Monday, August 02, 2010

Teknik Dasar Fotografi Buat Pemula

Oleh : Angelina Kusuma

Saya bukanlah fotografer profesional. Jadi kalo tulisan ini sampai dibaca oleh para fotografer profesional, mungkin mereka akan tertawa :D. So, it's not an article for an expert yah hihihi. Beneran khusus buat para pemula alias awamers di dunia fotografi. Tapi kalo yang expert pingin nambahin atau mengkoreksi, silahkan...;)

Baru setahun belakangan ini saya belajar memegang kamera, belajar memotret apapun yang melintas di depan saya dan belajar menguasai teknik-teknik dasar fotografi. Awalnya, saya tertarik dengan fotografi karena saya suka traveling. Sayang deh kalo setiap pemandangan indah dan sudut-sudut kota yang saya telusuri hanya hinggap di ingatan saya beberapa saat, lalu lenyap tanpa ada kenang-kenangan foto yang bisa dipandang-pandang lagi di kemudian hari. Karena alasan inilah, akhirnya saya nekad membeli kamera, mengutak-atiknya dan akhirnya ikut kecanduan fotografi sampai sekarang! hehehe...

Hal terpenting yang harus diperhatikan seseorang saat memotret adalah unsur pencahayaannya. Cahaya yang diterima obyek harus cukup sehingga dapat terekam baik dalam film dan menghasilkan gambar yang bagus saat dipotret. Dalam istilah fotografi, banyaknya cahaya yang jatuh ke film ini disebut dengan istilah exposure. Exposure dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: aperture (bukaan diafragma), shutter speed (kecepatan rana) dan ISO (kepekaan film).

Aperture
Aperture didalam kamera ditulis dengan F2.6, F2.8, F3.2, F3.5, F4.0, F4.5, F5.0, F5.6, F6.3, F7.1, F8.0 etc. Aperture digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Semakin besar angkanya, cahaya yang masuk ke kamera semakin sedikit. Sebaliknya, jika angka dibelakang F semakin kecil, intensitas cahaya yang masuk semakin banyak. Yang perlu diingat, semakin besar angka aperture, detail-detail obyek biasanya menyempit. Untuk memotret landscape, saya sarankan untuk memakai angka aperture yang agak kecil/sedang agar foto yang dihasilkan tidak kaku.

Shutter Speed
Shutter speed didalam kamera ditulis dengan 15", 13", 10", 8", 6", 5", 4", 3"2, 2"5, 2", 1"6, 1"3, 1", 0.8", 0"6, 0"5, 0"4, 0"3, 1/4, 1/5, 1/6,1/8, 1/10, 1/13, 1/15, 1/20, 1/25, 1/30, 1/40, 1/50, 1/60, 1/80, 1/100, 1/125, 1/160, 1/200, 1/250, 1/320, 1/400, 1/500, 1/640, 1/800, 1/1000, 1/1250, 1/1600, 1/2000 etc. Shutter speed digunakan untuk menentukan cepat atau lambatnya rana bekerja (membuka dan menutup kembali). Semakin besar angkanya, semakin cepat rana membuka dan menutup, hasilnya semakin sedikit cahaya yang masuk. Sebaliknya, semakin kecil angkanya, semakin lambat rana membuka dan menutup, hasilnya semakin banyak cahaya yang masuk. Yang perlu diingat, semakin kecil angka sutther speed, kamera akan sulit dikendalikan. Biasanya, saya perlu bantuan tripod saat memotret dengan slow speed shutter agar hasilnya tidak goyang (blur).

ISO
ISO ditulis ISO80, ISO100, ISO200, ISO400, ISO800, ISO1600 etc. ISO merupakan ukuran yang menentukan kepekaan film terhadap cahaya. Semakin tinggi angkanya, film semakin peka terhadap cahaya (terang). Sebaliknya semakin rendah angkanya, film semakin kurang peka terhadap cahaya (gelap). Yang perlu diingat, semakin tinggi angka ISO, hasil foto yang dihasilkan akan berbintik-bintik (noise).

Nah, ketiga bumbu inilah yang menjadi pondasi sebuah pemotretan. Komposisi yang pas dari ketiganya, menentukan hasil foto yang baik pula.



Referensi: pacar pertamaku, si imut Canon Powershot 590IS :p