Oleh : Angelina Kusuma
Seorang jemaat gereja mengungkapkan keresahannya kepada saya kemarin sore.
Ce Novi: "Njie, kamu bisa nggak nge-print di form surat baptis ini?"
Enjie: "Wah, susah ce kalo form-nya udah jadi. Mendingan diisi pake ketik manual aja. Soalnya kalo ngisinya pake komputer nggak bisa ngepasinnya. Emang mo buat lho ce?"
Ce Novi: "Ya buat ngurus izin nikah di gereja. Surat baptisku yang asli dimakan rayap. Tadi abis minta form baru dari gereja tapi disuruh ngetik sendiri baru nanti ditanda tangani Gembala sidang. Nek nggak penting buat ngurus pemberkatan nikahku bulan depan, ya nggak bakal deh aku mau repot-repot gini, Njie."
Enjie: "Wo...emang nikah di gereja harus pake surat baptis ta?"
Ce Novi: "Ya iyalah. Nggak ada surat baptis yo nggak boleh nikah di gereja. Baptisannya beda jenis aja juga nggak bisa kok."
Enjie: "Ooo...gitu..." (manggut-manggut sambil mikir, "Pantesan gw nggak merit-merit, abis surat baptisnya aja belum siap sie" hahaha)
Tepatnya tanggal 2 Januari 2005 lalu, saya menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan Yesus Kristus di kolam baptisan. Saat itu, saya sama sekali belum berfikir banyak tentang kegunaan surat baptis saya nantinya. Saya fikir, "Yang penting kan aku udah dibaptis dan Tuhan tahu imanku. Surat baptis cuma sekedar kertas tanda, urus belakangan aja deh." Lewat 4 tahun sejak saya keluar dari kolam baptisan itu, saya belum pernah sekalipun mengurus surat tanda baptis dari gereja yang bersangkutan. Padahal, saat ini saya sudah berada di kota lain yang jaraknya ribuan kilometer dari kota tempat saya dibaptis sebelumnya.
Saya tersipu-sipu setelah pembicaraan dengan ce Novi kemarin sore. Saya memang belum akan menikah dalam waktu dekat ini. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti saya akan melangsungkan pernikahan. Selama ini, saya bergumul agar Tuhan menyiapkan saya dengan matang menuju pernikahan jika memang Ia mengizinkannya terjadi. Tak hanya persiapan jasmani yang saya kejar, persiapan rohani agar menjadi wanita yang lebih baik dengan karakter seperti Kristus juga saya usahakan dengan antusias. Tetapi rupanya persiapan-persiapan yang sudah saya lakukan selama ini masih jauh dari pada sempurna. Surat baptis yang saya anggap hanya kertas sepele tetap memegang peranan penting untuk bisa melangsungkan pernikahan di gereja (hahaha, cupu de gw...).
Sebagai calon-calon mempelai Kristus, persiapan pribadi kita baik secara jasmani maupun rohani tidak boleh diabaikan. Karena Bapa kita adalah Maha Sempurna, karenanya kita juga harus mengejar kesempurnaan itu. Masa single adalah masa persiapan menuju ke pernikahan. Single seharusnya menjadi masa yang digunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang, termasuk para wanita. Meski seorang wanita single akan tetap single sampai usianya menjelang 30 tahun, itu bukanlah alasan untuk membuatnya panik dan melupakan persiapan-persiapan pernikahannya baik secara jasmani maupun rohani kemudian sibuk mengejar laki-laki untuk menikahinya.
Saya juga masih single sampai saat ini. Tetapi saya mencoba menyikapi keadaan yang saya hadapi ini dengan cara pandang yang lain dari pada cara pandang dunia. Saya mengejar kesempurnaan saya menjadi wanita dengan karakter Kristus setiap hari dan mempersiapkan diri menghadapi pernikahan saya nantinya. Tidak ada tindakan yang sia-sia jika kita melakukannya bersama Yesus. Dunia boleh tertawa dengan apa yang saya tulis disini, "Untuk apa menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan sedangkan calon pasangannya saja belum ada? Bukankah lebih baik segera mencari pria yang baik kemudian baru menyiapkan pernikahan secepatnya?"
Berburu pria bukanlah kemampuan saya :). Kapasitas wanita sebagai penolong pria, bukan pemimpin baginya. Makanya, saya tidak setuju dengan anjuran dunia yang menyuruh wanita-wanita single segera berburu pria-pria berpotensial begitu usia mereka sudah cukup dewasa untuk pernikahan. Saya lebih setuju dengan anjuran bahwa wanita-wanita single harus mengejar kekudusan pribadinya sebagai orang yang bergaul akrab dengan Tuhannya dan dipenuhi dengan sempurna didalam-Nya.
Ketika seorang pria belum datang padamu, berdoalah kepada Bapa agar Ia membawakan seorang pria yang baik untukmu. Ketika seorang pria datang padamu, berikan sambutan terbaik untuknya sambil terus berdoa agar Tuhan menunjukkan jalan dan rencana-Nya kepadamu dan pria itu, lalu tunggu sampai akhirnya urusan Tuhan dan pria itu selesai (Rut 3:18, Lalu kata mertuanya itu: "Duduk sajalah menanti (Rut/wanita : menanti), anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti (orang itu = Boas/pria : tidak akan berhenti/melakukan tindakan kepada wanitanya), sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga."). Duduk tenang dan beristirahatlah di dalam Tuhan. Tunggulah rencana-Nya dengan setia dan sabar. Pria berkarakter Kristus akan mengejar wanita-wanita dengan karakter yang sama pula. Jadilah putri-putri Raja yang layak bersanding dengan pangeran-pangeran Raja, bukan panik mengejar setiap orang yang melintas di depan mata.
Menunggu bukan berarti pasif tidak mengerjakan apapun juga. Menunggu hanya sebuah kiasan keadaan agar para wanita tidak panik dengan keadaannya dan memfokuskan pandangannya untuk merpersiapkan diri agar mampu menjalani tanggung jawab yang akan diberikan Tuhan nantinya dalam pernikahan dan keluarga. Gara-gara kejadian kemarin sore juga, tiba-tiba suara lembut Bapa kembali berbisik di telinga saya, "Kamu ngerti kan kenapa sampai saat ini Aku masih menyembunyikan pernikahan darimu? Karena kamu belum seutuhnya siap dengan sempurna."
Well, I know His reason now? Dia menuntut kesempurnaan pada pernikahan anak-anak kesayangan-Nya, anda dan saya. Putri Raja tidak akan diberikannya kepada penjaga pintu gerbang istana. Makanya, jangan memaksa Tuhan untuk segera memberikan pernikahan sementara kita sendiri belum siap menerima anugerah itu saat ini. Prepare yourself, hei women...the best is yet to come for all of you that never tired in waiting! (nj@coe).
Seorang jemaat gereja mengungkapkan keresahannya kepada saya kemarin sore.
Ce Novi: "Njie, kamu bisa nggak nge-print di form surat baptis ini?"
Enjie: "Wah, susah ce kalo form-nya udah jadi. Mendingan diisi pake ketik manual aja. Soalnya kalo ngisinya pake komputer nggak bisa ngepasinnya. Emang mo buat lho ce?"
Ce Novi: "Ya buat ngurus izin nikah di gereja. Surat baptisku yang asli dimakan rayap. Tadi abis minta form baru dari gereja tapi disuruh ngetik sendiri baru nanti ditanda tangani Gembala sidang. Nek nggak penting buat ngurus pemberkatan nikahku bulan depan, ya nggak bakal deh aku mau repot-repot gini, Njie."
Enjie: "Wo...emang nikah di gereja harus pake surat baptis ta?"
Ce Novi: "Ya iyalah. Nggak ada surat baptis yo nggak boleh nikah di gereja. Baptisannya beda jenis aja juga nggak bisa kok."
Enjie: "Ooo...gitu..." (manggut-manggut sambil mikir, "Pantesan gw nggak merit-merit, abis surat baptisnya aja belum siap sie" hahaha)
Tepatnya tanggal 2 Januari 2005 lalu, saya menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan Yesus Kristus di kolam baptisan. Saat itu, saya sama sekali belum berfikir banyak tentang kegunaan surat baptis saya nantinya. Saya fikir, "Yang penting kan aku udah dibaptis dan Tuhan tahu imanku. Surat baptis cuma sekedar kertas tanda, urus belakangan aja deh." Lewat 4 tahun sejak saya keluar dari kolam baptisan itu, saya belum pernah sekalipun mengurus surat tanda baptis dari gereja yang bersangkutan. Padahal, saat ini saya sudah berada di kota lain yang jaraknya ribuan kilometer dari kota tempat saya dibaptis sebelumnya.
Saya tersipu-sipu setelah pembicaraan dengan ce Novi kemarin sore. Saya memang belum akan menikah dalam waktu dekat ini. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti saya akan melangsungkan pernikahan. Selama ini, saya bergumul agar Tuhan menyiapkan saya dengan matang menuju pernikahan jika memang Ia mengizinkannya terjadi. Tak hanya persiapan jasmani yang saya kejar, persiapan rohani agar menjadi wanita yang lebih baik dengan karakter seperti Kristus juga saya usahakan dengan antusias. Tetapi rupanya persiapan-persiapan yang sudah saya lakukan selama ini masih jauh dari pada sempurna. Surat baptis yang saya anggap hanya kertas sepele tetap memegang peranan penting untuk bisa melangsungkan pernikahan di gereja (hahaha, cupu de gw...).
Sebagai calon-calon mempelai Kristus, persiapan pribadi kita baik secara jasmani maupun rohani tidak boleh diabaikan. Karena Bapa kita adalah Maha Sempurna, karenanya kita juga harus mengejar kesempurnaan itu. Masa single adalah masa persiapan menuju ke pernikahan. Single seharusnya menjadi masa yang digunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang, termasuk para wanita. Meski seorang wanita single akan tetap single sampai usianya menjelang 30 tahun, itu bukanlah alasan untuk membuatnya panik dan melupakan persiapan-persiapan pernikahannya baik secara jasmani maupun rohani kemudian sibuk mengejar laki-laki untuk menikahinya.
Saya juga masih single sampai saat ini. Tetapi saya mencoba menyikapi keadaan yang saya hadapi ini dengan cara pandang yang lain dari pada cara pandang dunia. Saya mengejar kesempurnaan saya menjadi wanita dengan karakter Kristus setiap hari dan mempersiapkan diri menghadapi pernikahan saya nantinya. Tidak ada tindakan yang sia-sia jika kita melakukannya bersama Yesus. Dunia boleh tertawa dengan apa yang saya tulis disini, "Untuk apa menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan sedangkan calon pasangannya saja belum ada? Bukankah lebih baik segera mencari pria yang baik kemudian baru menyiapkan pernikahan secepatnya?"
Berburu pria bukanlah kemampuan saya :). Kapasitas wanita sebagai penolong pria, bukan pemimpin baginya. Makanya, saya tidak setuju dengan anjuran dunia yang menyuruh wanita-wanita single segera berburu pria-pria berpotensial begitu usia mereka sudah cukup dewasa untuk pernikahan. Saya lebih setuju dengan anjuran bahwa wanita-wanita single harus mengejar kekudusan pribadinya sebagai orang yang bergaul akrab dengan Tuhannya dan dipenuhi dengan sempurna didalam-Nya.
Ketika seorang pria belum datang padamu, berdoalah kepada Bapa agar Ia membawakan seorang pria yang baik untukmu. Ketika seorang pria datang padamu, berikan sambutan terbaik untuknya sambil terus berdoa agar Tuhan menunjukkan jalan dan rencana-Nya kepadamu dan pria itu, lalu tunggu sampai akhirnya urusan Tuhan dan pria itu selesai (Rut 3:18, Lalu kata mertuanya itu: "Duduk sajalah menanti (Rut/wanita : menanti), anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti (orang itu = Boas/pria : tidak akan berhenti/melakukan tindakan kepada wanitanya), sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga."). Duduk tenang dan beristirahatlah di dalam Tuhan. Tunggulah rencana-Nya dengan setia dan sabar. Pria berkarakter Kristus akan mengejar wanita-wanita dengan karakter yang sama pula. Jadilah putri-putri Raja yang layak bersanding dengan pangeran-pangeran Raja, bukan panik mengejar setiap orang yang melintas di depan mata.
Menunggu bukan berarti pasif tidak mengerjakan apapun juga. Menunggu hanya sebuah kiasan keadaan agar para wanita tidak panik dengan keadaannya dan memfokuskan pandangannya untuk merpersiapkan diri agar mampu menjalani tanggung jawab yang akan diberikan Tuhan nantinya dalam pernikahan dan keluarga. Gara-gara kejadian kemarin sore juga, tiba-tiba suara lembut Bapa kembali berbisik di telinga saya, "Kamu ngerti kan kenapa sampai saat ini Aku masih menyembunyikan pernikahan darimu? Karena kamu belum seutuhnya siap dengan sempurna."
Well, I know His reason now? Dia menuntut kesempurnaan pada pernikahan anak-anak kesayangan-Nya, anda dan saya. Putri Raja tidak akan diberikannya kepada penjaga pintu gerbang istana. Makanya, jangan memaksa Tuhan untuk segera memberikan pernikahan sementara kita sendiri belum siap menerima anugerah itu saat ini. Prepare yourself, hei women...the best is yet to come for all of you that never tired in waiting! (nj@coe).
No comments:
Post a Comment