Oleh : Angelina Kusuma
Hari-hari hujan belakangan ini membuat saya sering menengadah memperhatikan langit. Langit itu tak selamanya terlihat biru sekarang. Awan-awan yang terkumpul membentuk mendung, kadang membuatnya tampak gelap atau abu-abu. Meski saya tidak suka terkena air hujan yang bisa membuat kondisi kesehatan selalu drop, saya senang menikmati tetesan-tetesan air yang turun dari langit. Bagi saya, hujan di awal-awal musim penghujan seperti sekarang ini mengisyaratkan kesegaran dan juga kesuburan.
Sehabis hujan reda, saya juga suka menunggu langit kembali cerah. Kembali berwarna biru, seiring menghilang atau menipisnya awan dan mendung yang menutupinya selama hujan berlangsung. Kadang setelah hujan tinggal rintik-rintiknya dan matahari sedikit nampak tersenyum, ada bonus di langit yang biru itu berupa bias-bias tujuh cahaya yang membentuk selengkung pelangi.
Biru merupakan warna favorit saya. Ia melambangkan kestabilan sesuai dengan ciri khas langit. Meski langit tertutup oleh awan gelap atau kelabu yang membawa hujan petir, langit tetaplah biru. Jika yang menutupinya itu telah pergi, ia akan kembali ke asalnya, si biru yang tenang.
Apakah kita bisa seperti langit?
Saat kesedihan datang dan hanya air mata yang menjadi bahasa kita, sanggupkah kita tetap sebiru langit? Birunya langit tidak pernah hilang. Ia hanya tertutup oleh awan dan mendung sesaat saja. Jika penghalangnya sudah hilang, maka langit akan kembali terlihat birunya.
Manusia dewasa dilihat dari bagaimana caranya menghadapi setiap kejadian dalam hidupnya. Satu atau dua kali terjatuh ke dalam masalah itu wajar. Asal kita tidak berlama-lama tenggelam dalam masalah-masalah tersebut dan segera bisa kembali kepada kestabilan diri seperti sedia kala sebelum terkena masalah. Lebih bagus lagi jika kita bisa memunculkan pelangi sehabis terhalang oleh mendung dan hujan sebagai kenaikan dari kualitas diri pasca jatuh ke dalam permasalahan.
Langit itu selalu biru! Pandanglah masalah seperti awan dan mendung yang hanya bisa menghalangi warnanya langit tak muncul untuk sementara waktu. Awan dan mendung tidak bisa mengubah birunya langit, karena ia bersifat abadi! Demikian juga dengan kualitas diri manusia dewasa juga akan teruji kestabilannya setiap saat, entah itu ada atau tiadanya masalah yang menimpa hidupnya (nj@coe).
Hari-hari hujan belakangan ini membuat saya sering menengadah memperhatikan langit. Langit itu tak selamanya terlihat biru sekarang. Awan-awan yang terkumpul membentuk mendung, kadang membuatnya tampak gelap atau abu-abu. Meski saya tidak suka terkena air hujan yang bisa membuat kondisi kesehatan selalu drop, saya senang menikmati tetesan-tetesan air yang turun dari langit. Bagi saya, hujan di awal-awal musim penghujan seperti sekarang ini mengisyaratkan kesegaran dan juga kesuburan.
Sehabis hujan reda, saya juga suka menunggu langit kembali cerah. Kembali berwarna biru, seiring menghilang atau menipisnya awan dan mendung yang menutupinya selama hujan berlangsung. Kadang setelah hujan tinggal rintik-rintiknya dan matahari sedikit nampak tersenyum, ada bonus di langit yang biru itu berupa bias-bias tujuh cahaya yang membentuk selengkung pelangi.
Biru merupakan warna favorit saya. Ia melambangkan kestabilan sesuai dengan ciri khas langit. Meski langit tertutup oleh awan gelap atau kelabu yang membawa hujan petir, langit tetaplah biru. Jika yang menutupinya itu telah pergi, ia akan kembali ke asalnya, si biru yang tenang.
Apakah kita bisa seperti langit?
Saat kesedihan datang dan hanya air mata yang menjadi bahasa kita, sanggupkah kita tetap sebiru langit? Birunya langit tidak pernah hilang. Ia hanya tertutup oleh awan dan mendung sesaat saja. Jika penghalangnya sudah hilang, maka langit akan kembali terlihat birunya.
Manusia dewasa dilihat dari bagaimana caranya menghadapi setiap kejadian dalam hidupnya. Satu atau dua kali terjatuh ke dalam masalah itu wajar. Asal kita tidak berlama-lama tenggelam dalam masalah-masalah tersebut dan segera bisa kembali kepada kestabilan diri seperti sedia kala sebelum terkena masalah. Lebih bagus lagi jika kita bisa memunculkan pelangi sehabis terhalang oleh mendung dan hujan sebagai kenaikan dari kualitas diri pasca jatuh ke dalam permasalahan.
Langit itu selalu biru! Pandanglah masalah seperti awan dan mendung yang hanya bisa menghalangi warnanya langit tak muncul untuk sementara waktu. Awan dan mendung tidak bisa mengubah birunya langit, karena ia bersifat abadi! Demikian juga dengan kualitas diri manusia dewasa juga akan teruji kestabilannya setiap saat, entah itu ada atau tiadanya masalah yang menimpa hidupnya (nj@coe).
No comments:
Post a Comment