Tuesday, September 01, 2009

De Visitor

Oleh : Angelina Kusuma

Minggu lalu, ada tamu special yang bertandang ke rumah maya saya.

Rumah maya?

Iya, itu tuh...blog saya hehehe.

Ceritanya seperti ini...

Selama ini saya menjadi anggota di sebuah penerbit sekaligus toko buku online internet. Sebenarnya saya bukanlah anggota yang selalu up to date, hanya sesekali saja saya menggunakan keanggotaan untuk membuka account di website dan mencari referensi buku-buku bacaan yang saya ingini. Hal ini saya lakukan karena kegemaran saya akan membaca buku terpaksa tersendat-sendat setelah saya pindah ke kota Ponorogo, sebuah kota kecil dengan toko buku terbatas yang jauh jika dibandingkan dengan Surabaya, Jakarta atau Cinere, kota-kota besar yang pernah saya tinggali, yang memudahkan setiap orang mendapatkan sebuah buku bacaan disana hanya dengan masuk ke mall-mall yang tersedia.

Hidup di kota kecil seperti Ponorogo, memaksa saya untuk lebih cerdik dalam segala hal, termasuk soal pengadaan buku bacaan yang rasanya sudah tidak bisa dipisahkan dari tubuh saya ini. Untungnya masih ada media internet yang membuat saya tidak seperti katak dalam tempurung karena berada di tempat yang fasilitas teknologinya kurang memadai dibandingkan dengan kota-kota besar yang pernah saya jamah sebelumnya. Saya masih bisa hidup tenang di kota kecil yang asri - dijamin, jauh dari macet dan udara kotor serta minim tindak kejahatan, dan tidak lantas menjadi orang yang ketinggalan informasi dengan adanya media internet ini.

Sebenarnya saya sudah menjadi anggota dari penerbit sekaligus toko buku online ini lumayan agak lama. Sekitar bulan Juni atau Juli tahun 2007 saya sudah sering keluar masuk website mereka untuk mencari buku-buku yang saya perlukan. Kemudian karena dorongan seorang teman yang menyuruh saya mencoba mengirimkan contoh tulisan saya ke sebuah penerbit - siapa tahu ada yang mau menerbitkan tulisan-tulisan saya, akhirnya terjadilah pengalaman ini.

Niatnya, benar-benar hanya iseng! Pagi itu saya menulis e-mail ke redaksi penerbit tersebut untuk sekedar mengenalkan tulisan-tulisan di blog saya. Saya kira, mungkin minggu depan atau beberapa hari lagi e-mail saya itu baru akan ditindak lanjuti. Soalnya, sebelum ini saya juga sudah pernah mengirimkan e-mail senada ke penerbit lain dan sampai hari ini tidak ada tanggapan sama sekali. Makanya setelah e-mail yang saya tulis itu terkirim ke penerbit, saya kembali bersantai-santai ria seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Tapi alangkah kagetnya saya, kira-kira empat atau lima jam berikutnya ada e-mail balasan masuk dari redaksi penerbit itu. Lebih mengejutkan lagi, yang membalas e-mail saya ini adalah Direkturnya sendiri yang juga seorang penulis. Kontan saja hal ini membuat saya tersenyum kecut. Rupanya kali ini saya sudah melakukan suatu kesalahan besar! Terlalu meremehkan dan memandang sebuah kondisi dari sudut pandang 'biasanya', yang akhirnya membuahkan hasil kurang baik bagi diri saya.

Isi e-mail dari Pak Direktur, juga membuat saya semakin menggigit jari! Beliau menulis sudah melihat isi link blog yang saya sertakan ke e-mail redaksinya. Di e-mail ini, beliau juga menasehati agar saya lebih banyak menulis artikel atau karya narasi berupa cerita dan bukan PUISI karena penikmat puisi di Indonesia masih relatif sedikit dibandingkan penikmat karya sastra jenis lainnya.

Tunggu!

Ada salah persepsi disini!!

Saya tidak pernah berminat meminta penerbit mana pun untuk menerbitkan puisi-puisi saya menjadi buku. Sasaran penerbitan saya adalah artikel-artikel yang sudah saya tulis. Di blog saya memang terpajang puisi juga, banyak malahan. Tapi puisi-puisi itu sebenarnya adalah pelampiasan waktu saat saya mengalami kehilangan ide untuk menulis artikel-artikel. Jadi, puisi-puisi itu bukan bagian terpenting dari karya-karya yang ingin saya terbitkan, hanya karya-karya 'buangan' saja.

Sejenak, saya merenung ulang.

Ya, kesalahan persepsi ini berawal dari saya sendiri. Saya tidak menata rumah saya terlebih dulu sebelum mengundang tamu berkunjung. Blog saya terbagi dalam beberapa tag. Dan kebetulan, tulisan puisi-puisi saya - bagian yang justru kurang penting - berkumpul di satu tag saja. Sedangkan tulisan artikel saya terpisah-pisah dalam beberapa tag sesuai dengan temanya. Jika dilihat dari luar, jelas akan nampak bahwa tag puisi saya jauh lebih produktif dari pada tag-tag artikel lainnya. Makanya, tak heran jika ada orang awan (bukan saya) yang melihat tampilan home blog saya, akan langsung mencap bahwa saya lebih jago menulis puisi dari pada menulis artikel.


Sampai hari ini, saya mempunyai pengalaman menerima tamu di rumah yang sangat berkesan:

1. Tamu pertama

Ia adalah teman saya waktu kuliah dulu, yang sekarang bekerja di Jakarta. Ketika dia berkata akan berkunjung ke rumah saya dalam rangka liburan, jelas saya begitu senang mendengarnya. Saya langsung membersihkan rumah, menata kursi, menyapu lantai, menyiapkan kamar tidur - persiapan jikalau dia mau menginap di rumah saya - sampai menyemprotkan parfum ke seluruh ruangan agar bau apek-nya lenyap.

Sayangnya, dia tidak jadi datang ke rumah saya karena waktu liburannya yang singkat dan dia hanya sempat mengabiskan waktu liburan itu di rumah orang tuanya.

Biar pun saya agak kecewa awalnya, akhirnya saya bisa menerima kenyataan juga. Paling tidak saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyambut dia. Kalau pun dia tidak jadi datang, tidak ada ruginya di saya karena saya sudah menyiapkan semuanya sesempurna mungkin yang bisa saya perbuat.

2. Tamu kedua

Ia adalah teman kuliah saya juga yang keluarganya tinggal di Jogja. Dia bekerja di luar pulau Jawa, dan dalam perjalanan liburannya bersama keluarga di kampung halaman, mereka ingin menyempatkan diri untuk mampir ke rumah saya.

Sama seperti saat saya hendak menyambut tamu yang pertama, saya juga membersihkan rumah dan menyiapkan ruangan untuk menginap. Berhubung teman saya ini rencananya datang bersama istri dan dua orang anaknya, maka saya menyempatkan diri untuk membersihkan rumah sejak dua hari sebelumnya.

Akhirnya tamu kedua saya datang juga.

Hhh, lega rasanya. Kali ini persiapan saya tidak sia-sia. Dia beserta keluarga yang dibawanya tak hanya singgah sebentar di rumah saya namun juga menginap sehari semalam.

3. Tamu ketiga

Ya, tamu saya di blog yang ada di cerita sebelumnya itu.

Saya yang mengundang dia untuk datang berkunjung, tetapi saya sama sekali tidak menyiapkan rumah saya dengan baik. Dan akhirnya dia datang dengan meninggalkan kesan kurang berkenan.

Ah, Sedihnya...


How if Jesus come to visit your home now?

Are you ready?

Tenang...tenang...

Anda tidak perlu panik!

Dia tahu bahwa rumah kita tidak akan pernah pantas untuk Dia kunjungi. Allah Maha Kudus dan kita maha kotor. Tidak ada yang bisa menampung kekudusan Allah bahkan seandainya kita sudah menyapu bersih seluruh serpihan-serpihan bagian dalam rumah kita sekalipun. Dosa dalam rumah kita yang disebut hati, tidak mungkin kita bersihkan dengan tenaga dan usaha kita sebagai manusia biasa.

Tetapi sebaliknya, jika Dia datang, maka Dialah yang akan membersihkan rumah kita. Menyapu lantai dan jendela-jendela hati kita yang kotor, kemudian mengembalikan kekudusan dalam hidup kita.

Kisah Zakheus - si pemungut cukai - ketika menerima Yesus di rumahnya, menjadi bukti bahwa ketika Dia bertamu ke rumah kita, maka Dia yang akan membersihkan dan menata rumah kita sehingga pantas untuk Dia singgahi. Bukan karena kita hebat bisa menerima Dia di rumah kita, tapi Dialah yang membuat kita pantas untuk menerima kunjungan-Nya itu.

Lukas 19:5, Ketika Yesus sampai di pohon itu, Ia melihat ke atas lalu berkata, "Zakheus, turunlah cepat! Sebab Aku harus berkunjung ke rumahmu hari ini."

Lukas 19:8-10, Kemudian di rumahnya, Zakheus berdiri dan berkata kepada Yesus, "Tuhan, separuh dari harta saya akan saya sedekahkan kepada orang miskin; dan siapa saja yang pernah saya tipu, akan saya bayar kembali kepadanya empat kali lipat!" Lalu kata Yesus, "Pada hari ini engkau dan seluruh keluargamu diselamatkan oleh Allah dan diberikan hidup yang baru, sebab engkau juga keturunan Abraham. Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan orang yang sesat."

Apa yang harus kita lakukan ketika Dia hendak berkunjung ke rumah kita?

Buka pintu!

Heeh, mudah bukan?

Tapi terkadang banyak orang yang begitu susah melakukannya. Jika hendak menerima tamu dari teman lama atau saudara jauh, banyak orang yang antusias menyambutnya. Tapi jika Yesus yang berkata, "... Aku akan datang segera mendapatkanmu...", banyak orang memilih menggunakan logikanya untuk berfikir dan menimbang-nimbang untung ruginya lebih dulu, bahkan ada banyak orang yang langsung menolak-Nya mentah-mentah sebelum Dia sampai di depan pintu rumah.

Wahyu 3:20, Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Lihat, seorang Tamu Agung sedang berdiri di muka pintu dan menunggu untuk masuk ke dalam rumah anda hari ini. Anda tak perlu takut tak pantas ada di depan-Nya karena dosa-dosa anda. Dia tahu bahwa anda memang tidak layak untuk-Nya, tapi Dia mau melayakkan anda untuk menerima kunjungan-Nya. Hanya butuh kesediaan dari anda untuk membuka pintu rumah, dan setelah itu Dia yang akan datang mendapatkan anda dengan sukacita. Be ready to change, because Jesus come to rebuild you.