Oleh : Angelina Kusuma
Jalinan persahabatan lebih dari sekedar sebuah hubungan. Setiap hubungan akan bermakna jika ada take and give antar para pelaku dalam hubungan tersebut. Persahabatan tidak akan mempunyai arti lebih jika didalamnya tidak pernah terjadi persinggungan antar pribadi kearah yang saling membangun. Seseorang yang menyebut bahwa orang lain adalah sahabatnya tetapi ia tidak tahu segala sesuatu mengenai dirinya, tidak menandakan sebagai seorang sahabat yang baik bagi orang itu.
Amsal 17:17, Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Hubungan yang sehat menuntut lebih dari sekedar kata-kata atau ucapan bibir saja. Harus ada tindakan nyata untuk membuat hubungannya hidup dan menghidupi pelaku-pelaku didalamnya. Dulu, saya termasuk orang yang sulit bergaul. Saya agak pemalu dan kurang percaya diri untuk memulai pembicaraan atau menjalin persahabatan dengan orang lain. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya saya mengerti bahwa persahabatan itu bukan bagaimana cara kita menemukannya, tetapi bagaimana cara kita memulainya.
Salah satu prinsip indah yang diajarkan oleh Yesus terdapat di Lukas 6:38a, Berilah dan kamu akan diberi. Prinsip ini juga bisa diterapkan dalam persahabatan. Jika kita ingin diperhatikan oleh orang lain, maka perhatikan dia lebih dalu. Jika kita ingin didengar oleh orang lain, maka dengarkanlah dia lebih dulu. Dan jika kita ingin dianggap sebagai sahabat oleh orang lain, maka anggaplah dia sebagai sahabat lebih dulu. Memberi lebih baik daripada menerima. Persahabatan tidak hanya ditunggu tetapi harus dimulai.
Kepiawaian seseorang memulai persabahatan dengan orang lain lebih mengarah pada kemauan yang ada pada dirinya, bukan karena pengaruh karakter pribadi yang dimiliki. Orang yang pemalu dan tidak pandai berbicarapun bisa menjadi sahabat yang baik bagi semua orang jika ia mau membuka hatinya untuk setiap orang yang ditemuinya.
Persahabatan saya dan Ce Yuli, sesama anggota komsel pemuda di gereja tidak berjalan lancar pada mulanya. Saya mengenalnya sudah setahun yang lalu tetapi baru akrab dengannya tiga bulan belakangan ini. Dulu, saya tidak pernah mengetahui pergumulan-pergumulan pribadinya, tidak pernah tahu pengalaman-pengalaman masa lalunya, tidak pernah mengerti hobby-nya, keadaan keluarganya, dan lain sebagainya. Padahal saya sering bertemu dengan Ce Yuli di komsel, di pelayanan gereja dan juga di tempat kerja karena ia bekerja di tempat yang sama dengan saya.
Bisa dibilang persahabatan kami selama setahun lalu hanyalah sebuah hubungan. Meskipun kami sudah berjalan beriringan beberapa waktu tetapi tetap asing satu sama lain. Hubungan kami hanya sebatas rekan kerja dan rekan sepelayanan di gereja, no more.
Semua berubah ketika saya mengambil komitmen untuk lebih dalam mengenalnya. Saya tak ingin menjadi orang yang jago berteori mengenai penginjilan, pemuridan, dan pelayanan kepada Yesus Kristus, tetapi mempunyai pribadi yang cuek dan acuh tak acuh dengan dunia sekeliling saya. Saya ingin menjadi orang yang selalu dekat dengan semua orang yang saya kenal dan berpengaruh positif kepada kehidupan mereka.
Persahabatan adalah seni memulai dan memberi
Karena pada dasarnya saya bukan orang yang pandai bergaul dan cenderung egosentris, memulai persahabatan dengan Ce Yuli membuat saya kikuk di awal-awal usaha untuk menjalinnya. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk memulai pembicaraan seputar pekerjaan ketika di tempat kerja dan memberikan diri baginya, seperti berbagi sebagian dari makanan yang saya dapat kepadanya. Pemberian saya memang tidak ternilai oleh uang. Apalah arti pemberian sebutir buah jeruk, atau lima biji buah sawo, sebungkus keripik pisang oleh-oleh dari saudara atau tetangga saya baginya? Pemberian-pemberian kecil tersebut terlalu murah untuk di nilai dengan uang. Tetapi hati yang mau memberi tidak bisa diukur hanya dengan uang sebagai harganya.
Dari pemberian-pemberian kecil itu, kami bertambah dekat. Tak hanya di tempat kerja, sayapun mulai bertandang ke rumahnya ketika mempunyai kesempatan. Kebetulan saya mempunyai hobby yang sama dengan Mama Ce Yuli yaitu menanam bunga. Dari pembicaraan ringan saya dengan Beliaupun akhirnya membuat saya tak hanya dekat dengan pribadi Ce Yuli, tetapi juga dengan keluarganya. Dari hari ke hari, persahabatan saya dan Ce Yuli bertambah erat melalui hal-hal kecil yang saling kami lakukan satu sama lain. Ketika saya mendapat berkat berupa makanan atau mempunyai makanam lebih dari yang saya masak bersama keluarga di rumah, saya tak pernah lupa untuk menyisihkan sebagian untuk dibawa ke tempat kerja dan berbagi dengan Ce Yuli. Demikian juga dari Ce Yuli dan Mamanya, saya sering mendapatkan kiriman benih tanaman secara gratis.
Persahabatan tak hanya dari hal-hal besar
Bermula dari hal-hal kecil yang kami lakukan untuk sahabat masing-masing, akhirnya membuka pintu sharing kearah rohani bagi saya dan Ce Yuli. Di tempat kerjapun, kami biasa berbagi cerita mengenai kehidupan kami masing-masing, tentang keluarga, tentang masa lalu, tentang cara berkebun, hobby, masak-memasak, pengalaman-pengalaman pelayanan, sampai pergumulan hidup sehari-hari - terutama masalah pasangan hidup huehehe.
Saya menemukan atmosfir pembangun iman baru tak hanya di komsel dan di gereja karenanya. Persahabatan saya dengan Ce Yuli juga merupakan hubungan membangun kearah yang positif bagi iman saya. Meskipun kami berbeda karakter, tetapi kami bisa saling melengkapi satu sama lain. Hubungan antar pribadi seperti saya dan Ce Yuli adalah dasar dari kekokohan sebuah komsel. Dan komsel-komsel yang ada adalah dasar dari kehidupan bergereja. Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Gereja yang besar juga dimulai dari hubungan-hubungan yang manis dan saling mendukung antar jemaatnya.
Tak hanya dengan Ce Yuli, saya juga membuka diri saya kepada anggota komsel pemuda gereja lainnya. Semua dimulai dari hal-hal kecil seperti saling menyapa ketika bertemu dimanapun, saling menanyakan kabar, sms, membangun komunitas di jejaring dunia maya - meskipun kami berasal dari gereja di sebuah kota kecil, bukan berarti kami gaptek lho, mengucapkan selamat ulang tahun kepada mereka yang sedang merayakan, dan lain-lain.
Tidak ada hal sepele yang sia-sia untuk memulai persahabatan. Yesus memberi contoh nyata bagaimana cara Ia memulai pembicaraan dan hubungan yang lebih intim dengan seorang wanita Samaria ketika bertemu di pinggir sumur. Yesus tidak langsung berbicara mengenai Kerajaan Surga yang sudah dekat dan hal-hal yang berbau rohani lainnya meskipun Ia tahu bahwa wanita yang dihadapinya melakukan perbuatan dosa. Ia memulai dengan pembicaraan ringan tentang air minum, sesuai dengan keadaan yang dijumpai-Nya saat bertemu dengan wanita yang hendak mengambil air itu - Yohanes 4:4-26.
Penginjilan, pemuridan, dan pelayanan tidak hanya terjadi saat KKR atau misi PI gereja, tetapi juga melalui persahabatan. Saya, Ce Yuli, dan anggota komsel pemuda gereja kami lainnya membangun pelayanan tak hanya sebatas gedung gereja. Pelayanan kami berlanjut melalui persahabatan dan tindakan sehari-hari di tempat kerja, di lingkungan sekolah, di jalan, di rumah, di dunia maya, dan lain sebagainya.
Menjadi sahabat yang baik bagi semua orang adalah keputusan untuk bertindak demikian, bukan menunggu untuk diperlakukan seperti itu. Tidak ada yang lebih berharga daripada menemukan saudara-saudara seiman yang bisa menjadi cermin bagi yang lainnya. Mulailah memberi diri anda sebagai sahabat bagi orang-orang di sekeliling anda dan lihatlah bahwa pelayanan anda bagi Tuhan Yesus juga akan turut meluas dan berdampak lebih karenanya (nj@coe).
Jalinan persahabatan lebih dari sekedar sebuah hubungan. Setiap hubungan akan bermakna jika ada take and give antar para pelaku dalam hubungan tersebut. Persahabatan tidak akan mempunyai arti lebih jika didalamnya tidak pernah terjadi persinggungan antar pribadi kearah yang saling membangun. Seseorang yang menyebut bahwa orang lain adalah sahabatnya tetapi ia tidak tahu segala sesuatu mengenai dirinya, tidak menandakan sebagai seorang sahabat yang baik bagi orang itu.
Amsal 17:17, Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Hubungan yang sehat menuntut lebih dari sekedar kata-kata atau ucapan bibir saja. Harus ada tindakan nyata untuk membuat hubungannya hidup dan menghidupi pelaku-pelaku didalamnya. Dulu, saya termasuk orang yang sulit bergaul. Saya agak pemalu dan kurang percaya diri untuk memulai pembicaraan atau menjalin persahabatan dengan orang lain. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya saya mengerti bahwa persahabatan itu bukan bagaimana cara kita menemukannya, tetapi bagaimana cara kita memulainya.
Salah satu prinsip indah yang diajarkan oleh Yesus terdapat di Lukas 6:38a, Berilah dan kamu akan diberi. Prinsip ini juga bisa diterapkan dalam persahabatan. Jika kita ingin diperhatikan oleh orang lain, maka perhatikan dia lebih dalu. Jika kita ingin didengar oleh orang lain, maka dengarkanlah dia lebih dulu. Dan jika kita ingin dianggap sebagai sahabat oleh orang lain, maka anggaplah dia sebagai sahabat lebih dulu. Memberi lebih baik daripada menerima. Persahabatan tidak hanya ditunggu tetapi harus dimulai.
Kepiawaian seseorang memulai persabahatan dengan orang lain lebih mengarah pada kemauan yang ada pada dirinya, bukan karena pengaruh karakter pribadi yang dimiliki. Orang yang pemalu dan tidak pandai berbicarapun bisa menjadi sahabat yang baik bagi semua orang jika ia mau membuka hatinya untuk setiap orang yang ditemuinya.
Persahabatan saya dan Ce Yuli, sesama anggota komsel pemuda di gereja tidak berjalan lancar pada mulanya. Saya mengenalnya sudah setahun yang lalu tetapi baru akrab dengannya tiga bulan belakangan ini. Dulu, saya tidak pernah mengetahui pergumulan-pergumulan pribadinya, tidak pernah tahu pengalaman-pengalaman masa lalunya, tidak pernah mengerti hobby-nya, keadaan keluarganya, dan lain sebagainya. Padahal saya sering bertemu dengan Ce Yuli di komsel, di pelayanan gereja dan juga di tempat kerja karena ia bekerja di tempat yang sama dengan saya.
Bisa dibilang persahabatan kami selama setahun lalu hanyalah sebuah hubungan. Meskipun kami sudah berjalan beriringan beberapa waktu tetapi tetap asing satu sama lain. Hubungan kami hanya sebatas rekan kerja dan rekan sepelayanan di gereja, no more.
Semua berubah ketika saya mengambil komitmen untuk lebih dalam mengenalnya. Saya tak ingin menjadi orang yang jago berteori mengenai penginjilan, pemuridan, dan pelayanan kepada Yesus Kristus, tetapi mempunyai pribadi yang cuek dan acuh tak acuh dengan dunia sekeliling saya. Saya ingin menjadi orang yang selalu dekat dengan semua orang yang saya kenal dan berpengaruh positif kepada kehidupan mereka.
Persahabatan adalah seni memulai dan memberi
Karena pada dasarnya saya bukan orang yang pandai bergaul dan cenderung egosentris, memulai persahabatan dengan Ce Yuli membuat saya kikuk di awal-awal usaha untuk menjalinnya. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk memulai pembicaraan seputar pekerjaan ketika di tempat kerja dan memberikan diri baginya, seperti berbagi sebagian dari makanan yang saya dapat kepadanya. Pemberian saya memang tidak ternilai oleh uang. Apalah arti pemberian sebutir buah jeruk, atau lima biji buah sawo, sebungkus keripik pisang oleh-oleh dari saudara atau tetangga saya baginya? Pemberian-pemberian kecil tersebut terlalu murah untuk di nilai dengan uang. Tetapi hati yang mau memberi tidak bisa diukur hanya dengan uang sebagai harganya.
Dari pemberian-pemberian kecil itu, kami bertambah dekat. Tak hanya di tempat kerja, sayapun mulai bertandang ke rumahnya ketika mempunyai kesempatan. Kebetulan saya mempunyai hobby yang sama dengan Mama Ce Yuli yaitu menanam bunga. Dari pembicaraan ringan saya dengan Beliaupun akhirnya membuat saya tak hanya dekat dengan pribadi Ce Yuli, tetapi juga dengan keluarganya. Dari hari ke hari, persahabatan saya dan Ce Yuli bertambah erat melalui hal-hal kecil yang saling kami lakukan satu sama lain. Ketika saya mendapat berkat berupa makanan atau mempunyai makanam lebih dari yang saya masak bersama keluarga di rumah, saya tak pernah lupa untuk menyisihkan sebagian untuk dibawa ke tempat kerja dan berbagi dengan Ce Yuli. Demikian juga dari Ce Yuli dan Mamanya, saya sering mendapatkan kiriman benih tanaman secara gratis.
Persahabatan tak hanya dari hal-hal besar
Bermula dari hal-hal kecil yang kami lakukan untuk sahabat masing-masing, akhirnya membuka pintu sharing kearah rohani bagi saya dan Ce Yuli. Di tempat kerjapun, kami biasa berbagi cerita mengenai kehidupan kami masing-masing, tentang keluarga, tentang masa lalu, tentang cara berkebun, hobby, masak-memasak, pengalaman-pengalaman pelayanan, sampai pergumulan hidup sehari-hari - terutama masalah pasangan hidup huehehe.
Saya menemukan atmosfir pembangun iman baru tak hanya di komsel dan di gereja karenanya. Persahabatan saya dengan Ce Yuli juga merupakan hubungan membangun kearah yang positif bagi iman saya. Meskipun kami berbeda karakter, tetapi kami bisa saling melengkapi satu sama lain. Hubungan antar pribadi seperti saya dan Ce Yuli adalah dasar dari kekokohan sebuah komsel. Dan komsel-komsel yang ada adalah dasar dari kehidupan bergereja. Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Gereja yang besar juga dimulai dari hubungan-hubungan yang manis dan saling mendukung antar jemaatnya.
Tak hanya dengan Ce Yuli, saya juga membuka diri saya kepada anggota komsel pemuda gereja lainnya. Semua dimulai dari hal-hal kecil seperti saling menyapa ketika bertemu dimanapun, saling menanyakan kabar, sms, membangun komunitas di jejaring dunia maya - meskipun kami berasal dari gereja di sebuah kota kecil, bukan berarti kami gaptek lho, mengucapkan selamat ulang tahun kepada mereka yang sedang merayakan, dan lain-lain.
Tidak ada hal sepele yang sia-sia untuk memulai persahabatan. Yesus memberi contoh nyata bagaimana cara Ia memulai pembicaraan dan hubungan yang lebih intim dengan seorang wanita Samaria ketika bertemu di pinggir sumur. Yesus tidak langsung berbicara mengenai Kerajaan Surga yang sudah dekat dan hal-hal yang berbau rohani lainnya meskipun Ia tahu bahwa wanita yang dihadapinya melakukan perbuatan dosa. Ia memulai dengan pembicaraan ringan tentang air minum, sesuai dengan keadaan yang dijumpai-Nya saat bertemu dengan wanita yang hendak mengambil air itu - Yohanes 4:4-26.
Penginjilan, pemuridan, dan pelayanan tidak hanya terjadi saat KKR atau misi PI gereja, tetapi juga melalui persahabatan. Saya, Ce Yuli, dan anggota komsel pemuda gereja kami lainnya membangun pelayanan tak hanya sebatas gedung gereja. Pelayanan kami berlanjut melalui persahabatan dan tindakan sehari-hari di tempat kerja, di lingkungan sekolah, di jalan, di rumah, di dunia maya, dan lain sebagainya.
Menjadi sahabat yang baik bagi semua orang adalah keputusan untuk bertindak demikian, bukan menunggu untuk diperlakukan seperti itu. Tidak ada yang lebih berharga daripada menemukan saudara-saudara seiman yang bisa menjadi cermin bagi yang lainnya. Mulailah memberi diri anda sebagai sahabat bagi orang-orang di sekeliling anda dan lihatlah bahwa pelayanan anda bagi Tuhan Yesus juga akan turut meluas dan berdampak lebih karenanya (nj@coe).
No comments:
Post a Comment