Sunday, January 04, 2009

To Be Radical In Waiting

Oleh : Angelina Kusuma

Beberapa orang menggeleng-gelengkan kepala atas beberapa hal yang sedang saya lakukan dan ingin saya lakukan dalam waktu dekat ini. Ada yang berkata, "You're radical", ada yang berkata, "Are you serious? How old are you now? It's time to think about yourself (marriage), not playing anymore", dan ada juga yang berkata, "Are you run from something (relationships or marriage compulsion)?"

Wow, ternyata harapan seorang wanita single berusia 27 tahun untuk mengejar mimpinya melanjutkan study, mengembangkan pelayanannya bagi para youth ke luar kota tempat tinggalnya, dan melakukan rencana traveling ke berbagai kota dan belahan dunia lainnya, harus menghadapi tembok tebal dari tuntutan pernikahan sesuai dengan tradisi dunia pada umumnya.

Saya tidak pernah menampik keinginan untuk mengikuti tradisi dunia tersebut dalam waktu yang sesegera mungkin (seandainya bisa). Tetapi jika memang belum tiba masa saya untuk menerima anugerah itu, apakah saya lantas harus menyibukkan diri mencari dan menjerat para pria yang kemudian harus dinikahi oleh salah satunya secepatnya?

Oh tidak! Saya bukanlah tipe wanita yang seperti itu. Saya memandang usia saya yang sekarangpun tetap berharga untuk dilewati seperti saat usia saya 5 atau 10 tahun yang lalu. Tidak pernah ada kata terlambat untuk mengejar gelar sarjana, doktor, profesor meski saya sudah menginjak 27 tahun. I still feel young :D. Saya tidak ingin memikirkan pernikahan dengan begitu rumit sehingga membuat saya terhambat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan di hidup saya karenanya.

Melanjutkan study, mengembangkan pelayanannya bagi para youth ke luar kota tempat tinggal, dan melakukan rencana traveling ke berbagai kota dan belahan dunia lainnya mungkin terdengar sedikit radikal atau nyleneh bagi beberapa orang yang berorientasi kepada anggapan bahwa di usia 27 tahun bagi seorang wanita seharusnya sudah bersuami dan menggendong anak pertama atau bahkan anak keduanya.

Seorang bapak yang saya anggap lebih senior rohaninya di gereja lokal saya, juga menanggapi status single saya ini dengan dahi sedikit berkerut. Beliau dengan segera menyebutkan beberapa nama orang pria berpotensial yang ingin dikenalkannya kepada saya di bulan ini juga. Hahaha, sepertinya anggapan dunia normal mengenai seorang wanita single di usia 27 tahun benar-benar sebuah 'pantangan' yang layak dihindari :).

Keadaan single saya bukanlah dengan sengaja saya rencanakan. Wanita mana sie yang tidak ingin segera melenggang ke pelaminan dengan seorang pangeran mempesona yang dikasihinya? Bukan saja wanita-wanita di luar sana yang ingin, saya juga ingin segera mewujudkan hal itu jika memungkinkan hehehe. Tetapi kenyataannya jalan hidup saya berkata lain. Tuhan masih menyimpan saya sebagai salah satu kandidat high quality single-Nya yang akan terus diperbarui oleh-Nya untuk seorang pria terbaik-Nya di luar sana (ciee, it's sound so romantic rite? :D).

Saya tidak ingin membuang-buang waktu berharga saya demi impian pernikahan saja. Saya hidup dengan tujuan yang jauh lebih berharga daripada sekedar dinikahi oleh seorang pria yang banyak diimpi-impikan oleh para wanita lain. Pernikahan saya nantinya adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada saya, bukan atas rencana saya sendiri.

Saya menjalani kehidupan saya dengan sukacita tanpa kekurangan suatu apapun juga sekarang, meski saya masih berstatus single. Anggapan bahwa status single itu tidak utuh atau kurang lengkap hanyalah omong kosong yang digunakan iblis untuk menipu dunia ini. Saya juga tidak sibuk merencanakan kencan-kencan romantis dengan pria-pria yang berpotensial dalam kehidupan saya. Saya memilih duduk diam di bawah kaki Bapa yang tahu akan segala jalan hidup dan kebutuhan saya sambil mempersiapkan diri menjadi seorang calon istri dan calon ibu yang terbaik nantinya.

Banyak orang memberi saya pendapat, "Kalo tidak berusaha kapan dapetnya dong?" Yeah, saya setuju dengan pendapat tersebut. Tetapi bentuk usahanya seperti apa yang menurut dunia benar dan yang diperkenan oleh Tuhan? Sibuk mencari teman berkencan, sibuk berkenalan dengan pria-pria di sekeliling, sibuk menghadiri pertemuan-pertemuan atau pesta-pesta tempat pria-pria bersinar ada, sibuk membaca peluang pedekate ke pria, atau sibuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik dan menikmati hidup? Toh, saya juga tidak menutup pintu hati saya rapat-rapat untuk berkenalan dengan pria model apapun di dunia ini dan saya juga tidak lantas ingin mengikuti jejak Rasul Paulus sampai ajal menjemput nanti :D. I'm a normal woman. I still wanna be a wife and mother someday. I just don't want 'busy'...

Jalan yang saya pilih adalah menyiapkan diri menjadi wanita berkarakter seperti Kristus sambil membuka diri untuk semua jenis persahabatan. Ini adalah usaha saya menanti calon pasangan hidup yang benar. Dunia boleh beranggapan bahwa saya kurang giat berusaha mencari calon pasangan hidup atau pasif (makanya saya tidak segera dipinang pria hihihi), tetapi Bapa saya yang namanya disebut Yesus Kristus, tahu apa yang saya lakukan ini benar di jalan-Nya.

Saya memperkenankan Dia mengambil alih rencana pernikahan saya dan memberi-Nya kuasa untuk merencanakan pertemuan tak terduga saya dengan pria yang nantinya akan menikahi saya. Itulah kenapa saya tidak perlu sibuk merencanakan kencan romantis saya dengan pria manapun hahaha. Yesus saja sudah cukup untuk meng-handle kegiatan yang satu itu untuk saya!

Saya tidak akan mengikuti arus dunia sekeliling. Saya tidak akan pernah desperate dengan status single saya sampai kapanpun. I'm proud to be a single in Christ. Saya menikmati saat-saat dimana saya berjalan berduaan dengan Tuhan tanpa ada seorangpun yang mengganggu fellowship kami :). Saya menikmati saat-saat dimana Ia memeluk saya dalam kesendirian dan memenuhi saya dengan kasih-Nya yang sempurna. Ada atau tiadanya pasangan hidup di sisi saya, tidak pernah membuat saya merasa kurang berbahagia. Saya selalu bahagia! Dan meski nantinya saya kembali kepada kekekalan dengan status tetap single, saya akan berkata kepada Bapa saya, "I'm always happy because YOU!"

Orang lain boleh menyayangkan keputusan saya meninggalkan zona kenyamanan ini, tidak memilih memikirkan keperluan saya untuk bertemu dengan pria-pria yang sudah siap dikenalkan kepada saya dan menikah. Saya lebih memilih untuk menikmati hidup saya dan melayani Dia dengan sungguh-sungguh karena saya tahu iman percaya saya kepada Batu Penjuru Terpilih itu tidak akan membuat saya dipermalukan :).

Tuhan Yesus menjagai hati saya dalam masa penantian. Di tangan-Nya terletak kuncinya, dan hanya orang yang dipilih-Nya yang bisa masuk ke dalam hidup saya. Yes, let's me to be a radical woman in waiting (nj@coe).



2 comments:

Anonymous said...

Hi angie, you are really inspiring me! ^^
Seneng deh pas tau ternyata gw nggak sendiri sebagai wanita lajang 27 tahun yang lebih memilih berkarya sambil menantikan 'anugrah'Nya. Tulisan lo bener2 menguatkan gw untuk terus di jalan ini daripada memusingkan desakan2 dari sekitar gw hehe..
Thanks ya sis!
GBU

Enjie said...

Hehehe sama-sama Valya :). Tuhan Yesus memberkati pelayananmu yah ;).