Oleh : Angelina Kusuma
Sederet kalimat di status Facebook, membuat saya merenung siang ini. Seseorang menulis seperti ini, "Apakah aku akan bahagia?". Kian bertambahnya beban kehidupan dari hari ke hari, rupanya semakin membuat banyak orang bertanya-tanya tentang masa depan dan kebahagiaannya, termasuk si penulis status Facebook itu.
Bagi saya, sebenarnya kata bahagia itu bukan sesuatu yang harus dicari-cari, tapi hanya cukup dengan dinikmati saja. Kebahagiaan tidak muncul dengan syarat tertentu, karena bahagia timbul dari hati yang mau menerima apa adanya.
Liburan kali ini, beberapa keluarga saya dari luar kota bertandang ke rumah dengan membawa serta anak-anak mereka. Ada empat orang dewasa dan empat orang anak-anak keponakan yang ikut menginap di rumah, mengikuti para orang tuanya yang adalah adik-adik dari mami saya.
Saat acara makan pagi kemarin, semua orang duduk di meja makan. Mami saya menghidangkan makanan beserta lauk-pauknya lengkap dan beberapa gelas teh hangat. Karena gelas-gelas kami kurang, maka mami saya menuangkan teh-teh itu ke beberapa gelas yang berbeda. Ada di gelas kristal, di gelas biasa, di cangkir, dan juga di gelas plastik.
Selesai acara makan pagi, saya membantu tante-tante dan mami saya membereskan semua peralatan makan yang selesai digunakan. Ada yang menarik perhatian saya saat membawa gelas-gelas kosong yang tadinya berisi teh-teh hangat. Teh yang ada di gelas kristal, gelas biasa, maupun cangkir, semuanya telah kosong. Yang tersisa adalah teh yang ada di gelas plastik.
Saya mengambil teh di gelas plastik itu kemudian meminumnya. Saya kira, mungkin rasa teh yang ada di gelas ini berubah rasa, makanya tak ada yang mengambil. Tapi setelah merasai beberapa teguk airnya, rasanya sama kok seperti teh yang ada di gelas-gelas lain. Mungkin karena tampilan gelas plastiknya kurang menarik jika dibandingkan dengan gelas-gelas dan cangkir lain, maka hanya gelas plastik ini yang tidak terpilih.
Jika kita amati, bukankah kebahagiaan itu seperti teh hangat, dan gelas-gelas atau cangkir-cangkirnya adalah keadaan yang mempengaruhinya?
Ketika seseorang menentukan pekerjaan, status sosial, pernikahan, anak-anak, keluarga, kekayaan, karir, gelar pendidikan, dan lain-lain sebagai sesuatu yang harus ditangkapnya lebih dulu, berarti ia sama dengan anggota keluarga saya yang memilih gelas dan cangkir bagus sebagai wadah teh hangat. Padahal inti yang sebenarnya ingin dirasai dan dicapai adalah tehnya, bukan wadahnya!
Teh dimanapun ia berada, akan tetap terasa sebagai teh. Teh di gelas kristal, ya tetap terasa sebagai teh. Teh di cangkir, ya tetap terasa sebagai teh. Teh di gelas biasa, ya tetap terasa sebagai teh. Dan teh di gelas plastik, ya tetap terasa sebagai teh. Wadah tidak akan mengubah rasa teh kecuali wadah tersebut sudah tercemar sebelumnya. Orang yang ingin bahagia, harus memilih isinya bukan wadahnya, memilih bahagia detik itu juga bukan dipengaruhi harus ini atau itu lebih dulu.
Roma 9:23b, Kita sudah disiapkan-Nya untuk menerima kebahagiaan itu (BIS)
Ketika saya menemukan Roma 9:23b versi BIS ini, saya berdecak kagum. Keberadaan setiap manusia di dunia ini adalah untuk menerima kebahagiaan. Tapi kenapa banyak orang masih terus bertanya-tanya, "Apakah aku akan bahagia?" atau "Kapan aku bisa bahagia?"
Kebahagiaan itu sudah lama ada dan tak perlu dicari-cari. Kita juga pasti bahagia karena kita memang disiapkan untuk menjadi bahagia. Banyak orang tidak bisa menikmati kebahagiaan karena mereka tidak tahu cara menerimanya. Cara menerima kebahagiaan cukup sederhana. Sesederhana menikmati teh hangat bagaimanapun wadahnya. Meski kita tidak mempunyai wadah yang bagus, jika isinya teh, rasanya juga tetap nikmat seperti teh.
Bahagia bukan karena kita sudah memiliki rumah, mobil, pasangan yang tampan/cantik, pekerjaan yang mapan, uang yang banyak, atau kesehatan yang fit. Bahagia itu saat kita memutuskan untuk menikmati setiap keadaan kita apa adanya, meski wadah yang kita gunakan hanyalah gelas plastik, bukan gelas kristal atau cangkir yang cantik (nj@coe).
2 comments:
thanks for the sharing...
U're welcome :)
Post a Comment