Wednesday, October 07, 2009

Yunus, Si Nabi Nyentrik

Oleh : Angelina Kusuma

Tahu dong siapa itu Yunus? Yup, salah satu nabi yang sudah dipilih oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya kepada umat-Nya. Tiap kali saya membaca kisah Yunus, saya selalu tertawa. Dari sekian banyaknya nabi-nabi yang ada di Perjanjian Lama, Yunus adalah seorang nabi paling nyentrik dibandingkan nabi yang lain. Berkali-kali ia berani menentang Tuhan dengan tindakannya yang semau gue dan buandell full.

Tuhan berbicara kepada Yunus, "Pergilah ke Niniwe, kota besar itu, untuk mengancamnya, karena Aku tahu bahwa penduduknya jahat sekali." Oh ho, selesai mendapat perintah dari Big Bos-nya, Yunus langsung pergi! Tapi bukan pergi ke Niniwe seperti yang ada di skenario Tuhannya, melainkan melenceng, membuat rencana bepergian sendiri ke Tarsis lewat Yafo dengan kapal.

Karena dirinya, kapal yang ditumpanginya dibuat hampir celaka oleh Tuhan. Kapal itu dilanda angin ribut dan badai besar sehingga membuat para awak kapal dan nahkoda menjadi gusar sekaligus ketakutan. Kemudian,...plunggg...Yunus pun mereka lemparkan ke dalam laut dan badai berhenti. Nasif Yunus sungguh sial. Di laut, seekor ikan besar menelannya hidup-hidup dan membuatnya tinggal di dalam perut ikan itu selama tiga hari tiga malam. Untunglah, Yunus menyesali ketidak-taatannya selama berada di dalam perut ikan besar sehingga Tuhan mendengarnya dan segera menyuruh ikan itu memuntahkan Yunus ke darat.

Untuk kedua kalinya, Tuhan pun memanggil Yunus kembali dan memberi perintah kepadanya untuk pergi ke Niniwe setelah pengalamannya melarikan diri dari panggilan Tuhan yang pertama. Kali ini, Yunus tidak mengecewakan Big Bos-nya. Ia pergi ke Niniwe dan bicara tepat seperti yang dikatakan oleh Tuhan kepada seluruh penduduk di Niniwe, sampai-sampai raja dan para pembesarnya memaklumkan sebuah perintah agar seluruh penduduk kota Niniwe sampai kepada ternak, lembu sapi dan kambing dombanya untuk berpuasa.

Terjadi pertobatan besar-besaran di Niniwe karena perkataan Yunus sehingga kota itu akhirnya diselamatkan oleh Tuhan. Lalu Yunus? Hahaha, Yunus bukannya senang dan bergembira karena kota Niniwe diselamatkan oleh Big Bos-nya. Eh, dia malah marah!

Yunus pergi ke sebelah Timur kota lalu membangun sebuah pondok untuk berteduh dan menanti-nanti apa yang akan terjadi atas Niniwe. Melihat Yunus yang cemberut, Tuhan menumbuhkan sebatang pohon jarak untuk menaunginya dan membuatnya terhibur, sejenak lupa akan kekesalan hatinya. Tapi keesokan harinya, Tuhan mengirimkan seekor ulat yang menggerek pohon itu sehingga menjadi layu saat terkena panas terik matahari dan kemudian mati.

Melihat pohon penghiburannya mati, Yunus kembali marah. Tapi kali ini, Tuhan memberinya pengertian kenapa Ia menyelamatkan Niniwe dengan perantaraan pohon jarak yang ditumbuhkan-Nya kemudian dimatikan-Nya dalam satu malam saja itu. Tuhan menyayangi semua manusia termasuk mereka yang telah berbuat dosa kejahatan. Jika mereka yang pernah berbuat jahat itu mau berbalik dari jalan-jalan salah dan bertobat dari dosa-dosanya, maka Ia pun akan melepaskan mereka dari hukuman maut bahkan membatalkan rancangan kecelakaan yang sudah direncanakan-Nya atas mereka sebelumnya.

Yunus tak hanya hidup di zaman Perjanjian Lama saja. Kita mungkin pernah atau justru sedang melakukan tindakan Yunus ini. Kita kadang sering berdalih ini itu ketika Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu dan iri karena orang lain mengalami keselamatan. Kita bisa menjadi Yunus-yunus masa kini dengan gaya semau gue dan kebandelannya yang sama seperti Yunus di masa Perjanjian Lama itu.

Dari Yunus, kita bisa belajar beberapa hal penting mengenai respon terhadap panggilan/tugas/perintah yang diberikan oleh Tuhan untuk kita:

1. Rencana Tuhan tidak bisa digagalkan oleh rencana Manusia

Meski Yunus telah berencana hendak pergi ke Tarsis untuk menghindari Niniwe, pada akhirnya ia sampai ke Niniwe juga.

Yunus 1:2-3, "Pergilah ke Niniwe..." Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis...
Yunus 3:3, Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah.

2. Menolak/menghindar melaksanakan tugas yang diberikan oleh Tuhan, hanya akan memperpanjang 'sekolah tambahan' bagi kita

Ketika Yunus menolak berbicara kepada Niniwe seperti yang sudah diperintahkan oleh Tuhan, ia mengalami serangkaian proses untuk membuatnya semakin rendah hati dan mengakui kekuasaan Tuhan atas hidupnya. Mulai dari kejadian kapal yang ditumpanginya dilanda badai, dilemparkan ke dalam laut, sampai ditelan oleh ikan besar dan terpaksa tinggal di dalam perutnya selama tiga hari tiga malam, semua itu merupakan 'sekolah tambahan' bagi Yunus sampai akhirnya ia menyatakan bersedia menjalankan tugas yang sudah diembankan kepadanya dengan baik.

Yunus 2:3, Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
Yunus 2:9-10, Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!" Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat.

3. Ketika kita melayani Tuhan, kita hanyalah alat di tangan-Nya. Dialah yang sebenarnya mengasihi jiwa-jiwa, lebih dari segala usaha yang sudah kita lakukan untuk-Nya

Tuhan mengajari Yunus untuk menyadari bahwa Dia lebih mengasihi Niniwe meskipun mereka telah berbuat dosa sebelumnya dan menyediakan diri untuk pertobatan bagi bangsa-bangsa tanpa terkecuali.

Yunus 4:10-11, Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (nj@coe)




No comments: