..." (ealah, sebenere sie emang dari sononya udah nggak enak didenger kali ye hihihi)
"Sakit masih bisa dikendalikan asal kita tahu dimana sumber masalahnya. Buka mulutmu lebar-lebar dan biarkan suaramu keluar lepas dari sana tanpa ditahan. Pasti bisa nyanyi lagi kok meski sedang flu."
Ibu gembala saya adalah seorang worship leader yang handal di gereja. Jam terbang Beliau dalam soal bernyanyi sudah tidak perlu diragukan lagi. Makanya, saat Beliau menyuruh saya 'mengalahkan' virus flu yang bersarang di tenggorokan saya, saya segera mengikuti anjuran Beliau (membuka mulut selebar-lebarnya dan membiarkan suara lepas keluar, sebebas-bebasnya). Hasilnya, paling tidak membuat saya tetap bisa bernyanyi meski harus diselingi beberapa kali istirahat guna memulihkan suara saya yang sedikit serak setelah digunakan menyanyi beberapa waktu.
Tak hanya disaat bernyanyi saja kita harus melakukan 'pembebasan'. Dalam hal berdoa dan beraktivitas sehari-hari bersama Tuhan, gaya free your voice juga harus kita terapkan. Jangan takut menyuarakan kebenaran tentang Firman Tuhan kepada setiap orang, jangan takut menyuarakan setiap keinginan, kebutuhan, bahkan keluhan-keluhan atas diri sendiri dalam pergumulan doa, dan bebaskan Roh Kudus bekerja secara luar biasa dalam hidup kita. Setiap penahan kebebasan seperti masa lalu yang kurang baik, sifat ego, dan dosa-dosa harus kita tanggalkan di belakang.
Tuhan mau suara kita juga memuliakan nama-Nya. Ia menunggu kita 'dengar-dengar' dengan-Nya setiap saat dan bersuara tentang Diri-Nya yang telah mati di salib menyelamatkan dunia. Apapun bentuk pelayanan yang kita ambil untuk kemuliaan Tuhan Yesus, free your voice to talk about His grace! (nj@coe).
Hampir semua orang dewasa bisa dengan mudah mengeluarkan suara dari mulutnya untuk berbicara, menangis, berteriak, marah, menguap, bersin, batuk, bersiul, atau sekedar bersenandung. Agar bisa menggunakan suara dalam berbagai keperluan, tentu ada tahap-tahap latihannya. Saat kita bayi, kita hanya bisa mengeluarkan suara dari mulut kita untuk menangis. Kemudian saat anak-anak, kita mulai belajar mengeluarkan suara untuk mengucapkan satu atau dua patah kata, sampai akhirnya kita pandai menggunakan suara kita untuk berbagai jenis keperluan di atas.
Meski hampir semua orang bisa mengeluarkan suaranya, tetapi tidak semua orang bisa menghasilkan suara yang bagus untuk bernyanyi. Agar seseorang bisa menyanyi dengan baik dan benar, ia perlu tambahan latihan lebih khusus berupa latihan vocal (vocalising), latihan artikulasi, latihan pernafasan, latihan pengenalan nada (atau istilah kerennya Mbak I'Ik alias Trie Utami adalah pitch control), latihan mengekspresikan sebuah lagu, latihan phrasing, latihan mengenal dinamika dan tempo, dan latihan mengenal notasi (angka dan balok).
Satu hal lagi yang diperlukan untuk menghasilkan kualitas bernyanyi yang baik dan benar adalah dengan membebaskan suara kita. Sebaik apapun teknik menyanyi kita, jika suara kita ada yang 'menahannya' (entah pengaruh suasana hati atau sakit penyakit), maka suara yang keluar tidak akan terdengar indah melainkan sumbang.
Menjelang perayaan Natal, gereja saya membentuk tim choir yang terdiri dari anak-anak youth dan dewasa muda. Setiap Jumat sore, kami latihan beberapa lagu pujian yang akan dinyanyikan saat praise and worship perayaan Natal Januari nanti, sambil merancang gerakan-gerakan tubuh untuk mengiringi tim choir saat bernyanyi. Karena saya sedang terserang flu, latihan choir yang terakhir Jumat kemarin membuat saya merasa kurang nyaman. Berkali-kali Ibu gembala yang melatih kami bernyanyi dan menari menegur saya dengan keras.
"Angel, nyanyi yang bener dong...Bebaskan suaramu..."
Saya bersedia masuk menjadi salah satu anggota tim choir gereja bukan karena saya pandai bernyanyi atau suara saya enak didengar oleh telinga. Sejak semula saya tahu bahwa suara saya termasuk golongan 'STD BGT GL' (standar buanget gitu loch, hihihi). Saya mau bernyanyi buat Tuhan selama ini karena saya ingin menyenangkan Dia lewat seluruh tubuh saya termasuk dengan mulut dan pita suara saya. Untungnya selama ini belum pernah ada orang yang protes karena suara saya bisa memecahkan gendang telinganya hehehe. Karena itulah, setiap kali ada tawaran untuk melayani Tuhan dengan bernyanyi, meski modal suara saya hanya pas-pasan, saya pasti menerimanya (kalo tidak bentrok dengan pelayanan saya lainnya tentu hahaha).
"Tante, suara saya hari ini memang lagi trouble gara-gara flu..." (ealah, sebenere sie emang dari sononya udah nggak enak didenger kali ye hihihi)
"Sakit masih bisa dikendalikan asal kita tahu dimana sumber masalahnya. Buka mulutmu lebar-lebar dan biarkan suaramu keluar lepas dari sana tanpa ditahan. Pasti bisa nyanyi lagi kok meski sedang flu."
Ibu gembala saya adalah seorang worship leader yang handal di gereja. Jam terbang Beliau dalam soal bernyanyi sudah tidak perlu diragukan lagi. Makanya, saat Beliau menyuruh saya 'mengalahkan' virus flu yang bersarang di tenggorokan saya, saya segera mengikuti anjuran Beliau (membuka mulut selebar-lebarnya dan membiarkan suara lepas keluar, sebebas-bebasnya). Hasilnya, paling tidak membuat saya tetap bisa bernyanyi meski harus diselingi beberapa kali istirahat guna memulihkan suara saya yang sedikit serak setelah digunakan menyanyi beberapa waktu.
Tak hanya disaat bernyanyi saja kita harus melakukan 'pembebasan'. Dalam hal berdoa dan beraktivitas sehari-hari bersama Tuhan, gaya free your voice juga harus kita terapkan. Jangan takut menyuarakan kebenaran tentang Firman Tuhan kepada setiap orang, jangan takut menyuarakan setiap keinginan, kebutuhan, bahkan keluhan-keluhan atas diri sendiri dalam pergumulan doa, dan bebaskan Roh Kudus bekerja secara luar biasa dalam hidup kita. Setiap penahan kebebasan seperti masa lalu yang kurang baik, sifat ego, dan dosa-dosa harus kita tanggalkan di belakang.
Tuhan mau suara kita juga memuliakan nama-Nya. Ia menunggu kita 'dengar-dengar' dengan-Nya setiap saat dan bersuara tentang Diri-Nya yang telah mati di salib menyelamatkan dunia. Apapun bentuk pelayanan yang kita ambil untuk kemuliaan Tuhan Yesus, free your voice to talk about His grace! (nj@coe).
No comments:
Post a Comment