Tuesday, August 17, 2010
Solo Expedition
Oleh : Angelina Kusuma
Kota yang terletak di Jawa Tengah ini mempunyai segudang warisan budaya dan tradisi Jawa yang masih begitu kental. Hampir di setiap sudut-sudut kota, sentuhan Jawa kerap sekali terlihat. Entah itu berupa tulisan "Hanacaraka..." atau kalimat ucapan dalam bahasa Jawa yang menghiasi banner-banner promosi pinggir jalan, patung-patung tokoh dan atribut-atribut Jawa sampai masyarakatnya yang bangga memakai batik dan kebaya sehari-hari.
Feel like home
Satu hal yang sangat saya sukai dari masyarakat Solo adalah keramahan mereka. Di mana-mana, suasana seperti di rumah sendiri saya rasakan disini. Anggukan kepala, senyuman, sapaan hangat...saya dapatkan mulai dari para petugas di tempat saya menginap sampai tukang-tukang becak yang setia mengantarkan saya berkeliling kota Solo.
Solo expedition
Saya tinggal di Solo untuk mengenal kotanya (baca: ekspedisi) selama tiga hari dua malam pada tanggal 4 - 6 Juli 2010 yang lalu. Saya sama sekali belum pernah menjelajah kota Solo sebelumnya. Jadi bisa dikatakan, ini adalah perjalanan perdana saya di kota tempat Bengawan Solo berada.
Transportasi
Kota Solo bisa dicapai melalui transportasi udara dan darat. Para wisatawan yang ingin menggunakan pesawat terbang ke Solo bisa melalui bandar udara internasional Adisumarmo. Pengguna kereta api kelas bisnis dan eksekutif bisa melalui stasiun Solo Balapan dan pengguna kereta api kelas ekonomi bisa melalui stasiun Solo Jebres. Sedangkan para pengguna bis bisa menggunakan terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam non stop.
Angkutan umum dalam kota Solo pun cukup beragam. Ada bis kota, angkot, taxi, ojek, becak dan andong. Selama di Solo saya hanya menggunakan tiga jenis transportasi dalam kota yaitu bis kota, taxi dan becak. Tarif bis kota sekitar Rp. 3.500 (jauh dekat), becak Rp. 5.000 - Rp. 10.000 (tergantung jauh dekat) dan taxi sesuai argo. Dari ketiga jenis transportasi dalam kota ini, becaklah yang paling sering saya gunakan karena paling mudah ditemui dan bisa menjangkau semua tempat di Solo.
Catatan:
1. Untuk pengguna taxi, ada baiknya anda mencatat nomor telepon pangkalan taxi di Solo dengan baik, karena di kota ini taxi tidak lewat setiap saat. Mereka biasa memakai sistem book terlebih dulu.
2. Untuk pengguna bis kota dan angkot, sebaiknya anda hafal jalur-jalurnya. Tidak semua tempat wisata di Solo dilewati bis kota dan angkot.
Tempat penginapan
Tempat penginapan di Solo sangat mudah dicari. Mulai dari hotel kelas melati hingga hotel berbintang ada disini. Tinggal disesuaikan dengan budget dan keperluannya saja. Saat di Solo, tujuan saya adalah meng-explore kota sampai ke sudut-sudutnya. Jadi buat saya, biaya penginapan mahal tidak masuk hitungan hehehe.
Saya memilih sebuah penginapan sederhana di Jl. Setiabudi Solo. Letaknya di belakang terminal Tirtonadi dan tak jauh dari stasiun Solo Balapan. Di sekitar jalan ini juga bertebaran tempat-tempat penginapan yang layak untuk para backpacker seperti saya. Tarif kamarnya berkisar Rp. 40.000 semalam (double beds, non AC tapi ada kipas angin, kamar mandi dalam, 1 kali breakfast) hingga Rp. 100.000 semalam (double beds, AC + televisi dan kamar mandi di dalam, 1 kali breakfast).
Catatan:
Jangan menelepon untuk mencari penginapan saat musim liburan tiba. Saya begitu kaget dengan harga yang ditawarkan oleh sebuah penginapan saat saya menelepon mereka. Motifnya, "Kamar sudah full book...yang ada tinggal VIP room dan harganya Rp. 144.000". Tapi ketika saya menyusuri Jl. Setiabudi, ternyata begitu banyak tempat penginapan yang bisa dipilih dan banyak kamar-kamar yang kosong :p. Harga kamar VIP di penginapan pilihan saya ini juga nggak sampai Rp. 100.000. Jadi lebih baik, hunting langsung ke tempat penginapan yang anda inginkan. Jika di satu penginapan sudah penuh, pasti ada tempat penginapan lain yang masih kosong di sekitar situ. Bertanyalah pada tukang becak atau sopir taxi. Mereka sangat hafal tempat penginapan murah yang masih kosong :D.
Tempat-tempat wisata
Selama di Solo saya hanya sempat berkunjung ke tiga tempat wisata yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat, Puro Mangkunegaran dan Kampung Batik Kauman. Sebetulnya masih banyak lagi tempat-tempat wisata di Solo yang menarik untuk di explore kecuali ketiga tempat tersebut, seperti Sriwedari, Bengawan Solo, Tawangmangu, Jurug dan lain-lain. Sayang, waktu saya hanya sedikit untuk meng-explore kota karena ada keperluan lain selama di Solo.
a. Keraton Surakarta Hadiningrat
Kesan pertama ketika kaki saya melangkah masuk ke Keraton Surakarta Hadiningrat adalah warna biru muda yang sangat melekat. Hampir semua pintu dan jendela Keraton dicat dengan warna biru muda dan putih. Keraton dibuka untuk wisatawan umum setiap pukul 09.00 WIB.
Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan istana Kasunanan Surakarta. Bagian-bagian dari Keraton sendiri (secara utuh) mempunyai banyak kompleks, yaitu Kompleks Alun-alun Lor (Utara), Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor (Utara), Kompleks Kamandungan Lor (Utara), Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul (Selatan) dan Kemandungan Kidul (Selatan), Kompleks Sitihinggil Kidul (Selatan) dan Alun-alun Kidul (Selatan).
Kompleks Keraton yang berada di dalam dinding pertahanan (disebut baluwarti) dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter dan tebal sekitar satu meter adalah Kompleks Kemandungan Lor/Utara sampai Kemandungan Kidul/Selatan saja. Kompleks inilah yang biasa dikunjungi oleh para wisatawan. Sedangkan Kompleks Sitihinggil (Lor dan Kidul) dan Alun-alun (Lor dan Kidul) berada di luar baluwarti (tembok pertahanan).
Arsitektur Keraton Surakarta merupakan perpaduan antara Jawa dan Belanda. Dari bentuk gapura (pintu masuk) yang ada, semuanya mirip dengan benteng-benteng Belanda. Dari pintu masuk ke Keraton (dari arah Lor/Utara), kita akan langsung melihat Kori Kamandungan. Ada dua arca batu berukuran besar di kiri dan kanan Kori Kamandungan ini.
Jam buka
- Senin-Kamis: 09.00-14.00 WIB
- Jumat: tutup
- Sabtu-Minggu (hari libur): 09.00-15.00 WIB
Biaya masuk
- Tiket masuk: Rp. 8.000/orang dewasa; Rp. 6.000/anak-anak
- Kamera: Rp. 2.000/satu kamera
- Guide: tarif terserah pengunjung
Catatan:
Pengunjung yang masuk ke dalam Keraton Surakarta Hadiningrat tidak diperbolehkan merokok dan membawa makanan, harus berpakaian yang sopan, dibeberapa tempat tidak boleh memakai alas kaki dan tidak boleh memotret.
b. Puro Mangkunegaran
Letak Puro Mangkunegaran tidak jauh dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Jaraknya bisa ditempuh dengan becak, biayanya sekitar Rp. 5.000.
Puro Mangkunegaran adalah istana tempat kediaman Sri Paduka Mangkunagara di Surakarta. Bangunan ini memiliki beberapa bagian, yaitu Pamedan, Pendopo, Pringgitan, Dalem Ageng dan Kaputran, yang seluruhnya dikelilingi oleh tembok yang kokoh.
- Pamedan: lapangan untuk latihan prajurit pasukan Mangkunegaran.
- Pendopo: bangunan berbentuk Joglo, berwana hijau muda (warna pari anom atau padi muda) dan dihiasi lampu-lampu antik di langit-langitnya. Tempat ini katanya bisa menampung sekitar 10.000 orang. Semua tiang-tiang penyangganya terbuat dari kayu dan didirikan tanpa paku. Pendopo Puro Mangkunegaran digunakan untuk upacara kekratonan dan disini terdapat juga seperangkat gamelan yang biasa digunakan untuk mengiringi jalannya upacara.
- Pringgitan: beranda terbuka yang letaknya di belakang pendopo. Di beranda ini dipajang berbagai lukisan dari raja-raja yang pernah memerintah di Keraton Surakarta beserta lukisan para permaisuri dan selir-selirnya. Ada satu lukisan (letaknya di paling pojok, warnanya paling hitam/buram) yang menurut guide saya jika ditatap matanya dan kita beranjak, maka matanya akan mengikuti kita :p. Entah benar atau itu cuma mitos belaka, yang jelas saya tidak merasakan matanya menatap saya meski saya sudah melotot kearahnya :D. Tapi teman saya mengiyakan, bahwa mata si lukisan itu mengikuti geraknya...ahhh...(kayaknya si mata itu takut sama gue :D).
- Dalem Ageng: di ruangan ini terdapat berbagai macam benda bersejarah. Mulai dari perhiasan-perhiasan kerajaan, pedang dan keris, uang emas kuno, sampai alat untuk mencegah pria dan wanita berselingkuh alias kondom zaman dulu yang terbuat dari LOGAM :D. Dipasang di kemaluan pria dan wanita dengan mantra saat pasangannya hendak pergi berperang (hmm...). Karena tempat ini banyak tersimpan benda-benda berharga dan bersejarah, pengunjung dilarang memotret. Di belakang Dalem Ageng ini terdapat tempat kediaman keluarga Mangkunegaran yang tidak boleh dijamah wisatawan sama sekali. Tempatnya sangat tenang, dikelilingi taman yang luas dan asri.
- Kaputran: tempat para putra dan putri raja-raja dididik dengan adat istiadat ala Keraton Surakarta dan menimba ilmu. Tempat para pangeran dan putri belajar sebelum menjadi raja dan ratu ini, dipisah satu sama lain. Di tempat ini juga dipajang foto-foto keluarga kerajaan. Salah satu diantara foto-foto itu yang saya kenal adalah foto Menur yang menikah dengan penyanyi Sarwana-Warna (beritanya pernah masuk di infotainment soale hehehe).
Di luar tembok Puro Mangkunegaran ada sebuah benteng kuno bernama Kavallerie-Artillerie. Benteng ini dibangun pada tahun 1974.
Jam buka
- Senin-Kamis: 09.00-14.00 WIB
- Jumat: tutup
- Sabtu-Minggu (hari libur): 09.00-15.00 WIB
Biaya masuk
- Tiket masuk: Rp. 10.000/orang dewasa; Rp. 8.000/anak-anak
- Kamera: Rp. 1.500/satu kamera
- Guide: tarif terserah pengunjung
Catatan:
Sama seperti di Keraton Surakarta Hadiningrat, pengunjung yang masuk ke dalam Puro Mangkunegaran tidak diperbolehkan merokok dan membawa makanan, harus berpakaian yang sopan, dibeberapa tempat tidak boleh memakai alas kaki dan tidak boleh memotret.
c. Kampung Batik Kauman
Di Kampung Batik Kauman berderet butik-butik yang menjual aneka pakaian berbahan batik untuk segala ukuran dan variasi harga. Hampir setiap butik di Kampung ini sudah sangat maju. Mereka menerima pembayaran dalam bentuk tunai maupun kartu debit sehingga memudahkan pembeli dalam bertransaksi. Selain Kampung Batik Kauman, ada Kampung Batik Laweyan dan Pasar Klewer yang juga menyediakan berbagai macam pakaian berbahan batik. Bedanya, harga-harga yang dibandrol di Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Laweyan merupan harga pas (tidak bisa ditawar lagi), sedangkan harga-harga di Pasar Klewer masih bisa ditawar oleh pembelinya.
Makanan khas Solo
Solo juga merupakan surga bagi wisata kuliner. Makanan khas Solo cukup banyak. Ada nasi liwet, timlo, lotek, gudeg (berbeda dengan gudeg Yogyakarta), soto kwali, tengkleng, serabi notosuman, wedang ronde dan lain-lain. Yang perlu diingat, hampir semua tempat yang menjual makanan khas Solo buka menjelang malam hari. Jadi jika ingin berwisata kuliner di Solo, siap-siap aja kluyuran di malam hari hehehe.
See Next: Foto-foto
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
mantab nih, lengkap.
mba ada referensi penginapan yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dr stasiun balapan ...?
-----------------------------------
Silakan kunjungi Pertamina
wow....keren friend infonya...ni q lagi dalam perjalanan mo ketempat yang da diatas.thanks, nice blog.
Makasih kunjungannya :)
Sangat lengkap ulasannya. rencana saya besok mau ke solo... ya sekitar alkid. salam kenal enjie
Post a Comment