Oleh : Angelina Kusuma
Memilih karyawan hampir sama dengan memilih pasangan hidup. Perlu proses penyeleksian secara seksama terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan akhirnya. Meskipun isu gender tak lagi menjadi penghalang mutlak dalam hal berkarir, tetapi peranannya tetap memberikan warna tersendiri dalam perilaku setiap karyawan secara umum.
Pernahkah anda mendengar kalimat-kalimat seperti ini: "Why men lie and women cry", "Why men don't have a clue and women always need more shoes", "Why men can only do one thing at a time and woman never stop talking", atau juga "Why men don't listen and women can't read maps"?
Kalimat-kalimat diatas menunjukkan perbedaan pandangan dan perilaku pria dan wanita secara garis besar. Tak terkecuali dalam hal pekerjaan, karakter dasar pria dan wanita juga menentukan touch yang dihasilkan. Mengenali kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh karyawan tentunya menguntungkan bagi para management. Tak hanya membantu dalam mencari karyawan yang sesuai dengan kebutuhan tetapi juga bisa menjadi acuan untuk mengatasi kendala di tempat kerja nantinya.
Saya pernah berganti-ganti karyawan sebanyak 4 kali selama 2,5 tahun mengelola unit usaha berupa warung internet. Sebenarnya berganti karyawan berkali-kali bukanlah keinginan saya, melainkan karena saya memang belum menemukan yang pas sejak pertama menerima karyawan bekerja di tempat kerja ini. Karyawan saya yang pertama hingga yang ketiga berjenis kelamin pria dan baru karyawan saya yang ke empat berjenis kelamin wanita.
Awalnya saya menetapkan gender pria sebagai salah satu kriteria calon karyawan karena mengingat yang saya perlukan adalah seseorang yang sanggup bekerja shift 8 jam sehari selama seminggu, jujur, dan mampu belajar dengan cepat. Tentang kemampuan mengoperasikan komputer dan internet, saya selalu membekali setiap karyawan saya dengan training khusus, jadi tidak pernah bermasalah tentang skill dasarnya.
Dari ke empat karyawan saya itu, saya belajar banyak hal dari pola tingkah laku me-manage mereka. Karakter dasar yang dibawa mereka sebagai pria dan wanita ternyata berpengaruh pada perbedaan penanganannya secara umum sehari-hari di tempat kerja.
Karyawan saya yang pria rata-rata lebih cepat tanggap saat diajari tentang cara mengoperasikan komputer, internet, cara mengatasi masalah dengan listrik, dan lain-lain. Tetapi kelemahan mereka hampir semuanya di soal ketelitian kerja dan kerajinan. Saya sering mendapati lantai kotor, asbak rokok yang tidak dibuang, sampah menumpuk di tempat sampah tanpa dibuang ke pembuangan sampah di luar warnet, dan juga perhitungan uang yang tidak cocok antara catatan pemasukan baik dari billing server maupun dari pemasukan tambahan seperti print, soft drink, voucher pulsa HP, dan juga hasil ketikan yang kurang memuaskan customers.
Meski saya sudah memberitahukan standar kerja di tempat kerja yang saya inginkan, tetap saja keteledoran-keteledoran tersebut dilakukan oleh karyawan-karyawan pria saya. Salah satu karyawan pria saya justru memanfaatkan kepercayaan yang sudah saya berikan dengan memberinya password setiap komputer client untuk digunakan saat memperbaiki kerusakan yang ada, untuk kepentingan pribadinya seusai jam kerja selesai dan tidak sedang saya awasi. Ketika saya mengetahui kebohongan ini, tentu saja saya langsung mengambil keputusan untuk tidak memakainya lagi dalam management saya.
Karyawan saya yang ke empat dan yang sampai sekarang masih aktif bekerja kepada saya adalah wanita. Sebenarnya, dulu saya agak khawatir ketika memutuskan untuk memakai karyawan wanita. Di samping karena agak trauma dengan ulah karyawan-karyawan saya sebelumnya yang kurang sesuai dengan permintaan saya, ditambah lagi ketakutan saya jika memakai wanita sebagai operator warnet berarti mengurangi kelihaiannya dalam mengatasi kerusakan komputer dan listrik.
Mengajari wanita untuk mengoperasikan komputer, internet, pengetahuan tentang kelistrikan, dan penanganan kerusakan ringan komputer memang lebih lama dibandingkan dengan karyawan-karyawan pria saya sebelumnya. Karyawan wanita saya ini kadang masih suka lupa akan teori-teori yang sudah saya berikan meski sudah 3 bulan lamanya bekerja kepada saya dan setiap hari bersentuhan dengan pengoperasian komputer. Kelebihannya, untuk urusan kedisiplinan kerja, kebersihan tempat kerja, cara penangan kepada customers, hasil ketikan, dan juga ketelitian penghitungan keuangan dari billing server dan sumber pemasukan warnet yang lainnya tidak perlu saya ragukan ketepatannya.
Setiap jenis kelamin pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jika pria lebih peka kepada hal-hal yang obyektif, maka wanita lebih dekat dengan hal-hal yang subyektif. Tidak ada yang lebih istimewa dari karyawan pria maupun karyawan wanita. Keduanya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing secara umum. Sebagai management, kita mempunyai tanggung jawab untuk mengenali dan memahami perbedaan karakter dasar tersebut, kemudian menjadikannya acuan untuk mengoptimalkannya bagi unit usaha yang kita kelola.
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, memiliki karyawan wanita lebih mudah dikenali kekurangan-kekurangannya dan diambil langkah-langkah mengatasinya daripada karyawan pria. Bisa dibilang, saya lebih menyukai hasil kerja dari karyawan wanita saya saat ini karena ia lebih teliti dalam hal keuangan, lebih bagus hasil ketikannya, dan tidak terlalu banyak berdalih untuk mengerjakan hal-hal di luar job desc-nya yang utama sebagai operator warnet tanpa saya awasi seperti membersihkan lantai, membuang abu rokok, dan membuang sampah, meskipun ia lebih lambat menyerap ilmu komputer, internet, dan penanganan masalah kelistrikan yang saya ajarkan kepadanya.
Jika anda ingin mengoptimalkan daya guna para karyawan-karyawan di tempat kerja anda, kenali dulu kelebihan dan kekurangan serta kebutuhan anda mempekerjakan mereka. Pahami bahwa pria pada umumnya lebih cepat belajar mengenai hal-hal yang berbau teknis dan wanita lebih cepat belajar mengenai hal-hal non teknis seperti keuangan dan keindahan, pria lebih fleksibel bekerja sepanjang waktu dan wanita lebih fleksibel membangun relasi hasil akhir yang baik kepada customers, pria lebih mudah diajari dengan petunjuk sederhana dan wanita lebih mudah diajari dengan mempraktekannya secara nyata, pria kurang bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan yang berbeda-beda dalam satu waktu dan wanita kurang bisa menjaga keefektifan kerjanya di saat-saat tertentu seperti saat ia sedang bermasalah di luar tempat kerja, sedang sakit, atau sedang menstruasi, pria bergerak dengan otak dan otot dan wanita bergerak dengan perasaan.
Perbedaan umum yang dipunyai oleh pria dan wanita tentunya mempengaruhi management saat mengatur dan menempatkan mereka dalam posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Pilih karyawan yang mendekati kebutuhan paling utama dari standar kerja di tempat kerja anda. Gender bukanlah masalah besar jika anda sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan umum yang dimiliki oleh keduanya dan mengetahui trik-trik untuk mengatasinya (nj@coe).
Memilih karyawan hampir sama dengan memilih pasangan hidup. Perlu proses penyeleksian secara seksama terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan akhirnya. Meskipun isu gender tak lagi menjadi penghalang mutlak dalam hal berkarir, tetapi peranannya tetap memberikan warna tersendiri dalam perilaku setiap karyawan secara umum.
Pernahkah anda mendengar kalimat-kalimat seperti ini: "Why men lie and women cry", "Why men don't have a clue and women always need more shoes", "Why men can only do one thing at a time and woman never stop talking", atau juga "Why men don't listen and women can't read maps"?
Kalimat-kalimat diatas menunjukkan perbedaan pandangan dan perilaku pria dan wanita secara garis besar. Tak terkecuali dalam hal pekerjaan, karakter dasar pria dan wanita juga menentukan touch yang dihasilkan. Mengenali kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh karyawan tentunya menguntungkan bagi para management. Tak hanya membantu dalam mencari karyawan yang sesuai dengan kebutuhan tetapi juga bisa menjadi acuan untuk mengatasi kendala di tempat kerja nantinya.
Saya pernah berganti-ganti karyawan sebanyak 4 kali selama 2,5 tahun mengelola unit usaha berupa warung internet. Sebenarnya berganti karyawan berkali-kali bukanlah keinginan saya, melainkan karena saya memang belum menemukan yang pas sejak pertama menerima karyawan bekerja di tempat kerja ini. Karyawan saya yang pertama hingga yang ketiga berjenis kelamin pria dan baru karyawan saya yang ke empat berjenis kelamin wanita.
Awalnya saya menetapkan gender pria sebagai salah satu kriteria calon karyawan karena mengingat yang saya perlukan adalah seseorang yang sanggup bekerja shift 8 jam sehari selama seminggu, jujur, dan mampu belajar dengan cepat. Tentang kemampuan mengoperasikan komputer dan internet, saya selalu membekali setiap karyawan saya dengan training khusus, jadi tidak pernah bermasalah tentang skill dasarnya.
Dari ke empat karyawan saya itu, saya belajar banyak hal dari pola tingkah laku me-manage mereka. Karakter dasar yang dibawa mereka sebagai pria dan wanita ternyata berpengaruh pada perbedaan penanganannya secara umum sehari-hari di tempat kerja.
Karyawan saya yang pria rata-rata lebih cepat tanggap saat diajari tentang cara mengoperasikan komputer, internet, cara mengatasi masalah dengan listrik, dan lain-lain. Tetapi kelemahan mereka hampir semuanya di soal ketelitian kerja dan kerajinan. Saya sering mendapati lantai kotor, asbak rokok yang tidak dibuang, sampah menumpuk di tempat sampah tanpa dibuang ke pembuangan sampah di luar warnet, dan juga perhitungan uang yang tidak cocok antara catatan pemasukan baik dari billing server maupun dari pemasukan tambahan seperti print, soft drink, voucher pulsa HP, dan juga hasil ketikan yang kurang memuaskan customers.
Meski saya sudah memberitahukan standar kerja di tempat kerja yang saya inginkan, tetap saja keteledoran-keteledoran tersebut dilakukan oleh karyawan-karyawan pria saya. Salah satu karyawan pria saya justru memanfaatkan kepercayaan yang sudah saya berikan dengan memberinya password setiap komputer client untuk digunakan saat memperbaiki kerusakan yang ada, untuk kepentingan pribadinya seusai jam kerja selesai dan tidak sedang saya awasi. Ketika saya mengetahui kebohongan ini, tentu saja saya langsung mengambil keputusan untuk tidak memakainya lagi dalam management saya.
Karyawan saya yang ke empat dan yang sampai sekarang masih aktif bekerja kepada saya adalah wanita. Sebenarnya, dulu saya agak khawatir ketika memutuskan untuk memakai karyawan wanita. Di samping karena agak trauma dengan ulah karyawan-karyawan saya sebelumnya yang kurang sesuai dengan permintaan saya, ditambah lagi ketakutan saya jika memakai wanita sebagai operator warnet berarti mengurangi kelihaiannya dalam mengatasi kerusakan komputer dan listrik.
Mengajari wanita untuk mengoperasikan komputer, internet, pengetahuan tentang kelistrikan, dan penanganan kerusakan ringan komputer memang lebih lama dibandingkan dengan karyawan-karyawan pria saya sebelumnya. Karyawan wanita saya ini kadang masih suka lupa akan teori-teori yang sudah saya berikan meski sudah 3 bulan lamanya bekerja kepada saya dan setiap hari bersentuhan dengan pengoperasian komputer. Kelebihannya, untuk urusan kedisiplinan kerja, kebersihan tempat kerja, cara penangan kepada customers, hasil ketikan, dan juga ketelitian penghitungan keuangan dari billing server dan sumber pemasukan warnet yang lainnya tidak perlu saya ragukan ketepatannya.
Setiap jenis kelamin pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jika pria lebih peka kepada hal-hal yang obyektif, maka wanita lebih dekat dengan hal-hal yang subyektif. Tidak ada yang lebih istimewa dari karyawan pria maupun karyawan wanita. Keduanya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing secara umum. Sebagai management, kita mempunyai tanggung jawab untuk mengenali dan memahami perbedaan karakter dasar tersebut, kemudian menjadikannya acuan untuk mengoptimalkannya bagi unit usaha yang kita kelola.
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, memiliki karyawan wanita lebih mudah dikenali kekurangan-kekurangannya dan diambil langkah-langkah mengatasinya daripada karyawan pria. Bisa dibilang, saya lebih menyukai hasil kerja dari karyawan wanita saya saat ini karena ia lebih teliti dalam hal keuangan, lebih bagus hasil ketikannya, dan tidak terlalu banyak berdalih untuk mengerjakan hal-hal di luar job desc-nya yang utama sebagai operator warnet tanpa saya awasi seperti membersihkan lantai, membuang abu rokok, dan membuang sampah, meskipun ia lebih lambat menyerap ilmu komputer, internet, dan penanganan masalah kelistrikan yang saya ajarkan kepadanya.
Jika anda ingin mengoptimalkan daya guna para karyawan-karyawan di tempat kerja anda, kenali dulu kelebihan dan kekurangan serta kebutuhan anda mempekerjakan mereka. Pahami bahwa pria pada umumnya lebih cepat belajar mengenai hal-hal yang berbau teknis dan wanita lebih cepat belajar mengenai hal-hal non teknis seperti keuangan dan keindahan, pria lebih fleksibel bekerja sepanjang waktu dan wanita lebih fleksibel membangun relasi hasil akhir yang baik kepada customers, pria lebih mudah diajari dengan petunjuk sederhana dan wanita lebih mudah diajari dengan mempraktekannya secara nyata, pria kurang bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan yang berbeda-beda dalam satu waktu dan wanita kurang bisa menjaga keefektifan kerjanya di saat-saat tertentu seperti saat ia sedang bermasalah di luar tempat kerja, sedang sakit, atau sedang menstruasi, pria bergerak dengan otak dan otot dan wanita bergerak dengan perasaan.
Perbedaan umum yang dipunyai oleh pria dan wanita tentunya mempengaruhi management saat mengatur dan menempatkan mereka dalam posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Pilih karyawan yang mendekati kebutuhan paling utama dari standar kerja di tempat kerja anda. Gender bukanlah masalah besar jika anda sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan umum yang dimiliki oleh keduanya dan mengetahui trik-trik untuk mengatasinya (nj@coe).