Wednesday, July 08, 2009

Pengampunan Atas Masa Kecil Yang Kurang Baik

Oleh : Angelina Kusuma

Yeremia 30:17, Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya.

Penyanyi legendaris yang dijuluki The King of Pop, Michael Jackson, membuat hampir seluruh dunia gempar karena berita kematiannya yang mendadak seminggu belakangan ini. Jutaan penggemar menangisi kepergiaannya dengan berbagai cara. Ada yang rela berdesak-desakan mendapatkan tiket masuk ke upacara pemakamannya, membuat mini-mini konser untuk mengenang pribadi dan karya-karyanya yang terkenal tak lekang dimakan waktu, sampai memborong kepingan-kepingan kaset atau VCD sisa-sisa yang pernah meliris album-albumnya semasa hidup.

Hari Selasa, 7 Juli 2009, sekitar pukul 23.00 WIB pun, tercatat ada beberapa stasiun televisi swasta Indonesia yang ikut beramai-ramai menayangkan Exclusive Michael Jackson Funeral secara live dari Staples Center, Los Angeles. Antusiasme penggemar Michael Jackson saat mengantar jasadnya ke peristirahatan terakhir ini, dikatakan jauh melebihi kemegahan pemakaman orang-orang terkenal pendahulunya seperti Putri Diana dan legenda Rock & Roll, Elvis Presley.

Dibalik segala prestasi dan keberhasilan yang dinikmati oleh seorang 'raja' di bidang musik pop mulai dari hidup hingga kematiaannya, sosok Michael Jackson juga merupakan gambaran seseorang yang mempunyai banyak sisi kelam. Bisa dikatakan, ia adalah produk dari kepahitan yang menyebabkan hidupnya menyimpang ke kanan dan ke kiri. Ia mengganti seluruh warna kulitnya dari hitam menjadi putih dengan berbagai macam operasi plastik, pernah dituding melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, pernikahannya terpaksa berujung pada perceraian, tersandung kasus hutang jutaan US $ yang membayangi hingga kematiannya (entah benar atau hanya gosip belaka), sampai kasus pemakaian obat-obatan yang tidak sesuai takaran seharusnya.

Sesuai dengan pengakuannya sendiri, Michael Jackson sering mendapat perlakuan kurang baik saat masih kanak-kanak. Sejak kecil ia mengalami kekerasan dari ayahnya, baik secara fisik maupun mental, seperti rehearsal (latihan) yang tak henti-hentinya, dicambuk, dipukuli, dipanggil dengan panggilan yang kasar, dan ditakut-takuti, sampai ia sering menangis kesepian dan terkadang muntah ketika melihat ayahnya sendiri. Kepahitan demi kepahitan yang tertimbun didalam diri Michael Jackson muda dan tidak segera dibereskan inilah, yang akhirnya membuatnya tumbuh menjadi orang besar namun jiwanya kerdil.

Saat kecil, saya juga pernah mendapat perlakuan agak keras dari kedua orang tua saya. Diantaranya sering dibanding-bandingkan dengan adik saya, beberapa kali dibilang bodoh, dan pernah ditampar dengan sandal di mulut oleh papi saya ketika tidak mau makan. Saat bertumbuh remaja sampai dewasa, saya juga pernah mendapat teraan penolakan baik dari keluarga maupun orang-orang disekitar saya. Ketika SMP, saya tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat pemalu dan pendiam karena merasa 'berbeda' dengan teman-teman lainnya (saya dilahirkan dari kondisi keluarga dengan kedua orang tua berbeda agama dan tidak pernah mendapat sentuhan rohani dari agama manapun).

Setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi di bangku kuliah, beberapa akar pahit warisan masa kecil yang belum dibereskan, mempengaruhi cara pandang saya terhadap sesuatu. Saya cenderung selalu ingin membuktikan bahwa saya bisa melakukan segala sesuatu dan mampu unggul diberbagai bidang dimanapun saya berada. Beberapa orang juga sering berkata bahwa saya ini terlihat sedikit 'mengerikan' karena kurang bisa berbasa-basi atau tersenyum ramah kepada orang lain apalagi kepada orang asing. Ya, semua tindakan saya yang over protektif terhadap diri sendiri itu terjadi akibat kepahitan-kepahitan yang tertimbun didalam hati tanpa pemberesan meski saya sudah mengikut Tuhan dan terlibat aktif dipelayanan.

Selasa malam saat saya mengikuti acara pendalaman Alkitab di gereja tempat saya berjemaat sekitar dua tahun ini, seorang hamba Tuhan berbicara mengenai akibat perlakuan-perlakuan kurang baik dimasa kecil yang menyebabkan penyimpangan perilaku bagi orang-orang yang memendam kepahitan tersebut. Selama ini, saya sudah terlalu nyaman dengan persepsi salah yang saya yakini. Saya merasa sudah cukup memberikan diri saya kepada Tuhan untuk diurus sesuai dengan kehendak-Nya. Tapi yang benar, saya (dan mungkin juga anda yang pernah mengalami masa kecil kurang baik) tetap perlu mengakui semua perlakuan kurang baik yang pernah kita terima dimasa lalu dan melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang telah melakukannya untuk membereskan kepahitan yang diakibatkannya.

Saya didoakan dan dilayani oleh seorang ibu pendoa syafaat gereja malam itu, dan memperoleh pendamaian di hati yang luar biasa.

Rabu siang ketika mengantar mami ke pasar buah, tanpa sengaja saya membuat motor yang kami tumpangi hampir diserempet mobil dari belakang di sebuah perempatan jalan, karena saya tidak memperhatikan bahwa mobil tersebut hendak berjalan lurus sedangkan saya ingin berbelok ke arah kanan. Tahu bahwa saya melakukan kesalahan, mami saya mengkritik dengan pedas yang membuat saya kembali merasakan sakit tiada tara didalam hati (padahal malam hari sebelumnya saya baru saja didoakan agar lepas dari segala kepahitan akibat perlakuan kurang baik dari orang-orang disekitar saya oleh seorang ibu pendoa syafaat gereja).

Mami saya ini belum mengenal Tuhan Yesus dan beliau adalah seorang ibu yang suka 'berkotbah' lama didepan anak-anaknya yang melakukan kesalahan. Sampai kami selesai berbelanja buah dan berkendara motor ke arah jalan pulang, beliau tetap berkata-kata tentang kesalahan saya saat berbelok di perempatan jalan tadi. Hal ini membuat hati saya terasa bertambah pedih meski beliau tidak mengumpati saya dengan kata-kata yang kasar atau tidak sopan.

Saya yang ada diboncengan belakang di perjalanan kali ini, hanya bisa memejamkan mata sambil berdoa dalam hati, "Aku mengampuni semua orang yang telah menyebutku bodoh, aku mengampuni semua orang yang mengatakan bahwa aku tidak berguna, aku mengampuni semua orang yang berkata aku tak layak untuk dicintai, aku mengampuni semua orang yang sudah memukulku, aku mengampuni semua orang yang sudah mencela tindakanku, aku mengampuni semua orang yang memarahiku ketika aku salah meski aku sudah mengakuinya, aku mengampuni semua orang yang menyakiti hatiku tanpa mereka sadari..."

Saya terus mengucapkan kalimat-kalimat pengampunan ini sambil mendengarkan kalimat-kalimat bernada mengkritik dari mami saya selama perjalanan ke rumah. Air mata saya mulai mengalir satu per satu saat saya merasakan kembalinya damai sukacita dari Tuhan yang indah, turut mengisi bagian-bagian hati saya yang mulai kesakitan tadi. Sesampainya di rumah, barulah saya merasa lega. Saya tidak lagi merasakan hati yang sakit akibat kata-kata yang diucapkan mami saya sebelumnya dan bisa kembali tersenyum manis kepada beliau.

Dari pengalaman sederhana ini, saya belajar satu hal bahwa pemberesan kepahitan memang tidak bisa dilakukan secara instan. Ada tahapan-tahapan tertentu yang harus kita lewati sebelum bisa mengampuni semua orang yang telah menorehkan luka-luka batin di hati dan menyembuhkan kepahitan-kepahitan itu dengan sempurna. Kita juga perlu mengakui dengan jelas dan melepaskan pengampunan-pengampuan atas hal-hal kurang baik yang kita dapatkan itu setiap saat ketika kita kembali merasakan intimidasi kepahitan.

Saya tidak ingin hidup terus dalam kepahitan seperti Michael Jackson yang bergelimang harta dan kepopuleran namun bersembunyi dibalik hitamnya jiwa yang sakit. Saya tidak ingin lama-lama mendendam atas apa yang orang tua saya lakukan waktu kecil, teman-teman disekitar saya, dan juga perlakuan-perlakuan kurang baik yang pernah saya terima lainnya. Saya ingin selalu hidup dalam damai sukacita Tuhan setiap saat dan berlindung dibawah naungan sayap-Nya hingga kesudahannya nanti.

Bagi anda yang juga pernah mengalami hal-hal kurang baik dimasa kecil, mulailah mengucapkan pengampunan-pengampunan anda untuk orang-orang yang telah melukai batin anda. Mungkin, mereka yang telah berbuat itu kepada anda tidak sadar bahwa anda sakit dan terluka karena tindakan-tindakannya. Meski demikian, anda tetap harus melepaskan pengampunan kepada mereka agar hidup anda bebas dari kepahitan. Mintalah pelayanan konseling dari orang-orang percaya lainnya atau dari gereja lokal jika anda memerlukan peneguhan doa dan pelepasan. God bless...(nj@coe).




No comments: