Beberapa Minggu belakangan ini, Tuhan sepertinya sedang mengajari saya melalui banyak hal-hal yang salah dan tidak semestinya. This one again ...
Hari Minggu tanggal 7 September 2008 seusai mengikuti kebaktian Ibadah Raya Pagi di gereja, saya pulang mengendarai sepeda motor dengan santai. Sepanjang jalan saya bersenandung riuh menyanyikan lagu-lagu pujian yang paginya saya lantunkan bersama tim choir gereja untuk ibadah. Laju sepeda motor saya agak tersendat saat melewati kerumunan pasar induk Somoroto. Di bulan puasa menjelang hari raya Idul Fitri seperti ini, suasana pasar induk selalu ramai di hari pasaran - tradisi orang Jawa biasanya menetapkan hari-hari tertentu untuk melakukan transaksi jual beli di pasar yang disebut hari pasaran. Ketika saya berhasil melewati pasar induk dan menyeberangi sebuah jembatan, tiba-tiba motor saya diberhentikan oleh mobil pratoli polisi yang parkir di sisi jalan raya.
"Maaf mbak, bisa lihat SIM dan STNK-nya?" Mendengar permintaan polisi ini, saya langsung membuka tas saya, mengeluarkan dompet, mengambil SIM C dan menyerahkannya kepada polisi yang berdiri di dekat saya, kemudian ... oooomaigatttt ... Saya mengeluarkan seluruh isi tas saya dengan terburu-buru. Alkitab, dompet, jubah choir ... kemudian mengobrak-abrik semuanya.
"STNK saya tidak ada pak."
"Silahkan ke mobil untuk menerima surat tilang."
Duar, baru kali ini saya terkena tilang polisi! Selama ini saya adalah pengendara sepeda motor yang baik. Belum pernah melanggar peraturan lalu lintas sekalipun - kecuali kadang menerobos trafict light kalau sedang tidak ada polisi yang berjaga hehehe. Dengan bersedih hati saya terpaksa mengeluarkan uang Rp. 20.000,00 untuk menebus SIM C saya yang hendak ditahan karena melanggar peraturan tidak membawa surat-surat kendaraan bermotor dengan lengkap - dilarang meniru adegan ini at home! wkwkwk, gw males ikutan sidang soalnya.
Saya dongkol dengan kejadian Minggu pagi itu. Bagi saya, mengeluarkan Rp. 20.000,00 hanya karena lupa tidak mambawa STNK sungguh keteledoran besar. Semuanya dipicu hanya karena saya salah memasukkan STNK di malam hari sebelumnya ke tas yang berbeda dengan yang saya bawa untuk ke gereja paginya. Gara-gara kejadian ini juga, saya harus mendapat kopi pahit special pakai cabe pedas dari Papi dan Mami saya sesampainya di rumah.
Hari Minggu kemarin tanggal 14 September 2008 seusai mengikuti kebaktian Ibadah Raya Pagi di gereja, saya kembali pulang mengendarai sepeda motor dengan santai. Pagi ini tak disangka-sangka memiliki alur yang hampir mirip dengan hari Minggu sebelumnya. Sama-sama merupakan hari pasaran di pasar induk Somoroto, dan ketika saya menyeberangi jembatan seperti Minggu kemarin ... ada mobil pratoli polisi yang juga berhenti di sisi jalan, siap memberhentikan saya dan pengendara sepeda motor yang lain disana.
Deg! Seketika itu juga saya terhenyak menyaksikan dejavu kejadian dua Minggu beruturut-turut ini. Di hari yang sama dan di jam yang sama pula, saya diberhentikan oleh polisi untuk dimintai memperlihatkan SIM C dan STNK sepeda motor saya.
Kali ini dengan tenang saya membuka tas saya, mengeluarkan dompet saya, mengambil SIM C dan STNK saya kemudian memberikannya kepada polisi. Yeah, saya sudah belajar dari kesalahan saya di hari Minggu sebelumnya. Saya tidak mau melakukan kesalahan yang sama terus-menerus di masa-masa yang akan datang. Setiap kali keluar dari rumah membawa sepeda motor, saya sudah memeriksa dengan seksama keberadaan SIM C dan STNK di dompet saya. Hasilnya, kali ini saya lolos pemeriksaan!
"Yeeeeee ...", hati saya bersorak ketika polisi yang memeriksa surat-surat saya kembali menyerahkan SIM C dan STNK saya sambil berterima kasih. Seorang polisi yang seingat saya menjatuhkan surat tilang kepada saya Minggu kemarin menunjuk-nunjuk saya dengan jari telunjukkan ketika saya melewatinya.
"Maaf pak, kali ini saya lolos pemeriksaan. Sudah bawa SIM C dan STNK lengkap! Hahaha." Saya melajukan sepeda motor saya melewati para polisi yang tengah memeriksa dan menilang para pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas itu sambil 'nyengir kuda'. Puas rasanya kali ini lolos tilangan polisi hehehe. Sepertinya Tuhan menjadikan hari Minggu kemarin untuk memperbaiki kesalahan saya di hari Minggu sebelumnya!
Kesalahan adalah tempat berharga untuk belajar. Tuhan mengizinkan kesalahan terjadi dalam hidup kita agar berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang lebih fatal di hari-hari berikutnya. Ketika kita tidak melakukan tindakan yang sesuai Firman Tuhan, itu juga kesalahan dan kita berdosa kepada-Nya. Tetapi Ia tidak akan pernah membiarkan kita seterusnya berkubang dalam kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita perbuat itu. Ia akan memberikan hari-hari dan kesempatan-kesempatan lain untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita di masa lalu setelah belajar bertindak lebih baik darinya.
Setiap hari adalah pemberian dari Tuhan. Setiap waktu adalah kesempatan untuk melakukan hal-hal untuk kemuliaan-Nya. Kesalahan bukannya tidak bisa diperbaiki lagi. Tetapi kesalahan adalah cara agar kita selalu waspada untuk memperbaiki diri dari hari ke hari dan menjadi lebih baik dari detik yang bergulir. Jika Tuhan menilang anda karena kesalahan yang anda perbuat sendiri, segera bayar konsekuensi karena kesalahan anda dan belajar agar esok tidak mengulang kesalahan yang sama lagi!
Hari Minggu tanggal 7 September 2008 seusai mengikuti kebaktian Ibadah Raya Pagi di gereja, saya pulang mengendarai sepeda motor dengan santai. Sepanjang jalan saya bersenandung riuh menyanyikan lagu-lagu pujian yang paginya saya lantunkan bersama tim choir gereja untuk ibadah. Laju sepeda motor saya agak tersendat saat melewati kerumunan pasar induk Somoroto. Di bulan puasa menjelang hari raya Idul Fitri seperti ini, suasana pasar induk selalu ramai di hari pasaran - tradisi orang Jawa biasanya menetapkan hari-hari tertentu untuk melakukan transaksi jual beli di pasar yang disebut hari pasaran. Ketika saya berhasil melewati pasar induk dan menyeberangi sebuah jembatan, tiba-tiba motor saya diberhentikan oleh mobil pratoli polisi yang parkir di sisi jalan raya.
"Maaf mbak, bisa lihat SIM dan STNK-nya?" Mendengar permintaan polisi ini, saya langsung membuka tas saya, mengeluarkan dompet, mengambil SIM C dan menyerahkannya kepada polisi yang berdiri di dekat saya, kemudian ... oooomaigatttt ... Saya mengeluarkan seluruh isi tas saya dengan terburu-buru. Alkitab, dompet, jubah choir ... kemudian mengobrak-abrik semuanya.
"STNK saya tidak ada pak."
"Silahkan ke mobil untuk menerima surat tilang."
Duar, baru kali ini saya terkena tilang polisi! Selama ini saya adalah pengendara sepeda motor yang baik. Belum pernah melanggar peraturan lalu lintas sekalipun - kecuali kadang menerobos trafict light kalau sedang tidak ada polisi yang berjaga hehehe. Dengan bersedih hati saya terpaksa mengeluarkan uang Rp. 20.000,00 untuk menebus SIM C saya yang hendak ditahan karena melanggar peraturan tidak membawa surat-surat kendaraan bermotor dengan lengkap - dilarang meniru adegan ini at home! wkwkwk, gw males ikutan sidang soalnya.
Saya dongkol dengan kejadian Minggu pagi itu. Bagi saya, mengeluarkan Rp. 20.000,00 hanya karena lupa tidak mambawa STNK sungguh keteledoran besar. Semuanya dipicu hanya karena saya salah memasukkan STNK di malam hari sebelumnya ke tas yang berbeda dengan yang saya bawa untuk ke gereja paginya. Gara-gara kejadian ini juga, saya harus mendapat kopi pahit special pakai cabe pedas dari Papi dan Mami saya sesampainya di rumah.
Hari Minggu kemarin tanggal 14 September 2008 seusai mengikuti kebaktian Ibadah Raya Pagi di gereja, saya kembali pulang mengendarai sepeda motor dengan santai. Pagi ini tak disangka-sangka memiliki alur yang hampir mirip dengan hari Minggu sebelumnya. Sama-sama merupakan hari pasaran di pasar induk Somoroto, dan ketika saya menyeberangi jembatan seperti Minggu kemarin ... ada mobil pratoli polisi yang juga berhenti di sisi jalan, siap memberhentikan saya dan pengendara sepeda motor yang lain disana.
Deg! Seketika itu juga saya terhenyak menyaksikan dejavu kejadian dua Minggu beruturut-turut ini. Di hari yang sama dan di jam yang sama pula, saya diberhentikan oleh polisi untuk dimintai memperlihatkan SIM C dan STNK sepeda motor saya.
Kali ini dengan tenang saya membuka tas saya, mengeluarkan dompet saya, mengambil SIM C dan STNK saya kemudian memberikannya kepada polisi. Yeah, saya sudah belajar dari kesalahan saya di hari Minggu sebelumnya. Saya tidak mau melakukan kesalahan yang sama terus-menerus di masa-masa yang akan datang. Setiap kali keluar dari rumah membawa sepeda motor, saya sudah memeriksa dengan seksama keberadaan SIM C dan STNK di dompet saya. Hasilnya, kali ini saya lolos pemeriksaan!
"Yeeeeee ...", hati saya bersorak ketika polisi yang memeriksa surat-surat saya kembali menyerahkan SIM C dan STNK saya sambil berterima kasih. Seorang polisi yang seingat saya menjatuhkan surat tilang kepada saya Minggu kemarin menunjuk-nunjuk saya dengan jari telunjukkan ketika saya melewatinya.
"Maaf pak, kali ini saya lolos pemeriksaan. Sudah bawa SIM C dan STNK lengkap! Hahaha." Saya melajukan sepeda motor saya melewati para polisi yang tengah memeriksa dan menilang para pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas itu sambil 'nyengir kuda'. Puas rasanya kali ini lolos tilangan polisi hehehe. Sepertinya Tuhan menjadikan hari Minggu kemarin untuk memperbaiki kesalahan saya di hari Minggu sebelumnya!
Kesalahan adalah tempat berharga untuk belajar. Tuhan mengizinkan kesalahan terjadi dalam hidup kita agar berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang lebih fatal di hari-hari berikutnya. Ketika kita tidak melakukan tindakan yang sesuai Firman Tuhan, itu juga kesalahan dan kita berdosa kepada-Nya. Tetapi Ia tidak akan pernah membiarkan kita seterusnya berkubang dalam kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita perbuat itu. Ia akan memberikan hari-hari dan kesempatan-kesempatan lain untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita di masa lalu setelah belajar bertindak lebih baik darinya.
Setiap hari adalah pemberian dari Tuhan. Setiap waktu adalah kesempatan untuk melakukan hal-hal untuk kemuliaan-Nya. Kesalahan bukannya tidak bisa diperbaiki lagi. Tetapi kesalahan adalah cara agar kita selalu waspada untuk memperbaiki diri dari hari ke hari dan menjadi lebih baik dari detik yang bergulir. Jika Tuhan menilang anda karena kesalahan yang anda perbuat sendiri, segera bayar konsekuensi karena kesalahan anda dan belajar agar esok tidak mengulang kesalahan yang sama lagi!
No comments:
Post a Comment