Oleh : Angelina Kusuma
"Apa visi yang Tuhan taruh dalam hidupmu?", satu pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing kelompok sel saya kemarin malam ini, mampu membuat seluruh anggota kelompok sel lainnya terdiam. Bukan saja mereka yang masih berusia sekitar 15 tahun yang kebingungan menjawab, tapi mereka yang sudah berusia diatas 25 tahun pun ada yang kesulitan saat menjawab.
Well, ada apa dengan pertanyaan ini sehingga membuat banyak orang terdiam atau kebingungan menebak-nebak?
Kata visi berasal dari kata vision dari Bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan sebagai pandangan jauh ke depan atau bisa juga diartikan sebagai cita-cita yang ingin diwujudkan oleh seseorang/sesuatu yang mempunyai visi tersebut. Jika visinya berasal dari Tuhan, jelas menunjukkan apa yang Tuhan ingin wujudkan dalam hidup kita masing-masing.
Setiap manusia tidak mungkin diciptakan tanpa visi. Semua yang terlahir ke dunia ini mengemban visi khusus dari Tuhan dan memegang satu peranan penting dalam kehidupan. Hanya saja, tidak semua orang akan mengetahuinya. Hanya orang-orang tertentu yang akan menyadari visi dari Tuhan untuk hidupnya, yaitu orang-orang yang benar-benar dekat dan mempunyai hubungan intim dengan-Nya.
Saya mempunyai banyak sahabat yang sampai menjelang usia ke 30 tahun, mereka tetap tidak mengerti untuk apa sebenarnya mereka hidup di dunia ini. Bagi mereka, hidup ya sekedar hidup yang harus dijalani tanpa tahu akan kemana arah kehidupannya nanti. Banyak juga orang-orang yang berprinsip hidup sangat monoton: lahir menjadi bayi, bertumbuh menjadi remaja, sekolah, kemudian menjadi dewasa, menikah, punya anak, punya cucu, menjadi tua, dan berakhir pada kematian.
1 Yoh. 1:1, Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
Ayat di 1 Yoh. 1:1 ini adalah peneguhan visi hidup saya dari Tuhan. Proses pergumulan saya mendapatkan visi hidup yang jelas ini cukup panjang. Berawal di tahun 2001 ketika saya masih berjemaat di sebuah gereja di Surabaya, saya pernah mendapatkan nubuatan dari hamba Tuhan setempat bahwa saya adalah 'tangan dan kaki'-Nya Kristus. Tangan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Dia dan kaki untuk merintis/membuka jalan-jalan yang sulit ke arah jiwa-jiwa. Saat mendapat nubuatan dari hamba Tuhan di Surabaya itu, saya belum sepenuhnya sadar akan pentingnya visi hidup meski saya sudah Kristen.
Sekitar tahun 2006 saya kembali mendapatkan peneguhan visi dari Tuhan setelah menonton tayangan sebuah VCD kotbah yang dikirim oleh sahabat saya dari Batam. Peneguhan itu ada di Mazmur 2:8 yang menyatakan bahwa saya akan membawa banyak bangsa-bangsa kepada-Nya.
Mazmur 2:8, Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.
Setelah peneguhan demi peneguhan saya terima, saya mulai serius mencari visi Tuhan dalam hidup saya. Melalui buku Purpose Driven Life yang dikirimkan oleh sahabat saya dari Jakarta, juga semakin membuat saya sadar bahwa saya ada di dunia ini memang tidak secara kebetulan saja dan ada satu tujuan khusus kenapa saya diciptakan oleh-Nya. Saya semakin rajin bertanya kepada Tuhan mengenai panggilan hidup saya sejak saat itu. Saya berdoa sungguh-sungguh agar Dia menunjukkan visi yang jelas dan membuat saya berjalan dengan teguh ke arah sana.
Sebelum mendapat peneguhan di Mazmur 2:8 melalui VCD kotbah dan sebelum membaca buku Purpose Driven Life yang dikirim oleh sahabat saya itu, sebenarnya saya mulai menemukan gaya hidup baru. Saya tidak mempunyai kemampuan menulis yang baik sejak kecil. Meski saat SMU saya pernah menjadi penulis beberapa cerpen di majalah sekuler, saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat nanti talenta itu akan membawa saya kepada visinya Tuhan. Sejak masuk bangku kuliah dan dunia kerja, saya tidak lagi menjadi penulis di majalah sekuler. Jangankan menulis cerpen, semangat menulis saja seakan hilang karena dunia yang saya hadapi saat itu adalah dunia teknik yang lebih berhubungan dengan angka-angka, bukan kata-kata.
Setelah kembali ke kota kelahiran dan membuka usaha sendiri tahun 2005, saya mulai kembali menulis di blog. Awalnya saya menulis hanya untuk membuang kebosanan. Tapi berawal dari hal-hal sepele itu, Tuhan membawa saya untuk menulis buat Dia dengan case yang lebih serius berdasarkan latar belakang pengalaman saya sendiri. Talenta menulis untuk Tuhan pun akhirnya diberikan-Nya. Sesuatu yang benar-benar baru dan sama sekali belum saya sentuh di kehidupan saya masa lalu. Peneguhan bahwa visi hidup saya akan menjadi penulis buat Tuhan, yang akan membawa jiwa-jiwa untuk-Nya, yang akan merintis jalan-jalan menuju pembaruan jiwa-jiwa bagi-Nya, yang akan memberitakan keselamatan dari Yesus melalui tulisan-tulisan, akhirnya saya dapatkan ketika membaca 1 Yoh. 1:1 itu di tahun 2008 kemarin.
Hari ini jika ada yang bertanya, "Apa visi yang Tuhan taruh dalam hidupmu?", maka dengan antusias saya akan menjawab, "Penulis bagi Tuhan!". Saya percaya Tuhan sudah bekerja secara luar biasa dalam hidup saya selama ini untuk memperlengkapi saya sebagai penulis bagi-Nya. Beberapa tulisan saya sudah termuat di warta-warta jemaat berbagai aliran gereja, tersebar di mailing-mailing list, blog, dan juga ada yang sudah terbit di majalah rohani Indonesia. Semua terjadi bukan karena kuat dan gagah saya, tapi Tuhanlah yang telah mengangkat saya menjadi salah satu penulis bagi-Nya.
So, sudahkah anda mengetahui visi Tuhan dalam hidup anda hari ini seperti saya? Jika belum, bertanyalah kepada-Nya. Ia akan menunjukkan jalan-jalan-Nya kepada orang-orang yang intim dengan-Nya, yang mengerami Firman-Nya, yang mencari wajah-Nya dengan sungguh-sungguh, dan yang setia melayani Dia baik di perkara kecil maupun besar. Miliki visi Tuhan dalam hidupmu dan hidupmu akan lebih berkualitas karenanya (nj@coe).
"Apa visi yang Tuhan taruh dalam hidupmu?", satu pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing kelompok sel saya kemarin malam ini, mampu membuat seluruh anggota kelompok sel lainnya terdiam. Bukan saja mereka yang masih berusia sekitar 15 tahun yang kebingungan menjawab, tapi mereka yang sudah berusia diatas 25 tahun pun ada yang kesulitan saat menjawab.
Well, ada apa dengan pertanyaan ini sehingga membuat banyak orang terdiam atau kebingungan menebak-nebak?
Kata visi berasal dari kata vision dari Bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan sebagai pandangan jauh ke depan atau bisa juga diartikan sebagai cita-cita yang ingin diwujudkan oleh seseorang/sesuatu yang mempunyai visi tersebut. Jika visinya berasal dari Tuhan, jelas menunjukkan apa yang Tuhan ingin wujudkan dalam hidup kita masing-masing.
Setiap manusia tidak mungkin diciptakan tanpa visi. Semua yang terlahir ke dunia ini mengemban visi khusus dari Tuhan dan memegang satu peranan penting dalam kehidupan. Hanya saja, tidak semua orang akan mengetahuinya. Hanya orang-orang tertentu yang akan menyadari visi dari Tuhan untuk hidupnya, yaitu orang-orang yang benar-benar dekat dan mempunyai hubungan intim dengan-Nya.
Saya mempunyai banyak sahabat yang sampai menjelang usia ke 30 tahun, mereka tetap tidak mengerti untuk apa sebenarnya mereka hidup di dunia ini. Bagi mereka, hidup ya sekedar hidup yang harus dijalani tanpa tahu akan kemana arah kehidupannya nanti. Banyak juga orang-orang yang berprinsip hidup sangat monoton: lahir menjadi bayi, bertumbuh menjadi remaja, sekolah, kemudian menjadi dewasa, menikah, punya anak, punya cucu, menjadi tua, dan berakhir pada kematian.
1 Yoh. 1:1, Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
Ayat di 1 Yoh. 1:1 ini adalah peneguhan visi hidup saya dari Tuhan. Proses pergumulan saya mendapatkan visi hidup yang jelas ini cukup panjang. Berawal di tahun 2001 ketika saya masih berjemaat di sebuah gereja di Surabaya, saya pernah mendapatkan nubuatan dari hamba Tuhan setempat bahwa saya adalah 'tangan dan kaki'-Nya Kristus. Tangan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Dia dan kaki untuk merintis/membuka jalan-jalan yang sulit ke arah jiwa-jiwa. Saat mendapat nubuatan dari hamba Tuhan di Surabaya itu, saya belum sepenuhnya sadar akan pentingnya visi hidup meski saya sudah Kristen.
Sekitar tahun 2006 saya kembali mendapatkan peneguhan visi dari Tuhan setelah menonton tayangan sebuah VCD kotbah yang dikirim oleh sahabat saya dari Batam. Peneguhan itu ada di Mazmur 2:8 yang menyatakan bahwa saya akan membawa banyak bangsa-bangsa kepada-Nya.
Mazmur 2:8, Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.
Setelah peneguhan demi peneguhan saya terima, saya mulai serius mencari visi Tuhan dalam hidup saya. Melalui buku Purpose Driven Life yang dikirimkan oleh sahabat saya dari Jakarta, juga semakin membuat saya sadar bahwa saya ada di dunia ini memang tidak secara kebetulan saja dan ada satu tujuan khusus kenapa saya diciptakan oleh-Nya. Saya semakin rajin bertanya kepada Tuhan mengenai panggilan hidup saya sejak saat itu. Saya berdoa sungguh-sungguh agar Dia menunjukkan visi yang jelas dan membuat saya berjalan dengan teguh ke arah sana.
Sebelum mendapat peneguhan di Mazmur 2:8 melalui VCD kotbah dan sebelum membaca buku Purpose Driven Life yang dikirim oleh sahabat saya itu, sebenarnya saya mulai menemukan gaya hidup baru. Saya tidak mempunyai kemampuan menulis yang baik sejak kecil. Meski saat SMU saya pernah menjadi penulis beberapa cerpen di majalah sekuler, saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat nanti talenta itu akan membawa saya kepada visinya Tuhan. Sejak masuk bangku kuliah dan dunia kerja, saya tidak lagi menjadi penulis di majalah sekuler. Jangankan menulis cerpen, semangat menulis saja seakan hilang karena dunia yang saya hadapi saat itu adalah dunia teknik yang lebih berhubungan dengan angka-angka, bukan kata-kata.
Setelah kembali ke kota kelahiran dan membuka usaha sendiri tahun 2005, saya mulai kembali menulis di blog. Awalnya saya menulis hanya untuk membuang kebosanan. Tapi berawal dari hal-hal sepele itu, Tuhan membawa saya untuk menulis buat Dia dengan case yang lebih serius berdasarkan latar belakang pengalaman saya sendiri. Talenta menulis untuk Tuhan pun akhirnya diberikan-Nya. Sesuatu yang benar-benar baru dan sama sekali belum saya sentuh di kehidupan saya masa lalu. Peneguhan bahwa visi hidup saya akan menjadi penulis buat Tuhan, yang akan membawa jiwa-jiwa untuk-Nya, yang akan merintis jalan-jalan menuju pembaruan jiwa-jiwa bagi-Nya, yang akan memberitakan keselamatan dari Yesus melalui tulisan-tulisan, akhirnya saya dapatkan ketika membaca 1 Yoh. 1:1 itu di tahun 2008 kemarin.
Hari ini jika ada yang bertanya, "Apa visi yang Tuhan taruh dalam hidupmu?", maka dengan antusias saya akan menjawab, "Penulis bagi Tuhan!". Saya percaya Tuhan sudah bekerja secara luar biasa dalam hidup saya selama ini untuk memperlengkapi saya sebagai penulis bagi-Nya. Beberapa tulisan saya sudah termuat di warta-warta jemaat berbagai aliran gereja, tersebar di mailing-mailing list, blog, dan juga ada yang sudah terbit di majalah rohani Indonesia. Semua terjadi bukan karena kuat dan gagah saya, tapi Tuhanlah yang telah mengangkat saya menjadi salah satu penulis bagi-Nya.
So, sudahkah anda mengetahui visi Tuhan dalam hidup anda hari ini seperti saya? Jika belum, bertanyalah kepada-Nya. Ia akan menunjukkan jalan-jalan-Nya kepada orang-orang yang intim dengan-Nya, yang mengerami Firman-Nya, yang mencari wajah-Nya dengan sungguh-sungguh, dan yang setia melayani Dia baik di perkara kecil maupun besar. Miliki visi Tuhan dalam hidupmu dan hidupmu akan lebih berkualitas karenanya (nj@coe).
No comments:
Post a Comment